Liputan6.com, Jakarta - Kisah-kisah tentang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tak pernah habis menarik perhatian. Di balik perannya sebagai Presiden keempat Republik Indonesia, banyak cerita mistis dan penuh makna spiritual yang menyertainya. Salah satunya terjadi di Sumenep, Madura.
Pada suatu momen, Gus Dur disebut mengalami peristiwa tak biasa yang hingga kini menjadi bahan perbincangan. Dalam sebuah acara yang ramai dihadiri masyarakat dan para ulama, ia tiba-tiba meminta ruang untuk seseorang yang hendak mendekat.
Kisah ini datang dari Kiai Anang Faisal, yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut. Ia menyebut Gus Dur saat itu tengah dikerubungi banyak orang, namun mendadak berkata, “Tolong beri jalan, ada wanita yang ingin bersalaman dengan saya.”
Semua orang pun menoleh ke arah yang ditunjuk. Seorang wanita misterius berbusana hitam, mengenakan kebaya khas Jawa dengan penampilan sederhana namun mencolok, melangkah pelan menuju Gus Dur.
Perempuan itu lalu menjabat tangan Gus Dur dengan khidmat. Hanya dalam hitungan detik, ia menghilang dari kerumunan. Banyak yang merasa terkejut, bahkan panik, karena wanita tersebut tidak terlihat lagi di mana pun.
Momen penuh misteri ini dirangkum dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube @kanalunik, yang dikutip Liputan6.com Senin (14/04/2025).
Dalam narasinya, disebutkan bahwa usai wanita itu menghilang, Gus Dur masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil itulah Gus Dur berkata dengan tenang, “Itu ibunya Joko Tingkir. Saya tidak sempat sowan kepadanya, maka beliau yang datang menemui saya.”
Gus Dur Ulama Penuh Karomah
Pernyataan Gus Dur membuat semua orang yang mendengarnya terdiam. Mereka tak menyangka bahwa wanita berpakaian hitam tadi bukanlah orang biasa, melainkan sosok yang disebut sebagai ibunda Joko Tingkir.
Joko Tingkir, atau Sultan Hadiwijaya, dikenal sebagai pendiri Kerajaan Pajang yang juga merupakan murid dari Sunan Kalijaga. Ia merupakan sosok penting dalam sejarah Islam dan kebudayaan Jawa.
Gus Dur sendiri dikenal sebagai keturunan dari Joko Tingkir, yang membuat pertemuan spiritual semacam ini tidak dianggap aneh oleh sebagian kalangan pesantren dan pecinta tarekat.
Bagi para santri dan kiai, kejadian seperti itu merupakan bentuk karomah atau kemuliaan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang saleh dan dekat dengan-Nya.
Kisah ini pun mempertegas keyakinan sebagian masyarakat bahwa Gus Dur bukan hanya tokoh intelektual dan pemimpin bangsa, tapi juga seorang wali yang memiliki hubungan batiniah yang kuat dengan para leluhur dan kekasih Tuhan.
Sebagai seorang ulama, Gus Dur memang dikenal tidak hanya berilmu tinggi tetapi juga penuh kejutan dalam berbagai aspek hidupnya. Banyak kisah yang menggambarkan kepekaan spiritualnya sangat tinggi.
Tak sedikit pula yang mempercayai bahwa Gus Dur dapat merasakan kehadiran makhluk-makhluk gaib yang tidak tampak oleh mata biasa. Hal ini diperkuat oleh banyaknya kesaksian orang-orang terdekatnya.
Ekspresi Gus Dur Datar, Biasa Saja
Dalam kisah ini, pertemuan singkat yang terjadi seolah menunjukkan bahwa para kekasih Tuhan punya cara sendiri untuk hadir dan bertemu dengan sesama kekasih Tuhan lainnya.
Wanita yang disebut sebagai ibunda Joko Tingkir itu tak pernah diketahui identitas pastinya oleh banyak orang. Tidak ada yang mengenalnya, dan tak satu pun yang bisa melacak ke mana ia pergi setelah bersalaman.
Namun bagi Gus Dur, pertemuan tersebut seolah sangat wajar. Tak ada ekspresi heran di wajahnya, justru yang tampak adalah ketenangan dan penghormatan terhadap tamu tak terlihat tersebut.
Kisah ini telah menyebar luas, khususnya di kalangan pesantren dan pecinta kisah-kisah karamah para wali. Banyak yang mengambil pelajaran dari kejadian tersebut tentang pentingnya adab dan penghormatan kepada sesama.
Bukan hanya sebagai cerita mistis, kisah ini juga menjadi refleksi bahwa dunia spiritual memiliki lapisan-lapisan yang tak semua orang bisa pahami, terlebih jika tak memiliki kepekaan hati.
Hingga kini, cerita tentang wanita misterius yang menghilang usai bersalaman dengan Gus Dur tetap menjadi pembicaraan yang membangkitkan rasa kagum dan penasaran di tengah masyarakat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul