Liputan6.com, Jakarta Cara menjaga amal agar tidak terhapus karena riya harus dipahami dan dipraktikkan secara konsisten agar ibadah yang dilakukan tetap murni dan diterima oleh Allah SWT. Riya atau pamer dalam beribadah merupakan salah satu penyakit hati yang dapat menghapus pahala amal seseorang.
Sifat ini muncul ketika seseorang melakukan ibadah bukan semata-mata untuk mencari keridaan Allah, melainkan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia. Karena sifatnya yang tersembunyi di dalam hati, melawan riya menjadi tantangan tersendiri bagi setiap muslim.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa riya adalah penyakit hati yang membuat seseorang melakukan ibadah bukan karena Allah, melainkan untuk dilihat dan dipuji oleh orang lain. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Rabu (29/10/2025).
Cara Menjaga Amal Agar Tidak Terhapus Karena Riya
Menjaga kemurnian amal dari sifat riya memerlukan upaya yang serius dan konsisten. Setiap muslim perlu menerapkan langkah-langkah praktis agar ibadah yang dilakukan tetap ikhlas dan diterima oleh Allah SWT.
Melansir dari kitab Ihya Ulumuddin, cara paling mendasar untuk menjaga amal dari riya adalah dengan meluruskan niat sebelum, saat, dan sesudah beramal. Berikut adalah cara-cara praktis yang dapat diterapkan:
1. Meluruskan Niat dengan Ikhlas
Fondasi utama dalam setiap amalan adalah niat yang tulus hanya untuk Allah. Seseorang harus secara sadar menanamkan dalam hatinya bahwa setiap perbuatan baik hanya ditujukan untuk mendapatkan keridaan-Nya, bukan untuk dipuji atau dilihat oleh manusia.
2. Menumbuhkan Muraqabah (Kesadaran Diawasi Allah)
Menumbuhkan perasaan selalu berada dalam pengawasan Allah sangat efektif untuk melawan riya. Ketika seseorang menyadari bahwa Allah Maha Melihat setiap perbuatan, ia akan malu jika beramal untuk selain-Nya dan akan lebih fokus pada keikhlasan.
3. Memperbanyak Amalan Tersembunyi
Melakukan ibadah secara sembunyi-sembunyi adalah latihan yang sangat efektif untuk melawan riya. Seperti sedekah secara diam-diam, salat malam di saat orang lain terlelap, atau membaca Al-Quran sendirian tanpa memberitahu siapa pun.
4. Menghindari Berbicara Tentang Amal Sendiri
Menahan diri untuk tidak menceritakan amal kebaikan yang telah dilakukan kepada orang lain. Semakin banyak membicarakan amal sendiri, semakin besar kemungkinan riya masuk ke dalam hati.
5. Istiqamah dalam Beramal
Melakukan ibadah secara konsisten baik ketika sendiri maupun di depan orang lain. Jika seseorang rajin beribadah hanya ketika dilihat orang, itu adalah tanda adanya riya dalam hatinya.
6. Mengingat Kematian dan Akhirat
Mengingat bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan penilaian manusia tidak berguna di akhirat. Ketika seseorang menyadari hal ini, fokusnya akan beralih kepada keridaan Allah daripada pengakuan sesama makhluk.
7. Berdoa Memohon Keikhlasan
Memohon kepada Allah agar diberi kemampuan untuk beramal dengan ikhlas dan terhindar dari sifat riya. Doa adalah senjata paling ampuh bagi seorang muslim dalam menghadapi penyakit hati.
Bahaya Sifat Riya Saat Beribadah
Melansir dari kitab Madarijus Salikin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, riya adalah penyakit hati yang membuat seseorang menampakkan kebaikan dengan tujuan memperoleh kedudukan di hati manusia. Sifat ini bertentangan dengan prinsip keikhlasan yang merupakan syarat diterimanya amal ibadah.
Riya termasuk dalam kategori syirik kecil yang sangat berbahaya bagi kehidupan spiritual seorang muslim. Bahayanya tidak hanya terbatas pada hilangnya pahala, tetapi juga dapat membawa dampak negatif yang lebih luas terhadap kualitas iman dan hubungan dengan Allah SWT.
Pahala amal yang dilakukan dengan niat riya akan terhapus dan tidak diterima oleh Allah. Seseorang yang beribadah dengan riya pada hakikatnya telah menyekutukan Allah karena ia mencari pujian dari makhluk, bukan dari Sang Pencipta. Akibatnya, segala usaha dan pengorbanan yang telah dilakukan menjadi sia-sia belaka.
Riya juga dapat merusak kualitas hubungan vertikal dengan Allah karena hati tidak lagi fokus kepada-Nya. Ketika hati sibuk mencari pengakuan manusia, kekhusyukan dalam ibadah akan hilang dan spiritualitas menjadi lemah. Lebih dari itu, riya dapat membuka pintu bagi penyakit-penyakit hati lainnya seperti ujub (bangga diri), takabur (sombong), dan hasad (dengki) ketika tidak mendapat pujian yang diharapkan.
Tanda-Tanda Seseorang Terkena Riya
Mengenali tanda-tanda riya dalam diri sangat penting agar seseorang dapat segera melakukan perbaikan. Karena sifatnya yang tersembunyi di dalam hati, riya seringkali tidak disadari oleh pelakunya sendiri hingga amal kebaikannya menjadi sia-sia.
Menurut Imam An-Nawawi dalam kitab Syarah Riyadhus Shalihin, ada beberapa indikator yang menunjukkan seseorang telah terjerumus dalam riya. Berikut adalah tanda-tanda yang perlu diwaspadai:
- Semangat Beribadah Berbeda Ketika Sendiri dan di Depan Orang: Jika seseorang lebih bersemangat dan lebih baik dalam beribadah ketika dilihat orang lain, tetapi malas atau asal-asalan ketika sendirian, ini adalah tanda kuat adanya riya.
- Merasa Kecewa Ketika Tidak Dipuji: Ketika melakukan kebaikan namun tidak mendapat pujian atau pengakuan dari orang lain, ia merasa kecewa, sedih, atau bahkan marah. Ini menunjukkan bahwa amalnya dilakukan untuk mendapat respons positif dari manusia.
- Suka Menceritakan Amal Kebaikan Sendiri: Memiliki kecenderungan untuk sering menceritakan amal kebaikan yang telah dilakukan kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui media sosial.
- Memilih Tempat Ibadah yang Ramai: Lebih memilih beribadah di tempat yang ramai atau di depan banyak orang daripada di tempat yang sepi, dengan tujuan agar dilihat dan dipuji oleh orang lain.
- Merasa Senang Ketika Dipuji atas Ibadahnya: Merasakan kesenangan yang berlebihan ketika orang lain memuji ibadah atau amal kebaikannya, bahkan kesenangan tersebut lebih besar daripada kesenangan karena melakukan ibadah itu sendiri.
- Khawatir Terhadap Penilaian Manusia: Lebih khawatir atau peduli terhadap penilaian dan pandangan manusia daripada penilaian Allah terhadap amalnya.
Cara Mengobati Penyakit Riya
Mengobati penyakit riya memerlukan kesadaran, kemauan keras, dan latihan spiritual yang terus-menerus. Para ulama telah memberikan berbagai metode terapi untuk membersihkan hati dari noda riya agar ibadah kembali murni dan ikhlas.
Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk mengobati riya:
- Muhasabah (Introspeksi Diri)
Secara Rutin Meluangkan waktu setiap hari untuk mengevaluasi niat dalam setiap amal yang dilakukan. Tanyakan pada diri sendiri: "Apakah aku melakukan ini hanya untuk Allah atau ada niat lain?"
- Mempelajari Sifat-Sifat Allah
Memperdalam pengetahuan tentang Asmaul Husna terutama Al-Basir (Maha Melihat) dan Al-'Alim (Maha Mengetahui) agar kesadaran tentang pengawasan Allah semakin kuat dan mengalahkan keinginan untuk dipuji manusia.
- Memperbanyak Ibadah Sunah yang Tersembunyi
Melatih diri dengan melakukan ibadah-ibadah sunah yang tidak diketahui orang lain seperti qiyamul lail, sedekah diam-diam, dan puasa sunah tanpa memberitahu siapapun.
- Mengurangi Pergaulan yang Memicu Riya
Menghindari lingkungan atau pergaulan yang cenderung mendorong perilaku pamer atau kompetisi dalam menampakkan amal ibadah.
- Berdoa dan Memohon Pertolongan Allah
Selalu berdoa kepada Allah agar diberikan hati yang ikhlas dan terhindar dari riya, karena hanya Allah yang mampu membersihkan hati dari penyakit-penyakitnya.
- Belajar dari Kisah Salafus Salih
Membaca dan merenungkan kisah-kisah para salaf yang sangat menjaga keikhlasan, seperti bagaimana mereka menyembunyikan amal-amal kebaikan mereka hingga tidak diketahui oleh keluarga terdekat sekalipun.
FAQ
1. Apa itu riya dalam Islam? Riya adalah perbuatan memamerkan amal ibadah atau kebaikan dengan tujuan mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia, bukan semata-mata mencari keridaan Allah SWT.
2. Mengapa riya berbahaya bagi amal ibadah? Riya berbahaya karena dapat menghapus pahala amal kebaikan dan menjadikan ibadah sia-sia, bahkan termasuk syirik kecil.
3. Bagaimana cara utama menjaga amal agar tidak terhapus karena riya? Cara utama adalah dengan meluruskan niat ibadah hanya karena Allah SWT, sebelum, saat, dan sesudah beramal.
4. Apa peran muraqabah dalam menghindari riya? Muraqabah, atau perasaan selalu diawasi Allah, membantu menjaga kemurnian ibadah karena kesadaran bahwa Allah Maha Melihat akan membuat seseorang malu beramal untuk selain-Nya.
5. Mengapa memperbanyak amalan tersembunyi dianjurkan? Amalan tersembunyi adalah latihan efektif untuk melawan riya karena melatih jiwa agar lebih ikhlas dan tidak bergantung pada penilaian manusia.
6. Bagaimana mengingat kematian dapat membantu menghindari riya? Mengingat kematian dan akhirat membuat seseorang menyadari bahwa penilaian manusia tidak berguna di akhirat, sehingga fokusnya beralih pada keridaan Allah.
7. Apa tanda paling jelas seseorang berbuat riya? Tanda paling jelas adalah semangat beribadah saat dilihat orang lain namun malas saat sendirian, serta senang dipuji dan berkurang semangatnya jika dicela.

13 hours ago
4
:strip_icc()/kly-media-production/promo_images/1/original/085223300_1761037787-Desktop_1280_x_190.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3437811/original/014080000_1619164786-20210423-Mengunjungi-Pameran-Artefak-Nabi-Muhammad-SAW-di-JIC-IQBAL-8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4374139/original/096709100_1679981555-pexels-alena-darmel-8164742.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/930723/original/1421cf4bf1b1dc29f1f268bcc42b865e-027781300_1437080827-sunan.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/823639/original/098912900_1425649890-bbb.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3430881/original/000433800_1618561330-20210416-Itikaf-Masjid-Kubah-Emas-7.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4863975/original/089422800_1718366389-Ilustrasi_sedekah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4623188/original/083241600_1698209580-pexels-pavel-danilyuk-8526278.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4403641/original/008845900_1682064463-Keutamaan_istighfar__.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1522104/original/035498700_1488276143-Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4779481/original/078495900_1710991316-muslim-women-using-misbaha-keep-track-counting-tasbih.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5395424/original/066921600_1761708920-doa_nurbuat.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4976559/original/079775500_1729596649-nama-nama-surga-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4688353/original/005421400_1702706741-pertengkarabn_suami_istri_telisik.com_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5395325/original/016003300_1761703379-sholawat_nabi_yunus.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4924758/original/032866900_1724300372-ahmet-kurem-fJkO8F7D1Hk-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4117148/original/017166500_1660016440-istockphoto-ilustrasi_membaca_doa_qunut.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3437803/original/063290100_1619164728-20210423-Mengunjungi-Pameran-Artefak-Nabi-Muhammad-SAW-di-JIC-IQBAL-4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2223459/original/090937300_1526989466-iStock-483807056.jpg)





























