Liputan6.com, Jakarta - Kamar mandi atau WC telah menjadi bagian penting dari infrastruktur setiap rumah. Fungsinya bukan hanya sebagai tempat membersihkan diri, tetapi juga mendukung kehidupan sehat dan bersih secara menyeluruh.
Dengan sistem sanitasi yang baik, WC membantu mencegah penyebaran penyakit dan menciptakan lingkungan yang lebih layak huni. Dalam Islam, kebersihan adalah sebagian dari iman, sehingga fasilitas ini pun memiliki nilai ibadah apabila dirancang dengan benar.
WC dirancang untuk membuang kotoran manusia secara higienis. Desain dan tata letaknya harus memperhatikan aspek kesehatan dan kenyamanan pengguna. Namun, satu hal lain yang juga penting dipertimbangkan adalah arah kiblat.
Dalam tradisi Islam, arah kiblat menjadi perhatian khusus dalam banyak aspek kehidupan, termasuk saat buang air. Karena itu, arah bangunan WC juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi umat Muslim.
Dikutip Rabu (30/04/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @chobixmesemtv4476, topik ini dijelaskan secara rinci olehpendakwah Ustadz Abdul Somad atau UAS dalam salah satu ceramahnya.
Menurut UAS, arah WC tidak boleh menghadap arah kiblat ataupun membelakanginya secara lurus. Ini berlaku saat seseorang sedang dalam posisi buang hajat, baik dalam posisi jongkok maupun duduk.
Simak Video Pilihan Ini:
Salah Tangkap, Pencari Bekicot Diintimidasi dan Dipermalukan
Tanah Sempit Tidak Boleh jadi Alasan
Penjelasan ini mengacu pada adab dalam Islam saat buang hajat, yakni tidak menghadap atau membelakangi kiblat. Hal ini merupakan bagian dari penghormatan terhadap arah sholat dan tempat suci umat Islam.
UAS menekankan bahwa meskipun tanah yang dimiliki sempit, bukan berarti arah WC tidak bisa disesuaikan. Selalu ada cara untuk membuat WC tidak menghadap atau membelakangi kiblat secara langsung.
Ia menyarankan agar posisi kloset dibuat sedikit miring ke kiri atau ke kanan dari arah kiblat. Dengan cara ini, pengguna tetap menjaga adab meski memiliki lahan terbatas di rumah.
“Jangan langsung menghadap atau membelakangi kiblat, miring saja ke kiri atau ke kanan,” ujar UAS dalam tayangan tersebut.
Penjelasan ini juga ditujukan kepada panitia pembangunan masjid. UAS mengingatkan bahwa pembangunan fasilitas umum seperti WC masjid harus memperhatikan arah kiblat demi menjaga kesopanan dalam Islam.
Menurutnya, tidak ada alasan untuk membangun WC secara sembarangan, bahkan di lokasi yang luas atau sempit sekalipun. Semua bisa diatur asalkan memiliki niat baik dan memahami syariat.
Kesalahan dalam arah WC memang tidak serta-merta membatalkan ibadah, tetapi menjaga adab tetap menjadi hal penting yang menunjukkan ketaatan seseorang terhadap aturan Islam.
Jadikan Hal Ini sebagai Rujukan
UAS juga mengingatkan bahwa adab seperti ini harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari upaya menjaga kesucian diri dan tempat tinggal.
Lebih dari itu, memperhatikan arah WC menunjukkan sikap seorang Muslim yang senantiasa menjaga hubungan vertikal dengan Tuhannya dalam segala aktivitas, termasuk saat buang hajat.
Dengan memperhatikan adab dan syariat, bahkan WC pun bisa menjadi tempat yang mendatangkan pahala, selama niat dan pelaksanaannya sesuai dengan ajaran Islam.
UAS menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia secara detail, bahkan sampai pada hal-hal yang dianggap sepele oleh sebagian orang.
Penjelasan ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi masyarakat yang sedang merancang atau merenovasi rumah, terutama yang memiliki keterbatasan lahan.
Dengan demikian, umat Muslim diharapkan tidak asal dalam membangun fasilitas sanitasi, melainkan memperhatikan aspek syariat agar tetap mendapatkan keberkahan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul