Liputan6.com, Cilacap - Ujian berat yang menimpa seorang hamba seringkali menjadi momok yang menakutkan dan membingungkan. Banyak dari kita yang bertanya-tanya mengapa Allah SWT memberikan ujian yang begitu berat kepada seseorang.
Terutama, ketika kita melihat bahwa orang tersebut adalah orang yang baik dan sholeh. Namun, apakah ada rahasia atau hikmah di balik ujian berat ini? Apakah ada hikmah yang dapat kita petik dari ujian ini?
Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan yang menarik tentang rahasia di balik ujian berat yang menimpa seorang hamba.
Menurut Ustadz Adi Hidayat, ujian berat ini bukanlah tanpa tujuan, melainkan memiliki hikmah yang mendalam dan dapat membawa seseorang lebih dekat kepada Allah SWT. Hal ini bisa menjadi renungan, introspeksi atau muhasabah.
Dikutip dari ceramahnya, Kamis (11/7/2025), UAH menjelaskan bahwa setiap hamba pasti akan mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya yang terasa seperti beban berat yang tidak terkira.
Simak Video Pilihan Ini:
Waduh, 2 WNA Swedia Kemah di Gunung Lewotobi yang Sedang Erupsi
HIkmah di Balik Ujian yang Sangat Berat
Namun, UAH juga mengingatkan bahwa ketika seseorang sedang mengalami kesulitan seperti itu, mereka harus yakin bahwa Allah SWT sedang mengangkat derajatnya dan meningkatkan kualitas hidupnya.
“Akan ada satu masa dalam hidup setiap hamba merasakan satu persoalan yang seakan-akan beban berat yang dipikul sampai merasa kesulitan dari ujung kepala sampai ujung kaki,” papar UAH dikutip dari tayangan YouTube Short @kata.tenang, Kamis (10/07/2025).
UAH menekankan bahwa kesulitan tersebut bukanlah tanpa tujuan, melainkan sebagai proses untuk mencapai sesuatu yang istimewa dan belum pernah diraih sebelumnya.
“Kalau ada yang sedang merasakan itu, yakinlah, kata Allah, pada saat itu, sesungguhnya Allah sedang mengangkat derajatnya dan meningkatkan kualitas hidupnya untuk mencapai sesuatu yang istimewa yang belum pernah diraih,”
Doa Rasulullah saat dalam Kesulitan
Menukll baznas.go.id, setiap manusia pasti menghadapi kesulitan dalam hidup. Namun, bagaimana kita merespons kesulitan itu yang membedakan ketenangan hati seseorang. Nabi Muhammad SAW, sebagai contoh terbaik bagi umat manusia, selalu mengandalkan doa dalam menghadapi berbagai cobaan. Doa Nabi Muhammad ketika dalam kesulitan memberikan inspirasi dan kekuatan bagi umatnya untuk tetap tegar dan penuh harap kepada Allah SWT.
Doa Nabi Muhammad Ketika Menghadapi Kesulitan: Kekuatan dalam Ujian
Nabi Muhammad SAW tidak pernah lepas dari berbagai ujian kehidupan, baik dalam berdakwah, menghadapi musuh, maupun menangani masalah pribadi. Salah satu cara beliau menghadapinya adalah dengan mengucapkan doa-doa yang menghubungkan dirinya dengan Allah SWT. Salah satu doa yang sering dipanjatkan Rasulullah SAW ketika dalam kesulitan adalah:
“Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan.”
(Artinya: “Wahai Yang Maha Hidup, Yang Mengatur segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan, perbaikilah segala urusanku, dan jangan biarkan aku mengurus diriku sendiri walaupun sekejap mata.”)
Makna doa ini mengajarkan kita untuk selalu bergantung pada Allah dalam segala urusan. Dengan menyandarkan diri kepada-Nya, kita menemukan kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup.
Rahasia Ketenangan Hati Melalui Doa Nabi Muhammad Ketika Menghadapi Kesulitan
Dalam hidupnya, Nabi Muhammad SAW sering menghadapi tekanan besar, namun beliau selalu menjaga ketenangan hati. Salah satu rahasia ketenangan itu adalah kekuatan doa. Salah satu doa yang beliau panjatkan ketika merasakan kecemasan atau menghadapi tantangan besar adalah:
"Allahumma inni a'udzu bika minal hammi wal hazan, wa a'udzu bika minal 'ajzi wal kasal, wa a'udzu bika minal jubni wal bukhli, wa a'udzu bika min ghalabatid-dayni wa qahrir-rijal."
(Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa cemas dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan kikir, serta dari lilitan hutang dan tekanan manusia.”)
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul