Liputan6.com, Cilacap - Abu Nawas dalam literatur khazanah Islam klasik disebut sebagai salah seorang ulama ahli sastra. Pun demikian pula beliau juga diyakini sebagai salah seorang wali Allah. Nama lengkap Abu Nawas yaitu Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami (756-814).
Beliau merupakan pujangga Arab yang lahir di kota Ahvaz, Persia. Beliau merupakan keturunan Arab dan Persia.
Meskipun gelar wali tersemat pada dirinya, namun tokoh yang hidup semasa pemeirntahan khalifah Harun Ar-Rasyid ini masyhur dengan kisah-kisah anekdot-anekdot alias lucu.
Entah kisah itu nyata ataupun sekadar kisah fiksi, namun sosok Abu Nawas dengan kisah-kisah lucunya ini membuat semua orang tertawa atas tingkah kocaknya.
Salah satu kisah lucu Abu Nawas kali ini sebagaimana yang diceritakan KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) perihal dirinya menceritakan maqam kewaliannya kepada orang lain.
Simak Video Pilihan Ini:
Video Amatir Detik-Detik Tawuran Suporter di SMK Telkom Purwokerto
Abu Nawas Ungkap Maqam Kewaliannya
Gus Baha membeberkan bahwa suatu ketika Abu Nawas membocorkan maqam atau derajat kewaliannya kepada banyak orang.
“Maqalah (ucapan—pen) Abu Nawas yang paling masyhur ya itu, maqamku (derajatku) itu sudah seperti gelas yang putih bersih yang diberi air,” @pengaosangusbaha, Kamis (17/10/2024).
Menurut Abu Nawas kewaliannya itu laksana gelas yang putih bersih yang diisi oleh air. Saat dilihat, baik gelas ataupun airnya itu tampak menyatu, jadi seakan-akan gelas yang tanpa air atau sebaliknya air yang tanpa gelas.
“Orang melihatnya itu seperti gelas tanpa air, jadi kewalianku dan kegilaanku itu sudah menyatu, tidak jelas..ha..ha..ha…,” terang Gus Baha sembari tertawa saking tak kuatnya menahan kelucuan
“Ha…ha..ha..,” sahut tawa para hadirin.
“Jadi bagai gelas putih diisi air dan juga seperti air tanpa gelas,” imbuhnya.
“Itu kata dia sendiri, dia kan sukanya mengangkat maqamnya sendiri,” pungkasnya.
Sekilas Biografi Abu Nawas
Abu Nawas merupakan sosok penyair dan sufi terkenal dalam sejarah perkembangan peradaban Islam. Namanya identik dengan kisah 1001 malam dan syairnya yang berjudul al a’tiraf atau pengakuan.
Bagi sebagian orang, ia dikenal karena kisah jenakannya. Namun, bagi sebagian yang lain, ia adalah salah satu penyair terbesar dalam sejarah sastra Arab klasik.
Di Indonesia, namanya kerap disamakan dengan sosok Nasruddin Hoja. Padahal, keduanya adalah sosok yang berbeda.
Abu Nawas hidup di kota Bagdad pada abad ke-8 Masehi di masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah Al-Amin. Sedangkan Nasruddin Hoja hidup di Turki pada abad ke-13 Masehi di masa Kesultanan Seljuk Rum.
Abu Nawas dikenal juga dengan nama Abu Nuwas. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami. Ia lahir di Kota Ahvaz di negeri Persia. Dalam tubuhnya mengalir darah Arab dan Persia.
Darah Arab berasal dari ayahnya yang bernama Hani, seorang anggota tentara Marwan bin Muhammad atau Marwan I-Khalifah terakhir Dinasti Umayyah di Damaskus. Sementara darah Persia ia peroleh dari ibunya yang bernama Golban atau Jelleban.
Sejak kecil, Abu Nawas telah ditinggal wafat oleh ayahnya. Ia kemudian dibawa ibunya ke kota Basra, Irak. Di sana, ia belajar beberapa ilmu agama seperti ilmu hadits, sastra Arab, dan ilmu Al-Quran.
Dilansir dari republika, Abu Nawas sempat dijual oleh ibunya kepada penjaga toko dari Yaman bernama, Sa’ad al-Yashira.
Sosoknya yang cerdas menarik perhatian Walibah ibnu al-Hubab, seorang penulis puisi berambut pirang. Al-Hubab pun memutuskan untuk membeli dan membebaskan Abu Nawas dari tuannya.
Dari Al Hubab, ia belajar tentang teologi dan tata bahasa. Al Hubab pula yang mengajarkannya puisi. Selain dengan Al Hubab, Abu Nawas banyak belajar tentang syair dari Khalaf al-Ahmar di Kufah.
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul