Liputan6.com, Jakarta Kisah Sumur Utsman bin Affan adalah cerita yang penuh inspirasi tentang kedermawanan sahabat Nabi Muhammad SAW. Pada masa kekeringan hebat di Madinah, satu-satunya sumber air bersih yang tersisa adalah Sumur Raumah milik seorang Yahudi. Umat Islam terpaksa antre panjang untuk membeli air dengan harga yang sangat mahal.
Melihat kondisi umatnya yang sulit, Rasulullah SAW menyeru agar ada yang membeli sumur tersebut dan mewakafkannya untuk kepentingan masyarakat. Utsman bin Affan, yang dikenal dengan sifat dermawan, segera mengambil langkah untuk membeli sumur itu. Meskipun pemilik sumur awalnya ragu untuk menjualnya, Utsman tidak menyerah dan terus bernegosiasi demi kepentingan umat.
Akhirnya, dengan tawaran yang menarik, pemilik sumur setuju untuk menjualnya kepada Utsman. Setelah pembelian, Utsman mewakafkan Sumur Raumah sehingga seluruh penduduk Madinah bisa mendapatkan akses air bersih secara gratis.
Menariknya, air dari sumur ini bahkan mengalir ke kebun kurma, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Madinah hingga lebih dari 1.400 tahun kemudian. Berikut Liputan6.com merangkum kisah sejarahnya melansir dari berbagai sumber, Senin (10/3/2025).
Asal Usul Sumur Raumah
Mengutip dari Madain Project, Sumur Raumah, dikenal juga sebagai Sumur Utsman bin Affan, merupakan sumur bersejarah yang terletak sekitar 6 kilometer di barat laut Masjid an-Nabawi. Dikenal sebagai 'Kalib Mazni', sumur ini dianggap salah satu yang terbaik di daerah tersebut. Sejak zaman Nabi Muhammad, sumur ini menjadi sumber vital bagi penduduk Madinah, terutama saat mereka mengalami kesulitan air bersih.
Sejarah mencatat, ketika Madinah dikepung pada tahun 495 M, seorang yang sakit sembuh setelah meminum air dari sumur ini. Sejak saat itu, Sumur Raumah menjadi simbol harapan dan sumber kehidupan bagi banyak orang. Menurut Abdullah Kaber dari pejabat pengembangan Madinah, sumur ini adalah satu-satunya sumur zaman Nabi yang masih mengalir hingga kini.
Lokasi dan Keberadaan Sumur
Sumur Utsman terletak di bagian bawah Wadi al-Aqiq, tempat air banjir terkumpul. Saat ini, sumur ini dikelilingi oleh kebun kurma dan tanaman hijau yang subur. Otoritas setempat berencana untuk mengembangkan kawasan ini menjadi lebih baik, agar manfaat sumur dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat.
Di dekat sumur terdapat masjid yang menjadi tempat ibadah bagi penduduk sekitar. Keberadaan sumur ini juga menciptakan lingkungan yang asri, dengan berbagai tanaman dan bunga bermekaran berkat aliran air dari sumur. Lingkungan yang nyaman ini menjadi tempat yang ideal untuk bersosialisasi dan beribadah.
Manfaat Air Sumur Utsman
Air dari Sumur Utsman memiliki kualitas yang sangat baik dan mirip dengan air zamzam. Dilansir dari Madinatul Quran, pada masa Nabi Muhammad, umat Islam yang baru tiba di Madinah sangat bergantung pada sumur ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka. Rasa airnya yang segar menjadi alasan mengapa banyak orang rela antre untuk mendapatkannya.
Setelah Utsman membeli dan mewakafkan sumur, seluruh penduduk Madinah bisa mendapatkan air secara gratis. Utsman bahkan mengingatkan agar penduduk mengambil air cukup untuk dua hari, sehingga tidak terjadi kekurangan di kemudian hari. Hal ini menunjukkan betapa pedulinya Utsman terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dampak Wakaf Utsman hingga Kini
Kisah Sumur Utsman bin Affan menjadi contoh nyata bagaimana wakaf dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan. Dikutip dari Al Arabiya, hingga saat ini, sumur tersebut masih beroperasi dan menghasilkan air, yang menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang. Keuntungan dari aset yang dibangun di atas lahan hasil pengelolaan dana wakaf sumur ini digunakan untuk membantu anak yatim dan fakir miskin.
Praktik wakaf yang dilakukan Utsman menunjukkan bahwa kontribusi sosial tidak hanya bermanfaat saat itu, tetapi juga dapat dirasakan oleh generasi mendatang. Kisah ini menjadi teladan bagi praktik wakaf modern, di mana manfaatnya terus mengalir hingga hari ini. Dengan cara ini, Utsman bin Affan telah meninggalkan warisan yang abadi bagi umat manusia.