Liputan6.com, Cilacap - Syukur diartikulasikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan, baik nikmat lahiriah seperti kesehatan, harta ataupun nikmat batiniah seperti ketenangan, iman dan hidayah.
Syukur memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan penting dalam Islam. Allah SWT mengingatkan pentingnya syukur dalam Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Dalam kaitannya dengan syukur, pendakwah yang merupakan lulusan program Magister Institut Dar Al-Hadis Al-Hassania Kerajaan Maroko, Ustadz Abdul Somad (UAS) menerangkan bahaya tidak syukur.
Simak Video Pilihan Ini:
Pemuda Babak Belur Gara-Gara Lirik Gadis di Kebumen
Menyangkut Persoalan Akidah
UAH menegaskan bahwa orang yang tidak syukur itu bukan ranah persoalan akhlak dan moral saja, melainkan juga persoalan akidah.
Persoaln akidah yang dimaksud ialah hatinya tidak ridlo akan ketetapan Allah SWT atas dirinya. Tidak ridlo dengan ketetapan Allah SWT merupakan perbuatan yang sangat berbahaya.
“Tak bersyukur itu masalahnya bukan pada akhlak. Orang yang tidak bersyukur itu masalahnya bukan pada moral, orang yang tidak bersyukur itu masalahnya ada pada akidah,” terangnya dikutip tayangan YouTube Short @Trukgandengsuper, Senin (10/03/2025).
“Ia tidak ridho menerima ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, saya sudah sholat, saya sudah pengajian, saya sudah zakat, saya sudah sedekah, kenapa rezeki saya tidak lancar?” sambungnya
“Tetangga saya enggak sholat, enggak puasa, hidupnya lancar, mobilnya besar, rumahnya besar, bininya besar,” kata UAS mencontohkan orang yang tidak bersyukur.
“Ha…ha…ha…,” sahut tawa para jemaah.
Orang Tak Bersyukur Beranggapan Begini kepada Allah
UAS menerangkan bahwa orang yang tidak bersyukur memandang Allah seperti ayahnya yang menerapkan konsep reward jika berprestasi dan punishmen jika melakukan pelanggaran.
Sejatinya Allah bukan begitu, ia berkehendak atas segala sesuatu dan tidak harus orang yang brprestasi diganjar dengan hal-hal yang menyenangkan. Bisa jadi sebaliknya, ia akan ditambah dengan ujian-ujian yang memberatkannya. Tujuannya tiasa lain untuk meningkatkan takwanya.
“Ini orang cara pandangnya dianggap Allah itu ayahnya," tandas UAS.
“Seorang ayah kalau melihat anaknya berprestasi, dia kasih duit, dia kasih mobil,” sambungnya.
“Allah bukan bapakmu, Allah bukan ayahmu, Allah berkehendak sesuai kehendak Dia, bukan sesuai kehendakmu,” tegasnya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul