Liputan6.com, Jakarta - Memiliki rumah tangga yang harmonis dan penuh kebahagiaan adalah impian setiap pasangan. Tidak hanya sebagai tempat tinggal bersama, rumah tangga merupakan wadah untuk menciptakan kedamaian, kehangatan, dan kenyamanan bagi suami, istri, serta anak-anak. Namun, kebahagiaan sejati dalam rumah tangga tak bisa hanya diraih dengan memenuhi kebutuhan fisik atau materi saja.
Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), rumah tangga yang ideal harus dimulai dengan niat yang lurus dan tujuan yang benar. “Kata Allah, kalau memang ingin berumah tangga yang benar, berumah tangga yang nyaman, berumah tangga yang baik, maka jadikan niat pertamanya bukan hanya untuk bersatu, tapi diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” ungkap UAH.
Ketika tujuan utama dalam pernikahan adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, setiap anggota keluarga akan memahami tanggung jawabnya. Dengan niat ini, rumah tangga tak sekadar menjadi tempat berkumpulnya dua insan, tetapi juga menjadi sarana ibadah yang memperkuat keimanan.
UAH menjelaskan bahwa dalam konteks Islam, niat yang benar memiliki peran penting dalam menuntun setiap anggota keluarga untuk menjadikan Allah sebagai poros utama dalam kehidupan. Inilah yang akan membawa ketenangan dan keberkahan bagi keluarga. Ayat dalam Al-Qur’an juga mengingatkan tentang pentingnya ikatan cinta yang sesuai dengan nilai agama:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS. Ali ‘Imran: 14).
Dalam sebuah ceramah yang diunggah di kanal YouTube @azzamfirmansyah18, UAH menekankan kembali tentang pentingnya niat dalam membangun rumah tangga. Menurutnya, ikatan pernikahan tidak sekadar menyatukan dua hati yang saling mencintai, namun juga sebagai bentuk ibadah dan tanggung jawab besar di hadapan Allah SWT.
Sebagai suami atau istri, seseorang memiliki tugas untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan menjaga agar setiap langkah yang ditempuh bersama selalu berada di bawah ridha Allah SWT.
Simak Video Pilihan Ini:
Detik-Detik Evakuasi Jenazah Bocah Tenggelam di Pantai Bedahan Cilacap
Ikatan Cinta akan Diuji, Gantungkan pada Allah SWT
Bersamaan dengan itu, Islam juga mengingatkan umatnya agar cinta terhadap keluarga tidak menjauhkan seseorang dari ketaatan kepada Allah. Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa setiap keluarga akan diuji melalui ikatan cinta dan kasih sayang, agar tidak salah menempatkannya pada hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Hal ini diperkuat oleh ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS. At-Taghaabun: 14).
Makna dari "menjadi musuh bagimu" dalam ayat ini adalah bahwa kecintaan kepada istri dan anak-anak yang berlebihan bisa melalaikan seseorang dari melakukan amal shaleh dan menjerumuskan ke dalam perbuatan maksiat.
Ustadz Adi Hidayat melanjutkan bahwa dalam rumah tangga yang benar, segala urusan harus dibangun dengan nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam. Menjaga hubungan keluarga dengan baik bukan berarti mendewakan kebahagiaan duniawi semata, namun lebih dari itu, tujuan hidup bersama dalam keluarga adalah untuk saling mendekatkan diri kepada Allah.
ika setiap anggota keluarga memiliki niat yang sama, yaitu beribadah dan mencari ridha Allah, maka seluruh aktivitas dalam rumah tangga, baik itu dalam bekerja, mendidik anak, maupun mengurus rumah, akan menjadi amal ibadah.
Dalam menjalin hubungan rumah tangga, komunikasi yang baik dan penuh pengertian juga sangat diperlukan. UAH mengingatkan bahwa keluarga yang bahagia adalah keluarga yang saling menjaga komunikasi dan menyelesaikan masalah dengan bijaksana.
Setiap persoalan yang muncul harus dibicarakan dengan kepala dingin dan dalam kerangka Islam, dengan selalu mengedepankan nilai-nilai kebaikan dan saling menghargai. Oleh karena itu, setiap tindakan yang dilakukan dalam rumah tangga harus sejalan dengan ajaran agama, bukan sekadar berdasarkan emosi atau hawa nafsu semata.
Pentingnya Pendidikan Agama di Keluarga
Pentingnya pendidikan agama dalam keluarga juga menjadi hal yang ditekankan UAH. Sebagai kepala keluarga, seorang suami memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan pendidikan agama yang baik kepada istrinya dan anak-anaknya. Ini sesuai dengan perintah dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (QS. At-Tahrim: 6).
Pendidikan agama di sini bukan hanya terbatas pada ajaran-ajaran ritual semata, seperti shalat dan puasa, tetapi juga mencakup bimbingan moral, akhlak, dan penanaman nilai-nilai ketakwaan. UAH menegaskan bahwa seorang kepala keluarga harus menjadi contoh teladan bagi keluarganya dalam menjalankan ajaran Islam, serta menjaga agar tidak ada hal yang menyimpang dari syariat.
Selain itu, Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan agar kita tidak hanya memberikan materi duniawi kepada keluarga, tetapi juga memperhatikan kebutuhan spiritual mereka. Ketika keluarga mendapatkan pendidikan agama yang baik, mereka akan mampu menjaga diri dan keluarga dari hal-hal yang dapat merusak kebahagiaan rumah tangga. Keberkahan dalam keluarga akan datang ketika setiap anggotanya saling mendukung dalam menjalankan perintah agama.
Namun, UAH juga mengingatkan tentang tantangan besar yang dihadapi oleh banyak keluarga saat ini. Banyak yang terjebak dalam mengejar kebahagiaan duniawi tanpa memperhatikan pentingnya kebahagiaan batin dan spiritual. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwa keluarga bisa menjadi ujian bagi seseorang. Kecintaan yang berlebihan kepada pasangan dan anak-anak bisa menjauhkan dari kewajiban agama. Oleh karena itu, setiap pasangan harus senantiasa menjaga keseimbangan antara cinta duniawi dan cinta kepada Allah.
Kunci utama untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia adalah dengan senantiasa mengingat Allah dalam setiap langkah. Ketika seseorang merasa dekat dengan Allah, maka hatinya akan dipenuhi dengan ketenangan dan kebahagiaan. Ia akan merasa diawasi oleh Allah, sehingga tidak mudah terjerumus dalam kesalahan atau keburukan. Dengan niat yang lurus dan komunikasi yang baik, rumah tangga yang dibangun dengan dasar cinta kepada Allah akan selalu diberkahi.
Akhirnya, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa tujuan akhir dari setiap rumah tangga adalah untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam setiap perjalanan hidup bersama pasangan, niatkanlah untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga setiap masalah dan tantangan yang dihadapi bisa diselesaikan dengan penuh hikmah dan keberkahan. Dengan demikian, keluarga akan menjadi tempat yang penuh cinta dan ketenangan, yang memberikan kebahagiaan di dunia dan menjadi amal ibadah yang membawa keberuntungan di akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul