Doa Puasa Hajat atau Nazar Arab dan Arti: Niat, Hukum, dan Keutamaan

2 months ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Puasa hajat dan nazar merupakan bentuk ibadah yang memiliki kedudukan penting dalam Islam. Melalui puasa ini, individu dapat mengungkapkan rasa syukur atau memenuhi janji yang telah diikrarkan kepada Allah SWT.

Pentingnya niat dan doa puasa hajat atau nazar menjadi kunci utama dalam meraih keberkahan dan pahala dari ibadah ini. Menurut Jurnal Media Ilmu, puasa secara bahasa berarti "menahan dari segala sesuatu", seperti menahan makan,

Puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah SWT. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk doa puasa hajat atau nazar, termasuk niat, tata cara, hukum, dan keutamaannya.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Kamis (14/08/2025).

Bacaan Doa Puasa Hajat atau Nazar

Dalam melaksanakan puasa hajat atau nazar, niat merupakan rukun yang paling utama dan harus diucapkan sebelum memulai puasa. Niat ini membedakan puasa wajib dari puasa sunah lainnya dan menegaskan tujuan ibadah yang dilakukan. Niat puasa nazar dapat dibaca pada malam hari sebelum esok berpuasa, atau hingga sebelum waktu imsak tiba.

Bacaan niat puasa nazar adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ نَذْرٍ لِلّٰهِ تَعَالَى

"Nawaitu Shauma Nadzri Lillahi Taala"

Artinya: "Saya berniat puasa nazar karena Allah Ta’ala."

Setelah menunaikan puasa sepanjang hari, umat Muslim disunahkan untuk segera berbuka puasa saat adzan Maghrib berkumandang. Doa berbuka puasa juga memiliki lafal khusus yang dianjurkan untuk dibaca sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Doa ini merupakan penutup dari rangkaian ibadah puasa harian.

Doa buka puasanya adalah sebagai berikut:

اللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ تَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

"Allahumma laka shumtu wa ala rizqika afthartu, taqabbal minnii innaka antassamii ul aliim"

Artinya: "Ya Allah, untuk-Mu puasaku dan atas rizki-Mu aku berbuka, maka terimalah dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui."

Pahami Puasa Hajat dan Nazar

Puasa hajat dan puasa nazar pada hakikatnya merupakan ibadah puasa dengan tujuan khusus, yang dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas terkabulnya suatu hajat atau permohonan. 

Dalam praktiknya, puasa hajat seringkali merujuk pada pelaksanaan puasa yang terkait langsung dengan nazar setelah hajatnya terpenuhi.

Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam buku Rahasia dan Keutamaan Puasa Sunah oleh Abdul Wahid, bahwa puasa hajat dapat dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas terkabulnya keinginan, yang sekaligus berfungsi menunaikan janji jika sebelumnya telah bernazar.

Oleh karena itu, ketika seseorang telah bernazar untuk berpuasa jika hajatnya dikabulkan, maka puasa tersebut sekaligus menjadi puasa nazar yang hukumnya wajib.

Sumber dari baznas.go.id menegaskan, melaksanakan puasa nazar bukan hanya menggugurkan kewajiban, tetapi juga merupakan bentuk pengakuan dan syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.

Puasa hajat adalah puasa yang berhubungan erat dengan nazar. Di mana hajat telah terpenuhi dan puasa dilaksanakan sebagai bentuk pemenuhan janji sekaligus rasa syukur kepada Allah SWT.

Hukum Puasa Hajat atau Nazar

Ketika puasa hajat tersebut diucapkan dalam bentuk nazar atau janji, maka hukumnya berubah menjadi wajib. Apabila seseorang bernazar untuk berpuasa jika hajatnya terkabul, dan hajat tersebut benar-benar terkabul, maka puasa nazar tersebut menjadi fardu ain, yaitu kewajiban yang mengikat individu tersebut.

Meninggalkan puasa nazar yang telah diikrarkan dan hajatnya terkabul akan mendatangkan dosa besar, karena hal itu dianggap melanggar janji kepada Allah SWT. Hal ini senada dengan petunjuk Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA:

"Barang siapa bernazar mentaati Allah, hendaklah melakukannya. Dan barangsiapa yang bernadzar mengerjakan maksiat kepada Allah, maka janganlah melakukannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah juga memerintahkan umat Muslim untuk selalu menunaikan nazar-nazar yang telah mereka janjikan, sebagaimana dijelaskan dalam penggalan surat Al Hajj ayat 29: "Dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka." Ayat ini menegaskan pentingnya menepati janji yang telah diikrarkan kepada Allah.

Meskipun demikian, sebagian ulama berpendapat bahwa melakukan puasa hajat untuk meminta sesuatu adalah makruh, karena sifat manusia yang cenderung pelupa, sehingga dikhawatirkan akan lupa setelah bernazar dan hajatnya terkabul.

Hadits dari Ibnu Umar RA menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW melarang nazar, karena nazar tidak bisa mendatangkan kebaikan kecuali karena takdir, tetapi hanya untuk mengeluarkan sesuatu dari orang yang pelit (HR. Bukhari).

Namun, jika nazar tersebut bersifat ketaatan kepada Allah dan tidak mengandung keburukan, maka wajib untuk ditunaikan.

Tata Cara Pelaksanaan Puasa Hajat dan Nazar

Tata cara pelaksanaan puasa hajat atau nazar pada dasarnya sama dengan puasa-puasa lainnya dalam Islam, yang meliputi beberapa tahapan penting. Tahapan pertama adalah niat, yang merupakan rukun puasa dan harus dilakukan sebelum fajar menyingsing.

Niat

Niat ini membedakan puasa dari sekadar menahan diri dari makan dan minum, menjadikannya sebuah ibadah yang sah di mata Allah SWT.

Niat puasa dapat dibaca setelah sholat Isya di malam hari sebelumnya hingga sebelum waktu imsak atau adzan Subuh berkumandang, seperti dijelaskan dalam buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari dari Kandungan hingga Kematian.

Sahur

Setelah niat, langkah selanjutnya adalah sahur, yaitu makan dan minum sebelum waktu imsak. Sahur merupakan sunah yang sangat dianjurkan karena mengandung keberkahan dan memberikan kekuatan bagi orang yang berpuasa. Waktu sahur yang paling utama adalah mengakhirkannya hingga mendekati waktu imsak, sebagaimana disarankan oleh baznas.go.id.

Menahan diri

Selama berpuasa, seseorang wajib menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Hal-hal yang membatalkan puasa meliputi

  1. makan dan minum dengan sengaja,
  2. muntah dengan sengaja,
  3. bersenggama,
  4. haid dan nifas bagi wanita,
  5. hilang akal akibat mabuk atau gangguan jiwa,
  6. serta murtad atau keluar dari Islam,

seperti yang disebutkan oleh Iqbal Syauqi Al Ghiffary dalam buku Agar Tak Hanya Lapar dan Dahaga. Penting untuk menjaga diri dari hal-hal tersebut agar puasa tetap sah dan diterima oleh Allah SWT.

Buka puasa

Puasa berakhir ketika adzan Maghrib berkumandang, menandakan masuknya waktu berbuka.

Umat Muslim disunahkan untuk menyegerakan berbuka puasa, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Sahal bin Sa’ad, "Manusia itu akan senantiasa dalam kondisi baik-baik saja, selama ia menyegerakan berbuka puasa." (HR. Bukhari dan Muslim).

Berbuka puasa dapat dimulai dengan makanan atau minuman manis, seperti kurma, diikuti dengan membaca doa berbuka puasa sebagai ungkapan syukur.

Waktu Pelaksanaan Puasa Hajat atau Nazar

Waktu pelaksanaan puasa hajat atau nazar tidak memiliki ketentuan hari yang spesifik, melainkan dapat dilakukan kapan saja sesuai dengan kebutuhan atau janji yang telah diikrarkan.

Puasa ini bisa dikerjakan selama 1 hari, 3 hari, 7 hari, atau bahkan 40 hari, tergantung pada nazar yang diniatkan dari awal. Fleksibilitas ini memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan durasi puasa dengan kemampuan dan komitmennya.

Meskipun demikian, ada beberapa waktu yang diharamkan untuk berpuasa, dan puasa hajat atau nazar tidak boleh dilakukan pada hari-hari tersebut. Hari-hari yang diharamkan berpuasa antara lain Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal), Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), dan hari-hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah).

Selain itu, wanita yang sedang haid atau nifas juga tidak diperbolehkan berpuasa. Jika nazar jatuh pada hari-hari yang diharamkan, maka puasa tersebut harus diganti pada hari lain.

Hukum melaksanakan puasa hajat atau nazar adalah fardu ain, yang berarti kewajiban yang mengikat setiap individu Muslim yang telah bernazar. Apabila seseorang yang bernazar puasa terkabul permohonannya, maka hukum puasa yang dinazarkan menjadi wajib dan akan berdosa jika tidak dikerjakan, seperti dikutip dari buku Rahasia dan Keutamaan Puasa Sunah oleh Abdul Wahid.

Sebagai contoh, jika seseorang bernazar untuk berpuasa selama 3 hari berturut-turut jika hajatnya dikabulkan, maka ia wajib melaksanakan puasa tersebut selama 3 hari berturut-turut apabila Allah mengabulkan hajatnya.

Penting untuk diingat bahwa nazar harus diucapkan dengan lisan, bukan hanya terbesit dalam hati, agar memiliki kekuatan hukum dalam syariat, sebagaimana dijelaskan dalam buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah

Keutamaan Puasa Nazar

Puasa nazar memiliki banyak keutamaan yang membanggakan bagi mereka yang melaksanakannya dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.

  • Salah satu keutamaan utama adalah memunculkan sikap bersyukur kepada Allah SWT.

Melakukan puasa nazar merupakan ungkapan rasa syukur atas segala nikmat dan keberhasilan yang telah diberikan Allah dalam mencapai suatu tujuan atau hajat. Ini bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga bentuk pengakuan atas karunia Ilahi, seperti dijelaskan oleh baznas.go.id.

Seseorang yang melakukan puasa nazar hendaknya tidak hanya menggugurkan kewajiban, akan tetapi juga ada niat syukur dan yang ikhlas dari kita kepada Allah SWT.

  • Keutamaan lain dari puasa nazar adalah melatih seseorang untuk menjadi pribadi yang tepat janji.

Puasa nazar sejatinya adalah janji yang dibuat seseorang pada dirinya sendiri dengan Allah SWT. Dengan menepati janji ini, seseorang belajar untuk bertanggung jawab terhadap komitmennya, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia.

Orang yang tidak menepati janjinya tergolong sebagai pendusta dan akan mendapatkan dosa di hadapan Allah SWT, sebagaimana ditegaskan oleh baznas.go.id. Oleh karena itu, puasa nazar menjadi pelajaran berharga untuk senantiasa menepati janji kepada Allah.

  • Selain itu, puasa nazar juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan ketakwaan.

Melalui ibadah puasa, seseorang melatih kesabaran, pengendalian diri, dan kepasrahan total kepada kehendak-Nya. Proses menahan diri dari hawa nafsu selama berpuasa membantu membersihkan jiwa dan memperkuat ikatan spiritual dengan Sang Pencipta, seperti yang diungkapkan oleh baznas.go.id.

Niat dan tujuan utama dalam berpuasa haruslah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan hanya sekadar memenuhi nazar semata. Dengan melafalkan niat puasa nazar dan memperhatikan langkah-langkahnya, insya Allah seseorang akan memperoleh keutamaan yang membanggakan dalam puasa nazar.

Daftar Sumber

  • baznas.go.id.
  • Jurnal Media Ilmu. "Kaji Ulang : Puasa Wajib dan Puasa Sunnah". Vini Wela Septiana, Sekar Harum Pratiwi, Esti Wulandari, Metriani Septria, Guesa Maiwinda. Volume 3, Number 1, (2024).
  • Rahasia dan Keutamaan Puasa Sunah. Abdul Wahid. 2019. Anak Hebat Indonesia.
  • Dasyatnya Puasa Sunah. Amirullah Syarbini, dkk.
  • Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari dari Kandungan hingga Kematian. Muh Hambali.
  • Agar Tak Hanya lapar dan Dahaga. Iqbal Syauqi Al Ghiffary.
  • Puasa Ramadhan Dalam Perspektif al-Qur’an dan al-Hadits. Ahsantudhonni Ahsantudhonnidari.
  • Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah. Akhyar As-Shiddiq Muhsin, Dahlan Harnawisastra.

FAQ

1. Apa perbedaan puasa hajat dan puasa nazar?

Puasa hajat bersifat sunah untuk memohon terkabulnya keinginan, sedangkan puasa nazar wajib dilaksanakan sebagai janji kepada Allah SWT.

2. Bagaimana niat puasa nazar?

Dilafalkan sebelum fajar: “Nawaitu Shauma Nadzri Lillahi Ta’ala” (Saya berniat puasa nazar karena Allah Ta’ala).

3. Apakah puasa hajat wajib dilakukan?

Tidak, hukumnya sunah. Namun jika menjadi nazar, maka hukumnya wajib.

4. Kapan waktu puasa hajat dan nazar dilakukan?

Bisa kapan saja, kecuali pada hari-hari yang diharamkan berpuasa seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Tasyrik.

5. Apa saja yang membatalkan puasa hajat atau nazar?

Makan, minum, bersenggama, muntah sengaja, haid/nifas, hilang akal, atau murtad.

6. Apakah nazar harus diucapkan dengan lisan?

Ya, agar sah secara syariat dan menjadi kewajiban ketika syaratnya terpenuhi.

7. Apa keutamaan puasa nazar?

Mengajarkan syukur, melatih menepati janji, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |