Mengintip Desain Unik Rumah Arab Badui, Kesan Klasik jadi Pengalaman Tak Terlupakan untuk Tamu

15 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Jika Anda penasaran seperti apa suasana rumah khas Arab Badui, pemandangan yang ditampilkan dalam sejumlah tayangan video bisa memberi gambaran luar biasa. Rumah-rumah ini menyimpan nuansa klasik yang tidak hanya eksotis, tetapi juga sarat nilai dan makna.

Sebagian besar desain rumah orang Arab Badui dikelilingi pohon-pohon kurma yang tumbuh rimbun. Pohon-pohon ini tak hanya menghasilkan buah, tapi juga memberi keteduhan alami yang membuat halaman rumah terasa sejuk setiap harinya.

Untuk menjaga kesejukan itu, pelataran rumah rutin disiram air menggunakan mesin penyedot tradisional. Uniknya, mesin ini telah digunakan turun-temurun selama ratusan tahun dan masih berfungsi dengan baik hingga kini.

Aliran air bening mengitari rumah, menciptakan suasana yang damai. Tak jarang, suara gemericik air menjadi irama alami yang menenangkan hati siapa pun yang berkunjung.

Dari tayangan video di kanal YouTube @Kanghusna1985 diketahui rumah-rumah Arab Badui umumnya tidak menggunakan semen sebagai bahan bangunan. Sebaliknya, tembok dibuat dari tanah liat yang dipadatkan.

Struktur rumahnya tampak besar dan kuat. Menurut narasi video, rumah zaman Nabi-nabi kemungkinan memiliki desain serupa, dengan dinding tanah dan atap dari pelepah kurma serta batang kayu yang disusun rapi.

Yang mencengangkan, meskipun hanya dari tanah liat, rumah-rumah ini tetap berdiri kokoh dan mampu bertahan menghadapi panas gurun serta perubahan cuaca ekstrem.

Simak Video Pilihan Ini:

Jenazah Ibu dan Anak Korban Longsor Ditemukan Berpelukan

Cara Menyambut Tamu Orang Arab Badui

Persiapan menyambut tamu juga menjadi pemandangan yang menarik. Pelataran rumah disiram sejak malam hari agar tidak berdebu ketika pagi tiba, menunjukkan perhatian besar terhadap kenyamanan tamu.

Yang lebih mengejutkan, para tamu yang datang menggunakan mobil-mobil mewah. Namun mereka semua tetap duduk bersila di pelataran rumah tanpa atap, mengikuti tradisi yang dijaga secara turun-temurun.

Tidak ada karpet tebal, tidak ada AC. Namun atmosfer penuh kehangatan dan kesederhanaan justru menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang datang bertamu.

Tradisi ini menggambarkan filosofi hidup orang Badui yang menjunjung tinggi keterbukaan, kesederhanaan, dan penghormatan terhadap orang lain—terutama tamu.

Mengutip NU Online Lampung, menerima tamu, meskipun di rumah sendiri, memiliki sejumlah adab dan etika yang harus diperhatikan. Ini adalah bentuk konkret dari memuliakan tamu sebagai bagian dari keimanan kepada Allah.

Silaturahim dalam Islam sangat dianjurkan karena dapat mempererat hubungan kekeluargaan dan dipercaya bisa membuka pintu rezeki. Menerima tamu menjadi wujud konkret silaturahim yang penuh keberkahan.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya" (HR Muslim). Hadis ini menjadi landasan utama pentingnya adab dalam menyambut tamu.

Adab Menyambut Tamu

Dalam kitab Ghida’ al-Albab Syarh Mandzumah al-Adab, dijelaskan sejumlah adab yang sebaiknya dilakukan seorang tuan rumah kepada tamunya, termasuk melayani dan menunjukkan wajah berseri.

Adab lainnya adalah berbicara dengan hal-hal yang menyenangkan, tidak tidur sebelum tamu, dan tidak mengeluhkan keadaan di hadapan mereka.

Tuan rumah juga dianjurkan menunjukkan ekspresi bahagia saat menyambut dan merasa kehilangan saat tamu pulang, serta tidak menyampaikan hal-hal yang menakutkan atau membuat suasana menjadi tidak nyaman.

Hindari pula menunjukkan kemarahan di depan tamu, dan berusahalah menciptakan suasana yang menyenangkan dan penuh kebahagiaan selama mereka berada di rumah kita.

Dianjurkan juga agar anak-anak tamu diberikan perhatian atau bingkisan kecil, serta menyarankan tamu untuk menjaga barang pribadi seperti sandal mereka agar tetap rapi dan aman.

Yang tak kalah penting, seorang tuan rumah tidak dianjurkan menunggu kerabatnya datang sebelum menyajikan makanan kepada tamu yang sudah lebih dulu hadir.

Dari rumah Badui hingga tuntunan dalam Islam, kita belajar bahwa memuliakan tamu bukan hanya soal tempat, tapi juga tentang hati yang terbuka dan ikhlas menyambut siapa pun yang datang berkunjung.

Tradisi ini bukan hanya soal estetika atau budaya lokal, melainkan juga implementasi dari nilai-nilai luhur Islam yang diajarkan Rasulullah SAW.

Tuan rumah yang baik akan dikenang bukan karena kemewahan rumahnya, tapi karena keramahan, pelayanan, dan ketulusan hatinya dalam menyambut tamu.

Maka dari itu, semangat memuliakan tamu semestinya terus dijaga dan diwariskan, baik di gurun Badui maupun di perkampungan dan kota-kota modern masa kini.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |