Liputan6.com, Cilacap - Pendakwah muda Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat atau lebih populer dengan sapaan UAH mengisahkan sosok ayah Imam Nawawi.
UAH mengisahkan di balik sosok Imam Nawawi merupakan salah seorang ulama hebat yang tersohor dengan kedalaman ilmu agamanya terdapat seorang ayah yang hebat.
Saking ingin anaknya dipastikan terjaga dari makanan-makanan yang haram ayah Imam Nawawi rela mengantarkan makanan untuk Imam Nawawi.
“Imam Nawawi itu selama hidupnya 99% itu makannya diantarkan oleh ayahnya,” terang UAH dikutip dari tayangan YouTube Short @mot1vation_, Rabu (16/10/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Konser Farel Prayoga Sepi, Kok Bisa?
Waktu dan Jenis Makanan Imam Nawawi
Menurut UAH, selama hidupnya Imam Nawawi dalam sehari hanya makan satu kali. Adapun waktu makannya ialah setelah Isya.
“Makannya cuma sekali kalau malam ba’da Isya," tuturnya.
UAH menambahkan bahwa Imam Nawawi tidak makan sembarangan makanan. Beliau hanya memkaan kue kering dengan zaitun.
“Apa yang dimakan? Kue kering dengan zaitun,” terangnya.
Sehabis malan pun, berdasarkan penuturan UAH, Imam Nawawi tidak langsung minum. Beliau baru minum sebelum waktu subuh.
“Minumnya sebelum subuh, setiap hari, sampai meninggal. Karena beliau meninggal duluan, bapaknya baru meninggal 7 tahun setelah Imam Nawawi meninggal,” katanya.
UAH juga menjelaskan alasan kerelaan bapakya mengantarkan makanan untuknya ini tujuannya ialah agar terhindar dari makanan haram sehingga anaknya dapat terus menerus terhubung dan dekat dengan Allah SWT.
“Saking bapaknya ingin jaga anaknya terhubung dengan Allah SWT, makanannya dijaga,” paparnya
Karya-karyanya Masih Dikaji hingga Kini
Pun demikian tatkala diundang dalam jamuan makan minu, Imam Nawawi pun tidka mau makan kecuali kalau sudah diketahui kehalalannya.
“Satu persennya kalau diundang, ada jamuan dipastikan halalnya, tidak mau makan sendiri, yang lain diajak makan sama-sama,” jelasnya.
Oleh sebab siap kehati-hatian ayah dan dirinya, maka hingga kini karya-karyanya tetap abadi dan masih dipelajari di banyak pesantren-pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam di dunia.
“Imam Nawawi itu, makanya sampai sekarang berkah, kitabnya masih kita jaga dan kita kaji, sampai sekarang,” ujarnya.
“Karena apa? Menjaga hubungan dengan Allah SWT,” tandasnya
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul