Liputan6.com, Jakarta - KH Abdul Mu'ti yang lebih populer dengan nama Kiai Hamid Pasuruan dikenal sebagai sosok ulama yang sangat sabar dan penuh kasih. Kisah tentang kesabarannya menghadapi gangguan dari tetangganya terus menginspirasi banyak orang.
Syahdan, setiap malam, rumah Kiai Hamid dilempari batu oleh seorang tetangganya yang hasud. Batu-batu itu tidak hanya merusak dinding rumah, tetapi juga mengganggu ketenangan.
Meski tahu siapa pelakunya, Mbah Hamid Pasuruan tidak pernah marah. Ia selalu menunjukkan sikap tenang dan sabar, memberikan contoh luar biasa tentang bagaimana menghadapi kejahatan dengan kebaikan.
Ketika santrinya bertanya apakah mereka harus membalas perbuatan tersebut, Kiai Hamid hanya tersenyum. Dengan bijak, ia meminta para santrinya untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh lemparan batu.
"Jangan balas dengan keburukan," pesan Mbah Hamid, yang memperlihatkan ketulusan hatinya dalam menjalani ajaran Islam, dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626.
Sikap Kiai Hamid ini mengajarkan pentingnya sabar dan memaafkan. Seiring waktu, tetangganya yang sering mengganggu itu justru merencanakan sebuah acara hajatan.
Namun, rencana ini tidak diketahui oleh siapa pun, termasuk Kiai Hamid dan santri-santrinya.
Simak Video Pilihan Ini:
Murahnya Harga Susu Kambing Segar untuk Menangkal Corona Covid-19 di Cilacap
Ternyata Kiai Hamid Balas Beri Kambing
Meskipun tidak ada yang memberi tahu, Kiai Hamid seolah memiliki firasat. Ia kemudian memerintahkan salah satu santrinya untuk membeli kambing. Kambing itu disiapkan sebagai hadiah bagi tetangga yang selama ini mengganggu rumahnya. Tanpa rasa dendam, Kiai Hamid malah membantu meringankan beban tetangganya.
Ketika tetangganya mengetahui bahwa Kiai Hamid sudah memberikan hadiah kambing untuk hajatan, ia sangat terkejut. Tak ada yang tahu tentang rencana acara itu, apalagi Kiai Hamid yang sering diganggu setiap malam. Kesadaran mulai muncul di hati tetangganya, bahwa ulama besar ini bukanlah orang biasa.
Sadar akan kesalahannya, tetangga itu pun menemui Kiai Hamid dengan hati penuh penyesalan. Ia mengakui segala kesalahan dan meminta maaf atas perbuatan buruk yang dilakukan selama ini. Tidak hanya meminta maaf, tetangga itu juga mengucapkan terima kasih atas kebaikan Kiai Hamid.
Kiai Hamid menerima permintaan maaf itu dengan tulus. Tidak ada sedikit pun rasa benci atau dendam dalam hatinya. Ia justru berterima kasih karena sang tetangga telah berubah dan ingin memperbaiki dirinya. Sikap ini menunjukkan betapa dalam cinta dan kasih sayang Kiai Hamid kepada sesama manusia.
Kisah ini membawa pesan moral yang kuat. Kiai Hamid mengajarkan bahwa membalas kejahatan dengan kebaikan adalah ibadah yang sangat mulia. "Sabar adalah ibadah yang paling berat," ucapnya. Ajaran ini selaras dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Keburukan Dibalas Kebaikan
Menghadapi keburukan dengan kebaikan memang tidak mudah. Namun, seperti yang ditunjukkan Kiai Hamid, kesabaran dan kasih sayang dapat mengubah hati yang keras. Bahkan, orang yang sering berbuat jahat dapat tersentuh oleh kebaikan yang terus-menerus ditunjukkan.
Contoh ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa berbuat baik meski dalam keadaan sulit. Kiai Hamid membuktikan bahwa kesabaran bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan yang luar biasa. Dengan bersabar, seseorang dapat menjaga keharmonisan dan menjauhi permusuhan.
Kisah Kiai Hamid juga memperlihatkan bahwa kesabaran adalah jalan menuju kemenangan. Meski terus diganggu, ia tidak pernah kehilangan ketenangan atau kebaikan hatinya. Justru, ia berhasil menyentuh hati tetangganya dan membawa perubahan besar.
Kehidupan Kiai Hamid menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kesabarannya menjadi contoh bahwa menghadapi masalah dengan kepala dingin dan hati penuh cinta dapat memberikan dampak positif yang luar biasa. Tidak semua orang mampu menjalani ajaran ini, tetapi Kiai Hamid menunjukkan betapa indahnya jika kita bisa melakukannya.
Pesan yang disampaikan melalui kisah ini sangat relevan untuk kehidupan sehari-hari. Menghadapi kebencian atau fitnah dengan kasih sayang adalah cara terbaik untuk menciptakan kedamaian. Kiai Hamid mengajarkan bahwa cinta adalah senjata paling ampuh untuk melawan kejahatan.
Dengan menjadikan Kiai Hamid sebagai teladan, kita diajak untuk merenungkan sikap kita sendiri dalam menghadapi cobaan. Jika ulama sebesar Kiai Hamid mampu menunjukkan kesabaran luar biasa, kita pun bisa mencoba melatih hati agar senantiasa lapang dalam menghadapi kesulitan.
Kisah ini mengajarkan bahwa kebaikan sejati tidak memerlukan balasan atau pujian. Kiai Hamid melakukannya demi cinta kepada Allah dan sesama manusia. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi untuk selalu bersikap baik, walaupun dalam kondisi yang paling menantang.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul