Liputan6.com, Jakarta - Pentingnya kisah dalam kitab Ihya Ulumuddin tak hanya menggambarkan sisi sakral, tetapi juga menampilkan sisi humor dan keunikan. Gus Baha, ulama kharismatik yang dikenal dengan cara penyampaiannya yang ringan dan menyenangkan, menceritakan hal ini dengan penuh kelucuan dalam sebuah pengajian.
Kisah tersebut dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SuaraLiterasi, di mana Gus Baha berbicara mengenai dialog Nabi Musa AS dengan Allah SWT. Kisah itu, meskipun terkesan serius, rupanya memiliki twist humor yang cukup menggelitik.
Kitab Ihya Ulumuddin sendiri adalah karya monumental Imam Al-Ghazali yang membahas kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa.
Kitab ini mendalami penyakit hati, cara mengobatinya, dan proses mendidik hati agar menjadi lebih bersih. Meskipun sakral, Gus Baha menunjukkan bahwa ada sisi unik yang tetap bisa mengundang tawa.
Dalam kisah tersebut, Nabi Musa, yang merupakan nabi bagi Bani Israil, kerap menghadapi pertentangan dari umatnya. Bani Israil, menurut Gus Baha, dikenal suka berdebat, sehingga membuat tugas Nabi Musa semakin berat.
Dalam upaya mengatasi hal ini, Nabi Musa akhirnya memohon kepada Allah SWT agar diberikan 'ijazah' atau semacam anugerah.
"Ijazah yang Nabi Musa minta itu spesial," ucap Gus Baha. "Beliau memohon agar diberikan kemampuan supaya semua orang berhenti mengucapkan hal buruk tentang dirinya. Nabi Musa ingin dipuji terus dan tidak dicaci oleh siapa pun."
Simak Video Pilihan Ini:
Tebar Benih Ikan dan Tanam Bibit Jagung Serentak, Dukung Ketahanan Pangan Prabowo
Jawaban Allah SWT saat Nabi Musa AS Minta Ijazah
Permintaan tersebut direspon Allah SWT dengan jawaban yang penuh makna. Allah SWT mengingatkan Nabi Musa bahwa bahkan diri-Nya sendiri, yang Maha Sempurna, kerap disalahpahami oleh makhluk-Nya. "Saya ini Pangeran (Allah) saja sering disalahpahami, opo meneh kowe nabi," tutur Gus Baha, mengutip perkataan Allah SWT.
Jawaban ini membuat para pendengar Gus Baha tersenyum. Menurut Gus Baha, Allah SWT dengan tegas menyampaikan bahwa banyak manusia yang memiliki pandangan keliru tentang-Nya.
Ada yang menuduh Allah memiliki anak, ada yang menganggap-Nya pelit, dan banyak lagi tuduhan yang tidak beralasan.
"Kalau saya mau, saya bisa membungkam semua itu," kata Gus Baha, menirukan jawaban Allah SWT dalam kisah tersebut.
Allah menyatakan bahwa meskipun Dia memiliki kuasa untuk menghentikan semua celaan, Dia membiarkan manusia tetap bebas berbicara.
Kisah ini memberikan pesan mendalam bahwa bahkan seorang nabi sekalipun tidak luput dari kesalahpahaman umatnya. Allah SWT mengingatkan Nabi Musa bahwa tugas seorang nabi memang tidak pernah mudah. Dengan gaya jenaka, Gus Baha membuat para jamaah berpikir sekaligus tertawa.
Dialog ini menegaskan bahwa pemahaman manusia tentang Tuhan seringkali terbatas. Bahkan terhadap hal-hal yang jelas, manusia tetap bisa membuat kesalahan.
Gus Baha menggarisbawahi bahwa jika Allah saja bisa menerima kesalahpahaman, Nabi Musa dan para nabi lainnya tentu harus lebih sabar.
Pesan Moral Kiah Ini
Pesan moralnya, menurut Gus Baha, adalah tentang ketabahan dan kerendahan hati. Seorang nabi, bahkan dengan anugerah dan mukjizat, tetap harus menjalani misi kenabian dengan penuh keikhlasan meskipun sering mendapat tantangan.
Kisah ini, meski sederhana, memiliki implikasi yang dalam. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, manusia harus belajar untuk tidak terlalu sibuk memikirkan apa yang dikatakan orang lain. Gus Baha memberikan contoh bagaimana sabar dan bijaksana menjadi kunci menghadapi segala omongan miring.
Dengan gayanya yang khas, Gus Baha mengakhiri kisah tersebut dengan sebuah lelucon yang membuat para jamaah tak henti tertawa. "Jadi, kalau Allah saja sabar, kita ini manusia biasa harus lebih sabar," katanya. Humor yang diselipkan Gus Baha menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan hikmah.
Melalui kisah Nabi Musa ini, Gus Baha berhasil memadukan kearifan klasik dengan relevansi masa kini. Kitab Ihya Ulumuddin yang sering dianggap berat, berkat Gus Baha, terasa lebih ringan namun tetap penuh hikmah.
Kisah tersebut seolah mengingatkan bahwa dalam menjalani kehidupan, keikhlasan dan kesabaran adalah fondasi penting. Dan humor, seperti yang ditunjukkan Gus Baha, bisa menjadi penyegar dalam memahami kebijaksanaan para nabi.
Gus Baha menyadari pentingnya membawa pesan agama dengan cara yang bisa diterima oleh semua kalangan. Dengan demikian, hikmah yang terkandung dalam cerita-cerita ini akan lebih mudah meresap ke dalam hati umat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul