Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali menggunakan penglihatan untuk mengetahui sesuatu di sekitarnya. Mata menjadi salah satu indera yang paling diandalkan untuk mengenali objek, membaca, dan melihat warna.
Namun, apa yang terjadi jika mata tidak dapat berfungsi karena tertutupi atau objek terlalu jauh? Inilah keterbatasan manusia dalam memahami sesuatu hanya melalui penglihatan fisik.
Hal ini menjadi poin yang dibahas oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, dalam salah satu ceramahnya.
Gus Baha sering kali memberikan penjelasan yang mendalam dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan, terutama mengenai tafsir Al-Qur'an dan ajaran Islam. Pemikirannya yang sederhana namun penuh makna, sering kali mengundang banyak perhatian dari masyarakat.
Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @Penginngaji, Gus Baha menjelaskan perbedaan cara manusia mengetahui sesuatu dengan cara Allah mengetahui segalanya.
Ia membuka dengan pertanyaan retoris, "Kamu bisa melihat itu karena apa?" Merujuk pada mata sebagai alat untuk melihat, Gus Baha menjelaskan bahwa mata memiliki keterbatasan. Jika objek tertutup atau berada terlalu jauh, manusia tidak akan bisa melihat atau mengetahui apa yang ada di depannya.
Namun, berbeda halnya dengan Allah. Gus Baha menjelaskan bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu karena melihatnya, melainkan karena menciptakannya.
Simak Video Pilihan Ini:
Hilang 2 Hari di Gunung Slamet, Naomi Selamat usai Bertahan Hidup dengan Roti
Penjelasan Gus Baha Soal Melihat
Dalam Al-Qur'an, tepatnya dalam Surah Al-Mulk ayat 14, Allah berfirman, "Apakah (pantas) Zat yang menciptakan itu tidak mengetahui, sedangkan Dia (juga) Maha Halus lagi Maha Mengetahui?" Ayat ini menjadi landasan penting dalam pemahaman bahwa Allah mengetahui segalanya karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta.
Untuk memperjelas konsep ini, Gus Baha memberikan analogi sederhana. Misalnya, ketika seseorang menciptakan sebuah kertas berwarna kuning dan kemudian menutupinya, apakah orang tersebut akan melupakan warna kertas itu hanya karena tidak melihatnya? Tentu tidak.
"Walaupun kamu tidak melihatnya, kamu tetap tahu bahwa kertas itu berwarna kuning, karena kamu yang menciptakannya," ujar Gus Baha.
Begitu juga ketika seseorang membangun sebuah bangunan dan di dalamnya terdapat material tertentu, seperti besi atau emas. Meskipun waktu berlalu dan orang tersebut mungkin tidak berada di dekat bangunan tersebut, ia tetap tahu apa yang ada di dalamnya karena ia yang membuatnya.
Gus Baha menjelaskan bahwa konsep ini sama halnya dengan Allah yang mengetahui segala sesuatu karena Allah adalah Sang Pencipta.
Gus Baha kemudian melanjutkan bahwa manusia, meskipun diberi kemampuan untuk melihat dan merasakan, tetap memiliki keterbatasan dalam mengetahui hal-hal di luar jangkauan indera mereka.
Mata manusia bisa terhalang oleh jarak atau objek lain yang menutupi pandangan. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Allah, yang Maha Mengetahui segala sesuatu tanpa perlu melihatnya secara langsung.
Pemahaman ini membawa kesadaran bahwa manusia tidak boleh terlalu mengandalkan kemampuan fisik atau indera mereka dalam memahami dunia.
Tujuan Mengakui Kebesaran Allah SWT
Ada banyak hal yang mungkin tersembunyi dari pandangan manusia, tetapi tidak ada yang tersembunyi dari Allah. Gus Baha mengingatkan bahwa manusia harus selalu ingat bahwa pengetahuan Allah tidak terbatas, sedangkan pengetahuan manusia sangat terbatas oleh kondisi fisik dan lingkungan.
Konsep ini menjadi pengingat penting bagi umat Muslim untuk selalu mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah. Manusia mungkin merasa tahu banyak hal, tetapi sejatinya mereka hanya mengetahui sebagian kecil dari apa yang ada di dunia.
Sebaliknya, Allah mengetahui segalanya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, karena semuanya adalah ciptaan-Nya.
Di akhir ceramahnya, Gus Baha menekankan pentingnya memahami bahwa Allah mengetahui segala sesuatu bukan karena melihatnya, melainkan karena Allah yang menciptakan.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan Allah melampaui batas-batas yang bisa dipahami oleh manusia. "Kita mungkin bisa lupa atau tidak tahu apa yang terjadi setelah waktu yang lama, tapi Allah tidak pernah lupa dan selalu tahu," kata Gus Baha.
Pemahaman ini mengajak umat Muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, dengan menyadari betapa kecilnya pengetahuan manusia dibandingkan dengan pengetahuan Allah.
Manusia seharusnya tidak sombong dengan apa yang mereka ketahui, karena pada akhirnya semua pengetahuan berasal dari Allah, Sang Pencipta.
Ceramah Gus Baha ini memberikan pandangan yang mendalam mengenai konsep pengetahuan dalam Islam, khususnya bagaimana Allah mengetahui segala sesuatu.
Dengan analogi-analogi yang sederhana namun bermakna, Gus Baha berhasil menjelaskan konsep yang mungkin sulit dipahami oleh sebagian orang menjadi lebih mudah diterima.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul