Liputan6.com, Jakarta - Dalam kajian yang diwarnai canda, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan tentang perbedaan malaikat dan setan, serta bagaimana manusia seharusnya menyikapi sifat manusiawi yang penuh ketidaksempurnaan.
Tausiyah ini dinukil dari kanal YouTube @zona_dian7682, yang menayangkan tausiyah Ustadz Adi Hidayat dengan gaya khasnya yang serius namun diselipkan humor.
Di awal pembahasan, UAH menjelaskan bahwa malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan sifat kesempurnaan, sehingga mereka tidak bisa melakukan maksiat. "Malaikat memiliki sifat kesempurnaan dan selalu berbuat baik. Mereka tidak pernah tergoda untuk berbuat dosa," kata UAH, menjelaskan perbedaan dasar antara manusia dan malaikat.
Sementara itu, setan memiliki sifat yang berkebalikan dengan malaikat. Setan, menurut UAH, diciptakan dengan sifat yang penuh kesalahan dan selalu menggoda manusia untuk berbuat buruk. Setan di Al-Qur'an disebutkan sebanyak 88 kali, sama jumlahnya dengan penyebutan malaikat.
"Setan itu tidak kenal kebaikan dan selalu salah dalam perbuatannya. Sifatnya profesional dalam berbuat kesalahan," katanya. Dalam penjelasannya, UAH menyebutkan bahwa setan dan malaikat memiliki karakter yang sangat berbeda dan tidak bisa disamakan dengan manusia.
Dalam tausiyahnya, UAH mengajak para jamaah untuk tidak membandingkan diri mereka dengan malaikat. "Jangan pernah mengharapkan kesempurnaan dalam hidup. Kita ini bukan malaikat," ujar UAH dengan tegas, sembari mengingatkan jamaah untuk selalu ingat bahwa manusia memang makhluk yang tidak sempurna.
Simak Video Pilihan Ini:
Detik-Detik Menegangkan Kelahiran Bayi Kembar 3 di Cilacap
Begini Contohnya
Selanjutnya, UAH memberikan contoh dalam kehidupan rumah tangga, bahwa kesadaran akan ketidaksempurnaan manusia bisa membantu menciptakan hubungan yang harmonis. "Kalau suami sadar istrinya adalah manusia, maka ia tidak akan terus mencari-cari kesalahannya. Begitu juga sebaliknya," jelasnya.
UAH memberikan ilustrasi lebih lanjut dengan mencontohkan percakapan dalam rumah tangga yang kadang diwarnai keluhan karena kekurangan pasangan.
"Papa, kenapa sih ini saja tidak bisa? Yang lain bisa. Mama, Papa itu bukan malaikat," ucap UAH dengan tawa, mengajak jamaah untuk tidak menuntut kesempurnaan dari pasangan.
Candaan UAH ini disambut tawa oleh jamaah. "Dan Mama juga bukan setan, kan?" tambah UAH dengan nada canda, membuat suasana pengajian semakin hangat. Para jamaah tertawa, termasuk UAH sendiri yang tampak menikmati suasana yang penuh keakraban.
Melalui candaan ini, UAH sebenarnya menyampaikan pesan bahwa kehidupan rumah tangga dan hubungan antar manusia tidak akan pernah sempurna. Mengharapkan pasangan atau orang lain selalu benar dan sempurna hanyalah ilusi.
"Kalau sadar kita bukan malaikat, pasti kita bisa lebih menerima kekurangan pasangan kita," tambahnya.
UAH juga mengingatkan bahwa manusia harus belajar untuk memaklumi ketidaksempurnaan yang ada pada diri sendiri dan orang lain. Dalam pandangannya, kesadaran ini bisa membuat manusia lebih rendah hati dan tidak gampang menyalahkan.
Menurut UAH, setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan menyadari hal ini, manusia akan lebih mudah untuk mengatasi perselisihan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hubungan rumah tangga yang membutuhkan pengertian dan penerimaan.
Pesan dari UAH adalah agar setiap manusia berusaha untuk memperbaiki diri dan tidak sibuk mencari-cari kesalahan orang lain.
Kita Bukan Malaikat yang Tak Bisa Buat Salah
"Kita bukan malaikat, yang penting adalah terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik," ucap UAH, mengakhiri pembahasannya tentang perbedaan antara malaikat dan setan.
Ia juga menekankan bahwa meskipun manusia tidak bisa menjadi sempurna seperti malaikat, namun tetap bisa berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan berbuat kebaikan.
"Kita punya batasan, namun bukan berarti kita tidak bisa terus berusaha menjadi lebih baik," tambahnya.
Ceramah yang diakhiri dengan tawa ini meninggalkan pesan mendalam bagi para jamaah. Pesan bahwa manusia harus menerima ketidaksempurnaan dan tetap berusaha berbuat baik, tanpa harus membandingkan diri dengan malaikat atau mengharapkan kesempurnaan dari orang lain.
UAH mengingatkan bahwa dalam kehidupan ini, manusia harus tetap fokus pada tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah.
Ia menutup dengan ajakan agar semua orang menjaga hati agar tidak dipengaruhi oleh setan, namun tetap rendah hati dan tidak merasa diri sebagai sosok yang sempurna.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul