Liputan6.com, Jakarta - Dalam pandangan Islam, kekayaan bukan hanya soal jumlah atau banyaknya harta yang dimiliki. Lebih dari itu, kekayaan bisa menjadi jalan kebaikan atau justru petaka, tergantung bagaimana seseorang mengelolanya.
Dalam dunia yang kerap menilai harta secara material semata, pandangan ini menghadirkan perspektif yang lebih dalam dan spiritual.
Islam menekankan bahwa setiap nikmat, termasuk harta, adalah ujian. Apakah digunakan untuk kebaikan atau kemaksiatan. Tidak sedikit orang yang jatuh karena tidak bijak memanfaatkan kekayaan. Namun, ada pula yang justru makin dekat dengan Allah karena harta yang ia punya.
Pendakwah dari Ponpes Al Bahjah Cirebon KH Yahya Zainul Ma'arif atau yang akrab disapa Buya Yahya mengajak umat untuk tidak sekadar mengejar kekayaan, tapi juga menjadikan kekayaan itu mulia. Bukan banyaknya harta yang jadi tolok ukur, melainkan sejauh mana harta itu membawa pelakunya menuju perbuatan baik.
Buya Yahya menegaskan, kekayaan bisa menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Seorang Muslim yang diberi rezeki berlimpah seharusnya melihat kekayaan sebagai wasilah menuju amal salih, bukan alat menumpuk dunia.
Penjelasan tersebut disampaikan Buya Yahya dalam salah satu ceramah yang dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @PerintisDakwah, yang dikutip pada Minggu (13/04/2025).
Buya Yahya menjelaskan bahwa harta akan menjadi kekayaan yang baik jika digunakan untuk perbuatan baik. Dalam istilah Arab, disebutkan "yallati yasilu biha ila fi’li khairin", yang artinya kekayaan itu membawa pemiliknya menuju perbuatan baik.
Menurut Buya Yahya, kekayaan menjadi terpuji jika digunakan sebagai sarana menuju kebaikan. Misalnya, digunakan untuk membantu orang lain, membangun masjid, menyantuni anak yatim, atau mendukung dakwah Islam.
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Nelangsa Anak-Anak Pinggir Hutan Banyumas Bayar Sekolah dengan Ketela dan Pisang
Cara Harta Melindungi Kita
Sebaliknya, jika harta justru membawa pada kejahatan atau kemaksiatan, maka harta itu akan menjadi beban berat di akhirat. Bahkan bisa menyeret pemiliknya pada jurang kehancuran moral dan spiritual.
Buya Yahya mencontohkan bahwa dengan memiliki harta, seseorang bisa terhindar dari mencuri. Karena sudah cukup, maka dorongan untuk melakukan perbuatan haram bisa ditekan. Ini adalah bentuk kekayaan yang menyelamatkan.
Harta juga bisa menjaga seseorang dari rasa iri dan dengki kepada orang lain. Ketika merasa cukup, hati menjadi tenang dan tak mudah tergoda untuk menjatuhkan sesama.
Namun, syaratnya satu, kekayaan itu harus disyukuri dan dimanfaatkan dengan bijak. Syukur atas harta tidak hanya diucapkan, tapi diwujudkan dalam amal nyata yang bermanfaat bagi orang lain.
Buya Yahya mengingatkan bahwa kekayaan sejati bukan terletak pada banyaknya harta, tapi pada kebersihan hati dalam mengelolanya. Banyak orang kaya yang miskin akhlak, dan sebaliknya, banyak yang hartanya sedikit namun hidupnya mulia.
Maka, setiap Muslim dianjurkan untuk selalu mengevaluasi niat dan cara dalam mencari serta menggunakan harta. Niat yang benar dan cara yang halal menjadi pondasi utama kekayaan yang mulia.
Ketika niat mencari kekayaan semata karena Allah dan untuk menolong sesama, maka setiap rupiah yang dikeluarkan akan bernilai ibadah. Bahkan, makan dan minum yang dibeli dari harta halal pun akan bernilai pahala.
Kekayaan Bisa jadi Benteng Fitnah Dunia
Kekayaan juga bisa menjadi benteng dari fitnah dunia. Dengan harta, seseorang bisa menjaga keluarganya, menunaikan zakat, infak, dan sedekah, serta menjaga kehormatan diri.
Buya Yahya juga mengajak umat Islam untuk tidak takut menjadi kaya, asalkan kekayaan itu dijalani dengan jalan halal dan digunakan untuk tujuan yang benar.
Kekayaan bukanlah sesuatu yang najis, selama tidak menjadikan pemiliknya sombong atau lalai dari akhirat. Justru kekayaan yang disyukuri dapat mengangkat derajat seseorang di sisi Allah.
Yang penting, jangan sampai harta menjadikan seseorang tinggi hati dan merasa lebih dari orang lain. Kesombongan adalah awal dari kehancuran, walau harta melimpah.
Buya Yahya menutup pesannya dengan mengingatkan bahwa kekayaan hanyalah alat, bukan tujuan. Maka jadikanlah harta sebagai kendaraan menuju kebaikan, bukan penghalang dari ridha Allah.
Dengan memahami filosofi ini, kekayaan bukan lagi sekadar angka di rekening, tapi menjadi jalan untuk meraih kemuliaan dunia dan akhirat.
Jadi, mulailah dari sekarang. Apa pun harta yang dimiliki, gunakan untuk kebaikan. Karena hanya dengan itulah kekayaan menjadi mulia dan penuh berkah.
Dan semoga, dengan memahami hakikat kekayaan yang sesungguhnya, setiap Muslim mampu memanfaatkan hartanya untuk jalan yang diridhai Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul