Liputan6.com, Cilacap - Banyak orang yang menginginkan kharisma atau wibawa di hadapan orang banyak. Tak sedikit di antara mereka yang gemar marah supaya tampak berwibawa.
Padahal menurut KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) seseorang yang ingin disegani atau memiliki wibawa tidaklah sulit.
Siapapun memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkannya. Tak peduli ia kaya atau miskin, berpangkat atau tidak, semuanya berpotensi memiliki wibawa.
Lantas bagaimana caranya agar kita memiliki wibawa di hadapan orang banyak? Simak penjelasan Gus Baha berikut ini.
Simak Video Pilihan Ini:
Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma Bali
Kalau Punya Ini Pasti Punya Wibawa
Gus Baha mengatakan bahwa syarat agar kita memilki wibawa harus memiliki sifat takwa kepada Allah SWT. Menurutnya tidak ada orang yang takwa yang tidak memiliki wibawa atau kharisma.
“Tidak ada orang yang bertakwa yang tidak punya wibawa,” terangnya dkutip dari tayangan YouTube Short @pengaosangusbaha, Kamis (17/10/2024).
“Barang siapa yang benar-benar takwa (takut) kepada Allah pasti orang lain takut kepadanya,” sambungnya.
Gus Baha pun menjelaskan bahwa wibawa ini muncul atau dimiliki seseorang bukan sebab sering marah-marah. Beliau mengungkapkan dirinya yang jarang sekali marah.
Dengan nada berkelakar, beliau mengatakan bahwa jikalau ia marah, paling hanya sekali selama 10 tahun, itu pun belum pasti.
“Istri saya mengaji pada saya, paling marah saya 10 tahun sekali, itu pun belum pasti,” terangnya.
Menurutnya, syarat agar berwibawa bukanlah dengan sering marah, namun wajib memiliki sifat takwa kepada Allah SWT.
“Orang bertakwa itu pasti punya wibawa, tidak ada ceritanya orang takwa tidak punya wibawa,” tandasnya.
Hakikat Takwa dan Tingkatannya
Mengutip islamina.id, Definisi takwa yaitu menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya. Semua ibadah ujungnya bermuara untuk meningkatkan ketakwaan, maka dari itu puasa maupun amalan lain bertujuan agar manusia menjadi orang yang bertakwa.
Imam As-Subuki dalam Fatawanya menjelaskan tentang empat tingkatan takwa dan bila seseorang sudah mencapai tingkatan ini maka keimanannya akan menjadi sempurna terutama saat ia mengetahui hakikat dan tingkatan takwa.
Pertama, takwa dari segala hal yang menjurus kepada segala kemusyrikan karena pada prinsipnya Allah akan menerima ibadah orang yang bertakwa maksudnya menjauhi kemusyrikan baik syirik besar ataupun kecil seperti beribadah untuk mendapatkan pujian atau jabatan sesaat.
Kedua, takwa dari dosa-dosa besar misalnya menyembah kepada selain Allah atau menyamakan Allah dengan ciptaannya.
Ketiga, takwa dari segala dosa-dosa kecil misalnya berbuat kemaksiatan dengan anggota badan misalnya menjelekkan-jelekan orang lain.
Keempat, takwa dari hal yang shubhat (belum jelas status hukumnya) misalnya mengambil makanan yang terjatuh di jalan yang belum jelas pemiliknya.
Dari penjelasan ini seseorang yang ingin mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah harus melalui keempat tingkatan ini terutama dari hal yang paling mudah dan ia mampu mengerjakannya.
Pada prinsipnya Allah tak akan memberikan beban kepada hambanya kecuali sekedar kemampuan dirinya sendiri.
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul