Puasa Senin, Ayyamul Bidh dan Syawal 2025: Bolehkah Gabung Niat Puasa Sunnah?

1 day ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Ibadah umat Islam tidak hanya sholat. Muslim diperintahkan melaksanakan ibadah lainnya seperti zakat, sedekah, haji, dan puasa

Khusus puasa, ibadah ini tidak hanya dikerjakan saat Ramadhan, tapi juga di bulan lain. Hukum puasa selain Ramadhan adalah sunnah, kecuali puasa qadha Ramadhan, puasa nazar, dan puasa kafarat.

Adapun puasa sunnah ada banyak. Macam-macam puasa sunnah ialah puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, puasa Syawal, puasa Tarwiyah, puasa Arafah, puasa Rajab, puasa Dawud, dan sebagainya.

Di bulan April 2025, ada tiga puasa sunnah yang bisa dilakukan dalam sehari. Adalah puasa Senin, Syawal, dan Ayyamul Bidh. Tiga puasa ini dapat dikerjakan sekaligus pada Senin, 14 April 2025 atau 15 Syawal 1446 H.

Pertanyaannya, apakah boleh menggabungkan niat puasa-puasa sunnah tersebut sekaligus? Simak penjelasannya di bawah ini, mengutip penjelasan dari beberapa ulama.

Saksikan Video Pilihan Ini:

VIDEO KEPANIKAN WARGA CILACAP KARENA PERINGATAN TSUNAMI GEMPA 7,3 SR

Penjelasannya

Mengutip penjelasan dari NU Online, Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya al-Asybah wan Nadhair mengatakan bahwa menggabungkan dua niat sunnah menurut Imam al-Qaffal kedua ibadah tersebut tidak sah dilakukan secara bersamaan. Namun, pendapat Imam al-Qaffal ini dibantah dengan sebuah kasus bahwa berniat mandi sunnah untuk sholat Jumat dan mandi sunnah hari raya keduanya dianggap sah dikerjakan secara bersamaan. 

الرَّابِعُ: أَنْ يَنْوِي مَعَ النَّفْلِ نَفْلًا آخَر: فَلَا يَحْصُلَانِ. قَالَهُ الْقَفَّالُ وَنُقِضَ عَلَيْهِ بِنِيَّتِهِ الْغُسْل لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيد، فَإِنَّهُمَا يَحْصُلَانِ. قُلْت: وَكَذَا لَوْ اجْتَمَعَ عِيد وَكُسُوف، خَطَبَ لَهُمَا خُطْبَتَيْنِ، بِقَصْدِهِمَا جَمِيعًا ذَكَرَهُ فِي أَصْلِ الرَّوْضَةِ، وَعَلَّلَهُ بِأَنَّهُمَا سُنَّتَانِ، بِخِلَافِ الْجُمُعَة وَالْكُسُوف، وَيَنْبَغِي أَنْ يُلْحَق بِهَا مَا لَوْ نَوَى صَوْم يَوْم عَرَفَة وَالِاثْنَيْنِ مَثَلًا، فَيَصِحّ 

Artinya, "Keempat: Jika seseorang berniat menggabungkan dua niat untuk dua ibadah sunnah, maka kedua ibadah tersebut tidak sah dilakukan secara bersamaan. Pendapat ini disampaikan oleh Al-Qaffal. Namun, pendapat tersebut dibantah dengan contoh berniat mandi untuk Jumat dan hari raya, dimana keduanya dianggap sah." 

"As-Suyuthi berkata: Begitu juga, jika sholat Id dan sholat kusuf berkumpul (waktunya bersamaan), maka seseorang dapat berkhutbah dua kali dengan niat untuk keduanya sekaligus. Hal ini disebutkan dalam kitab Ar-Raudhah dan dikuatkan dengan alasan bahwa keduanya adalah ibadah sunah, berbeda dengan sholat Jumat dan sholat kusuf."

"Dan seyogyanya dapat disamakan juga, seseorang yang berniat puasa hari Arafah dan hari Senin misalnya, maka puasa tersebut tersebut sah." Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, al-Asybah wan Nadhair, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, cetakan pertama: 1403 H] juz I halaman 23).  

Imam Bujairimi lebih tegas menyatakan keabsahan puasa yang dikerjakan dengan cara menggabungkan dua niat puasa sunah sekaligus atau hanya satu niat saja.

  تَنْبِيهٌ: قَدْ يُوجَدُ لِلصَّوْمِ سَبَبَانِ، كَوُقُوعِ عَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ يَوْمَ اثْنَيْنِ أَوْ خَمِيسٍ، وَكَوُقُوعِهِمَا فِي سِتَّةِ شَوَّالٍ فَيَتَأَكَّدُ صَوْمُ مَا لَهُ سَبَبَانِ رِعَايَةً لِكُلٍّ مِنْهُمَا، فَإِنْ نَوَاهُمَا حَصَلَا كَالصَّدَقَةِ عَلَى الْقَرِيبِ صَدَقَةً وَصِلَةً وَكَذَا لَوْ نَوَى أَحَدَهُمَا فِيمَا يَظْهَرُ. 

Artinya, "Peringatan: Terkadang ditemukan puasa memiliki dua sebab, seperti hari Arafah atau Asyura yang jatuh pada hari Senin atau Kamis, atau kedua hari tersebut jatuh dalam enam Syawal. Dalam kondisi seperti ini, puasa tersebut menjadi lebih ditekankan karena mengandung dua sebab, dengan memperhatikan keutamaan masing-masing. Jika seseorang berniat puasa untuk keduanya sekaligus, maka pahala dari kedua puasa tersebut dapat diperoleh, sebagaimana sedekah kepada kerabat yang sekaligus menjadi bentuk sedekah dan silaturahmi. Begitu juga, jika ia hanya berniat untuk salah satunya, berdasarkan apa yang tampak jelas." (Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairami, Tuhfatul Habib 'ala Syarhil Khatib al-Bujairimi 'ala Syarhil Minhaj, [Beirut, Darul Fikr: 1995 M], juz II halaman 404).   

Pahala yang Akan Diperoleh

Terkait dengan pahala yang didapatkan itu tergantung dari yang diniatkan. Berikut penjelasan Imam Ibnu Hajar selengkapnya.

  وَسُئِلَ فَسَّحَ اللَّهُ فِي مُدَّتِهِ عَمَّنْ نَوَى صَوْمَ يَوْمِ عَرَفَة مَعَ فَرْضٍ أَوْ كَانَ نَحْوُ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ وَنَوَى صَوْمَهُ عَنْ عَرَفَة وَكَوْنه يَوْمَ الِاثْنَيْنِ فَهَلْ تَحْصُل لَهُ سُنَّةُ صَوْمِهِ؟ فَأَجَابَ بِقَوْلِهِ الَّذِي يَقْتَضِيه كَلَامُهُمْ أَنَّ الْقَصْدَ إشْغَالُ ذَلِكَ الزَّمَانِ بِصَوْمٍ كَمَا أَنَّ الْقَصْدَ بِالتَّحِيَّةِ إشْغَال الْبُقْعَةِ بِصَلَاةٍ وَحِينَئِذٍ فَإِنْ نَوَاهُمَا حَصَلَا أَوْ نَوَى أَحَدَهُمَا سَقَطَ طَلَبُ الْآخَرِ وَلَا يَحْصُلُ ثَوَابُهُ 

Artinya, "Imam Ibnu Hajar pernah ditanya, tentang seseorang yang berniat puasa Arafah sekaligus dengan puasa wajib, atau ketika bertepatan dengan hari Senin, lalu ia berniat untuk berpuasa Arafah sekaligus puasa sunnah Senin, apakah ia mendapatkan keutamaan puasa sunnah tersebut?" "Maka beliau menjawab: Pendapat yang sesuai dengan pernyataan para ulama adalah bahwa tujuan utama dari puasa tersebut adalah mengisi waktu tersebut dengan puasa, sebagaimana tujuan shalat Tahiyatul Masjid adalah menggunakan tempat itu untuk ibadah salat. Oleh karena itu, jika ia berniat untuk keduanya sekaligus, maka kedua ibadah itu dianggap telah dilaksanakan. Namun, jika ia hanya berniat salah satunya, maka tuntutan untuk yang lain gugur, tetapi ia tidak mendapatkan pahala." (Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubro, [Mesir, Al-Maktabah Al-Islamiyah: tt], juz II, halaman 85).  

Dari paparan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menggabungkan niat puasa sunnah misalnya puasa Senin dengan Syawal atau dengan Ayyamul Bidh diperbolehkan diperbolehkan dan mendapatkan dua pahala puasa sunah sekaligus.   

Jika niatnya hanya satu puasa, maka pahala yang didapatkan hanya satu pahala puasa sunnah yang diniatkan saja. Sedangkan tuntutan puasa sunnah yang lain otomatis telah gugur dengan dikerjakannya puasa sekalipun tidak diniatkan.

Niat Puasa Senin, Ayyamul Bidh, dan Syawal

Niat Puasa Senin

Berikut niat puasa Senin.

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yaumil itsnaini lillâhi ta‘âlâ.

Artinya. "Aku berniat puasa sunah hari Senin karena Allah ta‘âlâ."

Niat Puasa Ayyamul Bidh

Berikut niat puasa Ayyamul Bidh.

نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ayyâmil bîdl lilâhi ta’âlâ.

Artinya, “Saya niat puasa Ayyamul Bidh (hari-hari yang malamnya cerah), karena Allah ta’âlâ.”

Niat Puasa Syawal

Berikut niat puasa Syawal malam hari.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى      

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah ta’ala.”

Berikut niat puasa Syawal siang hari.    

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatisy Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah ta’ala.”

Wallahu a’lam.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |