Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, ada pesan yang tampaknya sederhana namun memiliki dampak besar bagi kelangsungan dunia akhirat keluarga. Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan bagaimana sebuah pesan dari istri kepada suami untuk membawa rezeki halal dapat menjadi perisai dari bencana dunia dan siksa akhirat.
Pesan itu berbunyi, “Sayang, mohon kalau pulang bawa yang halal ya, sekalipun sedikit kami akan menikmati, tapi mohon jangan pernah membawa yang haram. Aku dan anak-anak tidak akan pernah sanggup merasakan dahsyatnya neraka.”
Dalam tausiyahnya, Ustadz Adi Hidayat menyoroti pentingnya peran seorang istri dalam mengingatkan suami untuk mencari nafkah halal. Menurutnya, pesan sederhana namun tulus ini mampu menjaga keluarga dari rezeki yang kotor.
Seperti dinukil dari tayangan video singkat di kanal YouTube @Jedasesaat, UAH menyebut bahwa seorang istri sebaiknya mengirim pesan yang dapat menguatkan iman suami saat mencari nafkah.
UAH menjelaskan, langkah pertama dalam hijrah atau perubahan hidup adalah dengan meninggalkan hal-hal yang haram, terutama dalam pekerjaan. Menurutnya, hal ini sangat penting karena harta yang diperoleh secara haram akan berdampak negatif pada kehidupan keluarga. “Jika ingin hijrah, harus tinggalkan yang haram, terutama dalam pekerjaan,” ujar UAH.
Beberapa pekerjaan yang dilarang menurut UAH antara lain penipuan, korupsi, kolusi, riba, dan mencuri. Menurutnya, pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak hanya merugikan orang lain tetapi juga merusak ketenangan batin dan hubungan dengan Allah.
Simak Video Pilihan Ini:
Meraup Untung dari Budidaya Longyam Ala Petani Wanareja Cilacap
Susah Tinggalkan Jika Sudah Terbiasa Menikmati
“Kalau ingin harta diberkahi, tinggalkan semua yang dilarang,” tegas UAH, mengingatkan bahwa meskipun sulit, setiap usaha pasti akan mendapatkan jalan kemudahan dari Allah.
Proses meninggalkan pekerjaan haram memang sering kali tidak mudah, terutama bagi yang sudah terbiasa hidup dari penghasilan tersebut. UAH menjelaskan bahwa banyak orang yang tergoda untuk terus melakukan hal-hal haram karena hasilnya terlihat menggiurkan, meskipun menyimpang dari jalan yang benar.
“Biasa menipu, biasa penghasilan dari hasil penipuan kelihatan banyak, lalu harus ditinggalkan,” jelasnya.
Menurut UAH, godaan untuk tetap melakukan pekerjaan yang menyimpang dari ajaran agama sangat besar, terutama jika gaya hidup seseorang sudah terbentuk dari hasil yang haram. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk korupsi, sogokan, atau bahkan riba, yang sering kali dianggap hal yang lumrah dalam beberapa situasi.
Namun, UAH menekankan pentingnya menghindari semua itu agar harta menjadi berkah.
Harta yang diperoleh dengan cara haram, lanjut UAH, akan mempengaruhi kehidupan seseorang secara keseluruhan. Menurutnya, uang yang didapat dengan cara yang tidak diridhai Allah akan menyebabkan kekerasan hati dan jauh dari ketenangan. Sebaliknya, harta halal membawa kemudahan dalam beribadah. “Kalau harta yang dikumpulkan belum bisa mendekatkan dengan Allah, berarti ada yang belum berkah di harta itu,” katanya.
Kehidupan yang berkah, menurut UAH, adalah yang dipenuhi dengan ketaatan dan kemudahan dalam berbuat baik. Harta yang halal, meskipun sedikit, akan memberikan kekuatan untuk melakukan amalan seperti sholat, membaca Al-Qur’an, hingga sholat Tahajud. Semua itu menjadi lebih ringan ketika rezeki yang diperoleh berasal dari sumber yang bersih. “Ke masjid gampang, baca Alquran ringan, sholat Tahajud ringan,” ungkapnya.
Istri Sebagai Benteng Iman Keluarga
Menurut UAH, keberkahan dalam harta akan tercermin dari ketenangan jiwa dan kedekatan seseorang dengan Allah. Hal ini membuat setiap orang yang memiliki rezeki halal menjadi lebih mudah untuk melakukan kebaikan. Dengan demikian, kebahagiaan sejati dalam keluarga bukan hanya soal banyaknya harta, tetapi juga dari kebersihan dan keberkahannya.
Ustadz Adi Hidayat juga menekankan bahwa iman yang didapatkan dari harta halal akan mengarahkan seseorang pada perbuatan baik. Jika selama ini ada yang merasa berat untuk beribadah atau malas untuk mendekatkan diri kepada Allah, hal itu bisa jadi tanda kurangnya keberkahan pada harta yang dimiliki. “Karena yang dicari adalah yang berkah, maka iman yang didapatkan mengantarkan pada hal-hal baik,” lanjutnya.
Dalam tausiyah tersebut, UAH mengingatkan pentingnya istri sebagai penjaga benteng iman keluarga. Pesan sederhana dari seorang istri, seperti mengingatkan suami untuk selalu membawa rezeki yang halal, dapat menjadi pengingat yang kuat dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini, menurut UAH, sangat diperlukan di tengah godaan dunia yang begitu besar.
UAH menambahkan, pesan dari istri kepada suami bisa menjadi motivasi yang kuat agar sang suami tidak tergoda pada hal-hal yang merusak. Dengan dukungan istri, suami dapat lebih tegar dalam menghadapi setiap godaan dalam pekerjaannya. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa keluarga tetap berada dalam lindungan Allah.
Di akhir ceramahnya, UAH mengajak semua umat untuk lebih waspada terhadap rezeki yang diperoleh. Menurutnya, jika ingin mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat, maka setiap rezeki harus diperoleh dengan cara yang halal. Hanya dengan begitu, ketenangan, kedamaian, dan keberkahan dapat diraih dalam kehidupan keluarga.
Pesan dari UAH ini menjadi pengingat penting bagi setiap keluarga Muslim untuk menjaga kehalalan rezeki. Dengan menjaga sumber rezeki yang halal, setiap keluarga diharapkan bisa menjalani kehidupan yang lebih berkah dan jauh dari segala bentuk godaan dunia yang merusak.
Ceramah ini juga menjadi pengingat akan pentingnya komitmen dalam mencari nafkah yang halal. Dengan menjaga agar setiap rupiah yang diperoleh berasal dari sumber yang diridhai Allah, setiap Muslim diharapkan bisa menjaga keharmonisan dan kebahagiaan dalam keluarga serta keselamatan di akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul