Liputan6.com, Jakarta - Abdullah bin Mas‘ud RA dikenal sebagai pemuda penggembala miskin dari suku Hudzail yang kehidupannya sangat sederhana. Setiap hari ia menggembalakan kambing milik orang lain untuk sekadar menyambung hidup. Namun, di balik kesederhanaan itu tersimpan hati yang bersih dan jiwa yang jujur, hingga Allah menakdirkannya bertemu Rasulullah SAW dan Abu Bakar di padang Makkah.
Pertemuan itulah yang mengubah seluruh arah hidupnya — dari seorang penggembala tanpa nama menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi SAW. Keimanan yang murni dan semangat belajarnya menjadikannya termasuk golongan pertama yang memeluk Islam serta penghafal Al-Qur’an yang mendalam pemahamannya.
Karena kedekatannya yang luar biasa dengan Rasulullah SAW, Abdullah bin Mas‘ud dipercaya melayani beliau dalam banyak urusan pribadi; menyiapkan siwak, sandal, dan air wudhu Nabi. Ia senantiasa menemani beliau dalam perjalanan, hingga dijuluki pemegang rahasia Nabi SAW (ṣāḥib sirri an-Nabī).
Bagaimana kisahnya? Simak ulasan berikut ini.
Abdullah bin Mas'ud Kisah Pemuda Penggembala
Buku Biografi Abdullah bin Mas‘ud Radhiyallahu ‘Anhu karya Syaikh Amin bin Abdullah Asy-Syaqawi menyuguhkan kisah inspiratif Abdullah Mas'ud RA, dari kehidupan sederhana hingga menjadi salah satu ulama besar Islam pertama.
Abdullah bin Mas‘ud dikenal bukan hanya sebagai penghafal Al-Qur’an dan ahli fikih, tetapi juga sebagai pemegang rahasia Nabi (ṣāḥib sirri an-Nabī).
Abdullah bin Mas‘ud dengan latar kehidupannya sebagai seorang pemuda miskin dari Bani Hudzail, bekerja sebagai penggembala kambing milik ‘Uqbah bin Abi Mu‘aith di Makkah. Dalam kemiskinan dan kesederhanaan itu, terbentuk kepribadiannya yang bersih, jujur, dan penuh tanggung jawab.
Pertemuan pertamanya dengan Rasulullah SAW terjadi ketika beliau dan Abu Bakar melewati tempat penggembalaannya dan meminta susu kambing. Ibnu Mas'ud menolak dengan alasan kambing itu bukanlah miliknya.
Dari pertemuan itulah, Abdullah bin Mas‘ud mengenal Islam dan akhirnya masuk dalam barisan as-sābiqūn al-awwalūn, golongan yang paling awal beriman.
Keikhlasan dan kesucian hati Ibnu Mas‘ud membuat Nabi SAW menaruh kepercayaan luar biasa padanya. Dari seorang penggembala sederhana, ia bertransformasi menjadi salah satu murid terdekat sekaligus pelayan pribadi Nabi yang dipercaya untuk mendampingi, menyiapkan siwak, sandal, dan air wudhu beliau.
Hal ini menandai kedekatan spiritual dan personal antara keduanya.
Pemegang Rahasia Nabi SAW
Asy-Syaqawi menjelaskan tentang gelar Ibnu Mas‘ud sebagai pemegang rahasia Nabi SAW. Ia termasuk sahabat yang paling sering berada di sisi Rasulullah, menyertai beliau dalam safar, ibadah malam, dan majelis pribadi.
Karena kedekatan inilah, para sahabat menjulukinya “shāhib as-siwāk wa na‘l Rasulillah” (pemegang siwak dan sandal Nabi). Namun makna lebih dalam dari julukan ini adalah bahwa beliau dipercaya menyimpan banyak rahasia kenabian, baik dalam ilmu maupun kebijakan yang belum banyak diketahui umat.
“Ibnu Mas‘ud adalah salah satu orang yang paling banyak menyertai Nabi SAW, hingga seolah-olah ia adalah bagian dari keluarga beliau, tulis Syaikh Asy-Syaqawi.
Julukan ini bukan hanya tanda keakraban, tetapi juga pengakuan atas kebersihan hati dan amanahnya dalam menjaga ilmu dan rahasia kenabian.
Dari seorang penggembala miskin, Allah mengangkat derajat Ibnu Mas‘ud menjadi ulama besar, perawi hadis terpercaya, dan pelita ilmu bagi generasi Islam setelahnya
Para sahabat seperti Umar dan Ali sangat menghormatinya; bahkan Umar bin Khattab mengizinkan Ibnu Mas‘ud dan keluarganya tinggal di rumah rakyat Madinah sebagai tamu kehormatan karena ilmu dan akhlaknya.
Ulama Besar dan Ahli Al-Qur’an yang Zuhud
Tentang keilmuan Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah SAW sendiri bersabda: “Ambillah Al-Qur’an dari empat orang: Abdullah bin Mas‘ud, Salim, Mu‘adz bin Jabal, dan Ubay bin Ka‘ab.”
As-Syaqawi menjelaskan bahwa ini merupakan pengakuan langsung dari Nabi tentang keluasan ilmu dan pemahaman Ibnu Mas‘ud terhadap Al-Qur’an. Ia bukan sekadar hafal, tetapi juga memahami sebab-sebab turunnya ayat, konteks hukum, dan makna mendalam di baliknya.
Dalam buku disebutkan ucapannya yang terkenal:
“Demi Allah, tidaklah turun satu surat pun kecuali aku mengetahui di mana turunnya, dan tidak satu ayat pun kecuali aku tahu kepada siapa diturunkan.”
Kedalaman ilmu inilah yang menjadikan Ibnu Mas‘ud sebagai salah satu rujukan utama dalam qirā’at dan tafsir di Kufah. Penulis menguraikan bahwa madrasah Kufah yang kemudian melahirkan banyak tabi‘in besar seperti Alqamah dan Masruq bin Al-Ajda‘ bersumber dari pengajaran Ibnu Mas‘ud.
Tak hanya mendalam ilmnya, Abdullah bin Mas'ud dikenal zuhud, tegas, dan tawadhu‘. Dia hidup sangat sederhana, menolak jabatan duniawi, dan fokus mengajar Al-Qur’an. Penulis menukil banyak perkataannya yang mengandung hikmah, seperti:
“Cukuplah dosa bagi seseorang bila ia melalaikan keluarganya.". atau “Siapa yang menginginkan ilmu, hendaklah ia memperhatikan Al-Qur’an, karena di dalamnya ada ilmu orang-orang terdahulu dan yang akan datang,".
Syaikh Asy-Syaqawi menekankan bahwa keteladanan Ibnu Mas‘ud bukan hanya dalam hafalan dan ilmu, tetapi dalam kebersihan hati dan kejujuran amal. Beliau tidak mencari popularitas, tidak memperkaya diri, dan selalu mengingatkan murid-muridnya untuk beramal karena Allah semata.
Kontribusi Ilmu dan Pengaruhnya di Dunia Islam
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Ibnu Mas‘ud menjadi salah satu pilar ilmu di masa Khalifah Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Ia dikirim ke Kufah untuk mengajarkan Al-Qur’an dan fiqih, dan di sana ia menjadi rujukan utama penduduk Irak.
Dari majelisnya lahir generasi tabi‘in ulama besar yang membentuk dasar ilmu tafsir dan qira’at di wilayah timur Islam.
Buku ini menggarisbawahi bahwa tanpa kontribusi Ibnu Mas‘ud, rantai transmisi ilmu Al-Qur’an di Kufah—yang kelak melahirkan Imam Abu Hanifah, tidak akan terbentuk sebagaimana adanya. Dengan demikian, kedalaman ilmunya tidak hanya memberi pengaruh spiritual, tetapi juga institusional dalam sejarah keilmuan Islam.
Abdullah bin Mas‘ud wafat pada tahun 32 H dalam usia sekitar 63 tahun. Sebelum wafat, ia berwasiat agar dimakamkan tanpa kemewahan dan tidak dishalatkan oleh penguasa. Ketawadhuannya tetap terjaga hingga akhir hayat.
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa beliau mencintai Ibnu Mas‘ud dan keluarganya, dan cinta itulah yang menjadi warisan paling berharga bagi umat.
Warisan sejati Ibnu Mas‘ud adalah ilmu yang diamalkan, bukan harta, bukan kedudukan. Beliau adalah cerminan sempurna dari sabda Nabi ﷺ: “Ulama adalah pewaris para nabi.”
Hikmah Kisah Abdullah bin Mas'ud
Setiap kisah tentang Ibnu Mas'ud disertai pelajaran moral, tentang pentingnya ketekunan, kesederhanaan, dan cinta terhadap ilmu. Dari segi historiografi, buku ini tidak bermaksud menjadi karya akademik hadis, melainkan ta‘rīf wa tazkiyah, pengenalan dan pemuliaan terhadap figur sahabat.
Kisah Abdullah bin Mas‘ud sebagaimana disajikan dalam buku ini adalah refleksi nyata dari pesan Al-Qur’an bahwa kemuliaan bukan ditentukan oleh status sosial, tetapi oleh ketakwaan dan ilmu.
Dari seorang penggembala miskin, Allah angkat derajatnya menjadi guru umat, pemegang rahasia kenabian, dan perintis madrasah ilmu yang berpengaruh selama berabad-abad.
Bahwa ilmu, akhlak, dan keikhlasan akan meninggikan derajat manusia di sisi Allah. Ia bukan sekadar biografi, tetapi cermin spiritual yang mengajak pembaca meneladani warisan moral para sahabat.
Abdullah bin Mas‘ud adalah contoh abadi bahwa dari padang gembalaan yang sepi, bisa lahir cahaya ilmu yang menerangi dunia.
Keteladanan Abdullah bin Mas'ud RA
Dari kisah perjalanan hidup Abdullah bin Mas'ud dan kontribusinya untuk dunia Islam, Assoc. Prof. Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd dalam buku “Abdullah bin Mas‘ud: Pemuda Pemberani, Pelantun Al-Qur’an di Hadapan Kaum Kafir” menggambarkan Abdullah bin Mas‘ud sebagai teladan sempurna bagi generasi muda: seorang pemuda pemberani, pecinta Al-Qur’an, alim yang rendah hati, dan da’i yang ikhlas.
Ia mengajarkan bahwa keimanan sejati menuntut keberanian, ilmu, dan pengorbanan. Dalam diri Ibnu Mas‘ud tergambar harmoni antara ilmu, amal, dan akhlak, tiga pilar yang mengangkat derajat manusia di sisi Allah.
Berikut ini rangkuman keteladanan Abdullah bin Mas'ud:
1. Keberanian dalam Menegakkan Kebenaran
Abdullah bin Mas‘ud dikenal sebagai sahabat pertama yang secara terang-terangan melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an di hadapan kaum Quraisy di Makkah. Ia tahu risikonya besar—penyiksaan dan penganiayaan—namun tetap maju dengan keyakinan. Tindakan ini menjadi simbol keberanian spiritual yang lahir dari iman yang kokoh, bukan semata keberanian fisik.
2. Kecintaan Mendalam terhadap Al-Qur’an
Ibnu Mas‘ud sangat mencintai Al-Qur’an. Ia bukan hanya hafal, tetapi juga memahami maknanya dan mengamalkannya. Rasulullah ﷺ bahkan menyebut namanya di antara empat sahabat yang paling layak dijadikan rujukan dalam membaca dan memahami Al-Qur’an. Kecintaannya pada Al-Qur’an menjadi teladan bagi setiap Muslim untuk menjadikan wahyu sebagai pedoman hidup.
3. Keteguhan Iman dan Kesabaran
Dalam berbagai ujian—penganiayaan di Makkah, tekanan sosial, dan kemiskinan—Ibnu Mas‘ud tetap sabar dan tidak pernah surut dalam dakwah. Buku ini menekankan bahwa kesabarannya merupakan wujud nyata dari keyakinan bahwa pertolongan Allah akan datang kepada orang-orang yang teguh dalam kebenaran.
4. Kerendahan Hati dan Keikhlasan
Meski dikenal luas sebagai sahabat besar dan ahli Al-Qur’an, Abdullah bin Mas‘ud hidup dengan sangat sederhana. Ia menolak pujian berlebihan dan selalu menegaskan bahwa segala ilmu dan keberhasilan datang dari Allah.
5. Kecerdasan dan Kedalaman Ilmu
Abdullah bin Mas‘ud sebagai sosok berilmu luas, terutama dalam tafsir, fikih, dan qira’at. Ia memahami konteks setiap ayat dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Kecerdasan dan metode berpikir kritisnya menjadi teladan bagi para pencari ilmu agar tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami dan mengamalkan isi Al-Qur’an.
6. Kepedulian terhadap Umat
Ibnu Mas‘ud dikenal sangat perhatian terhadap masyarakat, terutama dalam pendidikan dan pembinaan akhlak. Ketika diutus ke Kufah, ia mengajarkan Al-Qur’an, menumbuhkan kecintaan kepada ilmu, dan menegakkan keadilan. Keteladanan sosialnya menegaskan bahwa ulama sejati bukan hanya ahli ibadah, tetapi juga pendidik umat.
7. Zuhud dan Kesederhanaan
Ibnu Mas‘ud tidak pernah tertarik pada kemewahan dunia. Ia hidup bersahaja dan mengingatkan orang lain agar tidak terperdaya oleh harta. Sikap zuhudnya menunjukkan keseimbangan antara dunia dan akhirat yang menjadi ciri khas para sahabat Nabi.
People Also Ask
1. Apakah Ibnu Mas'ud pernah bekerja sebagai penggembala ternak?
Waktu itu, dia masih bekerja sebagai anak gembala di peternakan milik seorang musyrik. Ada ratusan ekor kambing yang digembalakannya. Dalam menjalankan tugasnya, Ibnu Mas'ud sangat cermat dan bertanggung jawab. Tidak seekor kambing pun dibiarkannya berkeliaran jauh terpencil dari kerumunan kambing-kambing yang lain.
2. Abdullah bin Mas Ud terkenal karena apa?
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang dikenal sangat mencintai Al-Qur'an. Ia termasuk sahabat yang pertama kali memeluk Islam dan mendapatkan bimbingan langsung dari Rasulullah SAW dalam membaca dan memahami Al-Qur'an.
3. Bagaimana penjelasan Abdullah bin Mas'ud tentang iman?
Abdullah bin Mas'ud pernah berkata, “Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur”. Begitulah keduanya hadir saling melengkapi dan menuntun kita menjadi manusia yang mulia dalam menghadapi setiap ujian kehidupan.
4. Kenapa Rasulullah menggembala kambing?
Rasulullah menggembala kambing untuk mendapatkan rezeki, membantu meringankan beban pamannya, Abu Thalib, dan karena pekerjaan itu membentuk karakter kepemimpinan, kesabaran, dan kepedulian. Penggembalaan juga memberikan kesempatan untuk merenung dan menyatu dengan alam, mempersiapkannya menjadi sosok yang kuat, sabar, dan tawadhu (rendah hati).

10 hours ago
4
:strip_icc()/kly-media-production/promo_images/1/original/085223300_1761037787-Desktop_1280_x_190.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4117148/original/017166500_1660016440-istockphoto-ilustrasi_membaca_doa_qunut.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2223459/original/090937300_1526989466-iStock-483807056.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4779481/original/078495900_1710991316-muslim-women-using-misbaha-keep-track-counting-tasbih.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3203834/original/001838300_1597030361-top-view-hand-holding-money-desk_23-2148397901.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/885386/original/003007200_1432609352-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5380436/original/025286300_1760424585-Wanita_muslim_berdoa_setelah_sholat__Pexels_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4367391/original/082473100_1679453428-tarawih.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5154979/original/040661200_1741423970-847066fc0ade4c90f4cacd6316da2f19.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5380435/original/008084100_1760424585-Pria_berdoa_setelah_sholat__Pexels_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1554094/original/040157900_1491121330-stairs-735995_1920.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4572021/original/010236500_1694495492-ekrem-osmanoglu-R_t4oOh-Lvg-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4889994/original/071009200_1720767600-pexels-zeynep-sude-emek-193601188-20785719.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3613932/original/011973800_1635296982-youth-pledge-flat-design_23-2148650759.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5169862/original/050122900_1742550938-pexels-shukran-2103130.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/813545/original/080167000_1424263004-neraka.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4263585/original/041682200_1671184976-sunan-kalijaga.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5029709/original/010462700_1732949072-ciri-kiamat-kubra.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4976559/original/079775500_1729596649-nama-nama-surga-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2850390/original/036180000_1562823034-Jemaah_Haji_Thawaf_di_Kakbah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5151380/original/086607800_1741158200-pray-6268224_1280.jpg)





























