Liputan6.com, Jakarta - KH Abdul Hamid Pasuruan atau sering disebut Mbah Hamid dikenal sebagai ulama kharismatik yang memiliki banyak karomah. Kisah-kisah keistimewaannya tetap hidup di tengah masyarakat hingga saat ini. Salah satu kisah yang paling menggetarkan hati adalah bagaimana sosoknya masih berdakwah meskipun telah wafat.
Pada suatu waktu, sebuah desa di daerah Klaten, Jawa Tengah, kedatangan seorang ulama yang dikenal dengan nama Mbah Hamid. Ulama tersebut menemui seorang tokoh masyarakat dan menyampaikan niat untuk berdakwah di desa tersebut.
Tidak lama setelah kedatangannya, Mbah Hamid pun menggelar pengajian di sebuah masjid di desa tersebut. Awalnya hanya sedikit warga yang hadir, tetapi seiring berjalannya waktu, semakin banyak masyarakat yang berdatangan untuk mengaji.
Suasana di desa semakin religius. Warga yang sebelumnya jarang mengikuti majelis ilmu mulai berbondong-bondong datang. Pengajian yang digelar oleh Mbah Hamid membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat setempat.
Namun, di tengah keadaan yang mulai membaik, Mbah Hamid tiba-tiba pergi begitu saja. Tidak ada satu pun warga yang mengetahui ke mana perginya. Tidak ada pesan yang ditinggalkan, apalagi perpisahan.
Kisah ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @Fakta_Bray yang mengisahkan perjalanan dakwah Mbah Hamid yang penuh keistimewaan. Kejadian yang tidak biasa ini membuat banyak warga bertanya-tanya.
Simak Video Pilihan Ini:
Maksud Hati Gugurkan Kandungan, Siswi SMK Jadi Korban Dukun Cabul
Warga Mencari Sosok Mbah Hamid, dan Ternyata Ini yang Terjadi
Dua tahun setelah kepergian Mbah Hamid, beberapa warga masih penasaran dengan keberadaannya. Salah satu warga akhirnya memutuskan untuk mencari tahu ke mana ulama tersebut pergi setelah meninggalkan desa.
Bermodal alamat yang ditinggalkan sebelum kepergian Mbah Hamid, warga tersebut melakukan perjalanan ke Pasuruan. Alamat itu mengarah ke Pondok Pesantren Salafiyah, tempat di mana Mbah Hamid diketahui berasal.
Setibanya di pondok pesantren, warga Klaten tersebut bertemu dengan Kiai Idris, putra Mbah Hamid. Dengan penuh rasa ingin tahu, ia menyampaikan maksud kedatangannya untuk mencari ulama yang dulu berdakwah di desanya.
Kiai Idris tampak kebingungan mendengar cerita tersebut. Menurutnya, ayahnya, KH Abdul Hamid Pasuruan, telah lama wafat. Pernyataan ini sontak membuat warga Klaten itu terkejut.
Warga tersebut tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Sosok yang dulu menggelar pengajian di desanya adalah Mbah Hamid, tetapi bagaimana mungkin seseorang yang telah wafat masih berdakwah?
Untuk membuktikan kebenaran ucapan Kiai Idris, warga itu diajak ke makam KH Abdul Hamid Pasuruan. Setibanya di sana, hatinya bergetar. Kenyataan yang sulit diterima membuatnya tak kuasa menahan air mata.
Bukti Karomah Tak Terbatas Ruang dan Waktu
Di hadapan makam, ia hanya bisa menangis. Sosok yang selama ini mengajarkan ilmu dan membimbing masyarakat di desanya ternyata sudah lama berpulang ke rahmatullah.
Kisah ini menjadi bukti bahwa karomah para wali Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Kehendak Allah bisa membuat sesuatu yang mustahil di mata manusia menjadi kenyataan.
Banyak ulama dan santri yang mengamini bahwa KH Abdul Hamid Pasuruan adalah sosok yang memiliki keistimewaan luar biasa. Kejadian di Klaten ini hanya satu dari sekian banyak karomah yang dinisbatkan kepadanya.
Sejak dulu, KH Abdul Hamid Pasuruan dikenal memiliki kedekatan spiritual yang sangat tinggi. Banyak orang yang meyakini bahwa ilmunya tidak hanya membawa manfaat di dunia, tetapi juga di alam yang lebih luas.
Keistimewaan seperti ini juga banyak ditemukan dalam kisah para ulama besar lainnya. Tidak sedikit yang mengalami peristiwa di luar nalar setelah berinteraksi dengan para wali Allah.
Bagi masyarakat yang beriman, kisah ini menjadi pengingat bahwa keberkahan ilmu dan dakwah tidak terputus meskipun seseorang telah wafat. Ilmu yang diajarkan oleh orang saleh akan tetap hidup dan membawa manfaat bagi umat.
Cerita ini juga menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus belajar dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Sebab, keberkahan hidup tidak hanya didapat dari usaha duniawi, tetapi juga dari ilmu dan amal saleh. Wallahu a'lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul