Liputan6.com, Jakarta - Seorang Muslim yang mengenal Allah SWT dengan baik bisa melakukan tindakan kebaikan dengan mudah dan penuh keikhlasan. Ketika seseorang mengenal Allah, ia tidak lagi terikat dengan nilai material dari apa yang ia keluarkan.
Bahkan ketika miliaran rupiah digunakan untuk membangun masjid atau pesantren, orang tersebut akan tetap merasakan kebahagiaan dan kepuasan, meskipun hartanya habis.
Hal ini diungkapkan oleh KH Yahya Zainul Ma’arif, Pengasuh LPD Al Bahjah menjelaskan, kebahagiaan sejati justru datang ketika seseorang memberi, bukan saat menerima.
Orang yang mengenal Allah, lanjut Buya Yahya tidak akan merasa kehilangan meskipun hartanya habis untuk kegiatan yang bermanfaat, seperti membangun masjid atau pesantren.
Mereka melakukan semua itu dengan rasa senang, tanpa sedikit pun mengingat jerih payah mereka dalam mengumpulkan harta.
Dikutip dari video di kanal YouTube @MUSLIMINDOTV, Menurut Buya Yahya, bagi mereka yang sudah mengenal Allah, bangunan masjid atau pesantren yang mereka buat bukanlah pengeluaran yang sia-sia.
Mereka justru merasa mendapatkan hiburan dari proses memberi. Bahkan, meskipun mereka bekerja keras untuk mendapatkan uang tersebut, mereka tetap merasa senang saat melihat hasilnya digunakan untuk kebaikan.
Simak Video Pilihan Ini:
Detik-Detik Ledakan 200 Kilogram Bubuk Petasan di Kebumen
Tak Terikat Keinginan Duniawi
Membangun masjid atau pesantren yang menelan biaya besar, menurut Buya Yahya adalah bentuk nyata dari iman seseorang kepada Allah.
Iman tersebut membuat seseorang tidak lagi terikat dengan keinginan duniawi, tetapi lebih pada mencari ridha Allah.
Kebahagiaan yang mereka rasakan bukan hanya datang ketika menerima kebaikan dari orang lain, tetapi juga saat mereka bisa memberikan kebaikan kepada sesama. Mereka merasa puas dan senang dengan kebaikan yang dilakukan, karena semua itu mereka lakukan semata-mata untuk Allah SWT.
Namun, lanjutnya, tidak semua orang bisa merasakan kebahagiaan ini. Syarat utama untuk merasakan kebahagiaan tersebut adalah iman kepada Allah. Tanpa iman, seseorang mungkin saja melakukan kebaikan, tetapi kebahagiaan yang dirasakannya hanya sebentar, dan seringkali diiringi dengan rasa gelisah.
Jika seseorang melakukan kebaikan hanya untuk mendapatkan pengakuan dari manusia, ia akan merasa kecewa ketika tidak mendapatkan terima kasih atau apresiasi yang diharapkannya. Gelisah akan terus menghantui, karena apa yang dilakukan tidak benar-benar ikhlas untuk Allah, tetapi lebih karena menginginkan balasan dari manusia.
Sebaliknya, orang yang berbuat baik karena Allah akan merasa tenang dan bahagia, meskipun tidak ada satu pun manusia yang berterima kasih. Sebab, yang diharapkan hanyalah ridha Allah, bukan pujian atau apresiasi dari orang lain.
Menemukan Kebahagiaan Sejati
Orang yang mengenal Allah, kata Buya Yahya akan menemukan kebahagiaan sejati dalam memberi. Mereka akan selalu merasa cukup dan puas, bahkan ketika mereka tidak mendapatkan balasan dari orang lain. Karena yang mereka kejar bukanlah materi atau pujian, tetapi keridhaan Allah.
Mereka yang beriman kepada Allah akan selalu merasa bahwa setiap kebaikan yang mereka lakukan adalah bentuk ibadah yang mendekatkan mereka kepada-Nya. Dan ini yang menjadi sumber kebahagiaan mereka.
Dalam hal ini, iman menjadi syarat utama untuk merasakan kebahagiaan dalam berbuat baik. Tanpa iman, kebaikan yang dilakukan tidak akan membawa ketenangan hati, melainkan hanya kegelisahan dan kekecewaan.
Oleh karena itu, Buya Yahya mengingatkan pentingnya mengenal Allah dan memperkuat iman. Dengan begitu, setiap kebaikan yang kita lakukan akan membawa kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.
Berbuat baik karena Allah akan membuat seseorang merasa ringan dalam melakukannya. Tidak ada beban atau tekanan, meskipun kebaikan yang dilakukan memerlukan pengorbanan yang besar.
Iman kepada Allah, menurut Buya Yahya adalah kunci untuk membuka pintu kebahagiaan sejati. Orang yang beriman tidak akan pernah merasa rugi atau kehilangan, meskipun mereka mengeluarkan harta yang banyak untuk kebaikan.
Kebahagiaan dalam memberi dan berbuat baik adalah sesuatu yang unik, tetapi nyata. Setiap orang yang beriman pasti bisa merasakannya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul