Liputan6.com, Jakarta - Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh sebagai bentuk penghargaan terhadap jerih payah para pekerja, termasuk pada Hari Buruh 2025 ini.
Diperingati pertama kali di Amerika Serikat pada 1889, semangat dibalik perayaan hari buruh ternyata sejalan dengan ajaran Islam. Bahkan lebih daripada itu, Islam telah sejak lama menempatkan kerja bukan sekadar urusan duniawi, melainkan juga sebagai ibadah yang mulia.
Kemuliaan profesi buruh atau pekerja ini dijelaskan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, Rais Syuriyah PBNU, dalam sebuah cuplikan video di media sosial.
Menurut Gus Baha, dalam kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali, Rasulullah SAW menyebut bahwa mencari nafkah secara halal bisa menjadi jalan pengampunan dosa.
“Ada sebagian dosa yang tidak bisa dihapus dengan istighfar, sedekah, atau wiridan. dosa itu hanya bisa terhapus hanya dengan bekerja," kata pengasuh Pondok Pesantren Tahfidul Qur’an LP3IA Rembang ini.
Simak Video Pilihan Ini:
Polres Pemalang Sterilisasi Gereja jelang Natal 2024
Bekerja adalah Ibadah
Gus Baha menekankan bahwa kerja tak hanya bernilai ekonomis, tapi juga sosial. Dari hasil bekerja, seseorang bisa bersedekah, membangun masjid, menyekolahkan anak yatim, atau membantu sesama.
“Ibadah bukan cuma di masjid atau mengaji. Petani di sawah, pedagang di pasar, atau buruh di pabrik, jika niatnya lurus, mereka sedang meraih ridha Allah,” ujarnya.
Sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah memperkuat hal ini: “Ada dosa-dosa yang tak terhapus oleh shalat, puasa, haji, atau umrah.”
Para sahabat pun bertanya: “Lalu apa yang bisa menghapusnya?”
Rasul menjawab: “Semangat mencari rezeki.”
Artinya, kerja keras bukan sekadar kewajiban, melainkan sarana taubat dan penyucian diri.
Surga VIP
Rosulullah SAW bahkan tak henti-henti membesarkan hati orang-orang yang berjuang sekuat tenaga untuk menafkahi istri, anak dan orang tua yang menjadi tanggungannya.
Mereka yang gigih mencari nafkah akan mendapatkan tempat khusus di dalam surga. Ganjaran ini diberikan bukan berdasarkan apa profesi yang ditekuni, melainkan berdasarkan niat dan etos kerja. Dengan catatan tidak melakukan doa besar yang tidak diampuni seperti syirik. Rasulullah bersabda:
"Siapa saja yang memiliki tiga putri, lalu memenuhi nafkah mereka dan memperlakukan mereka dengan baik sehingga Allah menjadikan mereka mandiri terhadap ayahnya, niscaya Allah jadikan surga untuknya sama sekali kecuali ia mengamalkan jenis dosa yang tidak dapat diampuni (seperti syirik),’ (HR Al-Kharaithi).”
Dalam hadits lain, Ad-Dailami meriwayatkan sabda Rasulullah saw dari sahabat Abu Hurairah ra: "Di surga terdapat sebuah tingkat yang tidak akan dicapai kecuali orang yang bimbang,’ yakni resah memikirkan penghidupan nafkah keluarga.”
Di momentum Hari Buruh, pesan Islam ini relevan untuk dihayati bahwa bekerja untuk mencari nafkah adalah kehormatan. Tak peduli seberapa kecil profesi seseorang, selama dilandasi kejujuran dan niat baik, ia setara dengan ibadah ritual.
Mari jadikan semangat kerja sebagai bentuk syukur atas karunia Allah—karena di balik setiap keringat, ada ampunan, pahala, dan jalan menuju kebahagiaan dunia-akhirat. Selamat hari buruh!