Liputan6.com, Jakarta - Haji dan umrah di Tanah Suci merupakan ibadah dambaan setiap muslim. Ibadah ini tidak hanya memerlukan niat, tapi juga perlu kesiapan baik secara materi, mental, maupun fisik. Karenanya, untuk haji diwajibkan bagi orang yang mampu menjalankannya dan umrah dihukumi sunnah.
Pendakwah Ustadz Khalid Basalamah mengungkap satu amalan yang nilai pahalanya setara haji dan umrah. Menurutnya, waktu pengerjaan amalan ini tidak sampai sejam dan dapat dilakukan setiap hari.
Amalan yang dimaksud adalah sholat Subuh berjamaah di masjid, berdzikir hingga terbit matahari, lalu menunaikan sholat dua rakaat. Hal ini sebagaimana hadis yang diceritakan oleh Anas ibn Mâlik Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
Artinya, “Barangsiapa yang sholat Subuh berjamaah, kemudian ia duduk – dalam riwayat lain: ia menetap di masjid – untuk berdzikir kepada Allâh sampai matahari terbit, kemudian ia sholat dua rakaat, maka ia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna. [HR at-Tirmidzi, II/481 no.586 dan dinilai sebagai hadits hasan oleh Syaikh al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdîtsish Shahîhah, IX/189 no. 3403, dan Misykatul Mashâbîh, I/212 no. 971, dan Shahîhut Targhîb wat Tarhîb, I/111 no. 464].
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kisah SMK Komputama Pesahangan Dekatkan Teknologi ke Pegunungan Cilacap
Haji dan Umrah Butuh Waktu, Biaya, hingga Energi
Ustadz Khalid mengatakan, ibadah haji dan umrah membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Bagi yang belum bisa berangkat ke Tanah Suci, maka bisa mengistiqomahkan amalan tersebut.
“Walaupun ibadah umrah sederhana, mungkin 2-3 jam selesai, tapi biayanya , waktunya panjang, reguler aja kita butuh 8-9 hari karena sekaligus ke Masjid Nabawi, tapi intinya umrah itu butuh biaya, butuh waktu,” kata Ustadz Khalid dikutip dari YouTube Khalid Basalamah Official via DoniS, Jumat (14/3/2025).
Pun dengan haji yang beberapa pekan harus tinggal di Tanah Suci, meskipun ibadah utamanya hanya enam hari dari tanggal 8 hingga 13 Dzulhijjah. “Dari enam hari ini ada dua hari sunnah, tanggal 9 dan 13 Dzulhijjah, tapi kalau mau sempurna hajinya, semuanya dikerjakan,” ujar Ustadz Khalid.
Ustadz Khalid menyampaikan bahwa ibadah haji dan umrah di Tanah Suci membutuhkan upaya, waktu, dan energi. Belum lagi suka dukanya ditambah biaya yang tidak sedikit.
“Tapi subhanallah duduk antara 50 menit sampai 55 menit (kurang sejam), habis sholat Subuh berdzikir kepada Allah SWT (kemudian sholat dua rakaat setelah matahari terbit), mendapatkan lengkap pahala haji dan umrah, itu luar biasa,” tandas Usatdz Khalid.
Niat Sholat Isyraq
Adapun sholat dua rakaat ketika matahari terbit dikenal sebagai sholat Isyraq atau Syuruq. Berikut adalah niat sholat isyraq sebagaimana diterangkan Syaikh Nawawi dalam Nihayatuz Zain.
أصلى سنة الإشراق ركعتين لله تعالى
Ushalli sunnatal isyraqi rak’ataini lillahi ta’ala.
Artinya, “Aku niat shalat sunnah isyraq dua rakaat karena Allah.”
Tata Cara Sholat Isyraq
Sebagai panduan dalam melaksanakan sholat isyraq, berikut tata cara sholat isyraq yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sholat pada umumnya.
1. Membaca niat sholat isyraq
2. Takbiratul ihram
3. Membaca surah al-Fatihah dilanjutkan salah satu surah dalam Al-Qur’an (Dianjurkan surah Ad-Dhuha)
4. Rukuk
5. Iktidal
6. Sujud pertama
7. Duduk di antara dua sujud
8. Sujud kedua rakaat pertama
9. Berdiri dan mengulang urutan di atas sejak membaca Surah al-Fatihah, salah satu surah dalam Al-Qur’an (dianjurkan surah As-Syarh), hingga sujud kedua
10. Duduk tasyahud
11. Mengucapkan salam, menoleh ke kanan dan kiri.
Doa Sholat Isyraq
اَللّهُمَّ يَا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ رِقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظَلاَم مِشْكَاتِيْ، وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ، بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَاِننَا فِي اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ.
Allâhumma yâ nûrannûri bit thûr wa kitâbim masthûrin fî riqqim mansyûrin wal baitil ma’mur, as-aluka an tarzuqanî nûran astahdî bihi ilaika wa adullu bihi ‘alaika wa yashhabunî fi hayâtî wa ba’dal intiqâli min dhalâmi misykâtî, wa as-aluka bissyamsi wa dhuhâha wa nafsin wa mâ sawwâha, an taj’ala syamsa ma’rifatika musyriqatam bî lâ yahjubuhâ ghaimul auhâmi walâ ya’tarîhâ kusûful qamaril wâhidiyyati ‘indat tamâm, bal adim lahâl Isyraqa wad dhuhûra ‘alâ mamarril ayyâmi wad duhûr. Wa shallillâhumma ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin khâtamil anbiyâ-i wal mursalîn. Wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhummaghfir lanâ wa liwâlidîna wa li-ikhwâninâ fillâhi ahyâ-an wa amwâtan ajma’în.
Artinya, “Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah bukit Thur dan Kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah Baitul Ma'mur, aku memohon padamu atas cahaya yang dapat menunjukkanku kepada-Mu. Cahaya yang dapat mengiringi hidupku dan menerangiku setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang (kubur) ku.
Aku meminta kepada-Mu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan dengan jiwa dan kesempurnaannya, agar Engkau menjadikan matahari ma’rifat kepada-Mu yang seperti matahari cerahnya bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemahaesaan di kala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun.
Berikanlah rahmat ta'dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan rasul. Segala Puji hanya milik Allah Tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal." (Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain, halaman 103).
Wallahu a’lam.