Liputan6.com, Jakarta - Tingkah laku anak kecil yang sering dianggap “nakal” oleh orang tua rupanya mendapat pandangan berbeda dari KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang dikenal sebagai Gus Baha.
Dalam ceramah yang salah satunya diunggah di kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO, Gus Baha menjelaskan bahwa sering kali, tingkah anak kecil yang tampak nakal justru menunjukkan kelucuan dan kecerdikan. Menurutnya, reaksi berlebihan dari orang tua dalam menghadapi tingkah laku anak adalah hal yang sebaiknya dihindari.
Dalam ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bahwa dalam budaya Jawa, kata “nakal” sering kali tidak berarti buruk. Sebagai contoh, anak yang suka naik-naik ke meja atau melakukan hal-hal lain yang dianggap merepotkan sebenarnya tidak bisa dikatakan berdosa atau benar-benar nakal.
“Anak kecil naik meja itu haram gak? Gak kan?” ucap Gus Baha.
Namun, menurutnya, orang tua sering kali langsung memarahi atau membentak tanpa memikirkan bahwa itu adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak.
Menurut Gus Baha, dalam kasus ini, justru orang tua yang sebenarnya bersikap “nakal” karena mereka sudah dewasa dan dianggap memiliki tanggung jawab lebih besar untuk memahami perilaku anak.
“Orang tua yang bentak anak itu malah yang lebih nakal, karena sudah mukalaf (telah dewasa dan berkewajiban menaati aturan agama),” jelas Gus Baha.
Ia menyebutkan bahwa anak-anak, dengan segala tingkah polosnya, seharusnya diapresiasi dan didampingi dengan sabar, bukan justru dimarahi.
Simak Video Pilihan Ini:
Bisnis Besar Itu Dimulai dari Pedesaan di Banyumas
Bukan Anak Nakal, tapi Pintar
Dalam pandangannya, seorang anak yang menaiki meja atau memecahkan barang hanyalah wujud dari rasa ingin tahu yang tinggi dan kecerdasannya. “Harusnya orang tua bilang, ‘Wah, kamu pintar, sudah bisa naik meja,’” kata Gus Baha sambil tertawa. Menurutnya, sikap semacam ini akan membantu anak merasa diterima dan mendapat apresiasi, bukan dianggap sebagai sumber masalah.
Gus Baha juga mengingatkan, sering kali orang tua cenderung menganggap perilaku anak sebagai kenakalan, sementara mereka sendiri mungkin melakukan hal-hal yang lebih buruk.
Ia memberikan contoh humoris tentang seorang ibu yang marah karena anaknya memecahkan gelas, sementara sang ibu sendiri sering memecahkan tabungan keluarga. “Ibu marah karena anaknya pecahkan gelas, tapi ibu sendiri sering pecahkan tabungan,” kata Gus Baha, yang disambut tawa dari jamaah.
Menurut Gus Baha, sikap orang tua yang reaktif ini sebetulnya menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk memahami bahwa perilaku anak kecil belum bisa disamakan dengan tindakan orang dewasa. Ia menekankan pentingnya mengasuh anak dengan penuh pengertian, di mana orang tua sebaiknya menyadari bahwa anak-anak masih dalam tahap belajar dan mengeksplorasi dunia di sekitarnya.
Dengan nada bercanda, Gus Baha mengajak orang tua untuk lebih santai dalam menghadapi tingkah anak-anak, yang kerap terlihat nakal namun sebenarnya tidak bermaksud demikian. “Kalau anak kecil nakal, itu ya lucu, bukan dosa,” ujarnya. Gus Baha juga mengingatkan bahwa masa kecil adalah masa yang penuh eksperimen, dan orang tua yang bijak akan mendampingi anak dengan sabar.
Selain itu, Gus Baha mengajak orang tua untuk lebih introspeksi, agar mereka tidak langsung menyalahkan anak ketika ada sesuatu yang salah. Ia menekankan bahwa proses tumbuh kembang anak akan jauh lebih optimal jika dibarengi dengan sikap pengertian dari orang tua. Sikap ini, menurut Gus Baha, akan menghindarkan anak dari rasa takut dan menjadikannya lebih percaya diri dalam bereksplorasi.
Orang Tua Harus Sabar dan Bijaksana
Dalam keluarga, penting bagi orang tua untuk berperan sebagai contoh dalam bersikap sabar dan bijaksana. Ketika orang tua sendiri mampu mengendalikan emosinya, anak pun akan belajar untuk bersikap serupa.
Sebagai seorang ulama yang dikenal dekat dengan masyarakat, Gus Baha selalu mengedepankan nasihat yang penuh dengan kehangatan dan humor. Ceramahnya mengingatkan para orang tua untuk memahami bahwa anak-anak belum mampu sepenuhnya mengendalikan diri, dan tugas orang tua adalah mendampingi mereka dengan penuh kasih.
Gus Baha juga menekankan pentingnya doa dan dukungan dari orang tua untuk mengarahkan anak-anak pada perilaku yang baik. Ia menjelaskan, anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang dan dukungan akan lebih mudah berkembang menjadi pribadi yang baik.
Karena itu, Gus Baha mengajak para orang tua untuk menjadi sosok yang lebih bijak dalam menghadapi anak-anak mereka.
Menurutnya, anak-anak adalah cerminan dari bagaimana mereka dibesarkan, sehingga orang tua harus berhati-hati dalam bersikap. Gus Baha mengingatkan, jangan sampai anak-anak merasa tidak dicintai hanya karena mereka bersikap yang terlihat “nakal” atau merepotkan. Baginya, mendampingi anak adalah bentuk investasi orang tua dalam membentuk generasi yang lebih baik di masa depan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul