Liputan6.com, Jakarta - Sholat Tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan sepanjang bulan Ramadhan. Sholat Tarawih memberikan banyak keutamaan dan pahala, terutama jika dilaksanakan dengan berjamaah.
Sholat sunnah ini biasanya dilakukan setelah sholat Isya, kemudian diakhiri dengan sholat witir yang memiliki jumlah rakaat ganjil. Sholat Witir, sebagai sholat penutup setelah Tarawih, menjadi bagian penting dari ibadah malam di bulan Ramadan.
Sebagian besar umat Islam melaksanakan sholat Witir setelah Tarawih secara berjamaah, namun ada yang memilih untuk melakukannya sendiri di akhir malam setelah bangun dari tidur untuk tahajud.
Jika demikian, bagaimana hukumnya ketika seseorang melaksanakan sholat Tarawih di masjid, tetapi sholat Witir dilakukan sendirian di rumah? Apakah hal ini dibolehkan dalam syariat, atau justru bertentangan dengan anjuran yang ada? Berikut penjelasannya.
Saksikan Video Pilihan ini:
Cuma Segini Harga Rempah Mengandung Curcumin Penangkal Corona di Cilacap
Cara Pelaksanaan Sholat Witir Menurut Ulama Mazhab
Dikutip dari laman NU Online, pembagian sholat sunnah terhadap dua bagian ini secara ringkas dijelaskan dalam kitab al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzzab:
“Sholat Sunnah dibagi menjadi dua bagian. Pertama, sholat yang disunnahkan berjamaah yaitu sholat sunnah ‘ied, sholat gerhana, dan sholat istisqa’, begitu juga sholat tarawih menurut qaul ashah. Kedua, sholat yang tidak disunnahkan berjamaah, tapi jika dilaksanakan dengan cara jamaah, maka sholat tersebut tetap sah. Yaitu sholat selain dari bagian pertama diatas.” (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzzab, juz 4, hal. 5)
Berdasarkan referensi di atas, bisa dipastikan bahwa sholat witir secara hukum asalnya termasuk dalam kategori sholat yang tidak dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjamaah. Meski demikian, para ulama memberi pengecualian tatkala sholat witir dilaksanakan di bulan Ramadan.
Menurut para ulama Syafi’iyah sholat witir pada malam bulan suci ini sunnah dilakukan secara berjamaah. Pendapat yang sama juga diungkapkan dalam mazhab Hanabilah dan satu pernyataan dalam mazhab Hanafiyah. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam referensi berikut:
“Berjamaah pada sholat witir adalah hal yang sunnah di bulan Ramadhan menurut Madzhab Hanabilah dan Syafi’iyyah serta satu qaul dari Madzhab Hanafiyah.” (Kementrian Wakaf dan Urusan Keagamaan Kuwait, Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, juz 27, hal. 168)
Meski sholat witir disunnahkan dilakukan secara berjamaah di bulan Ramadan, namun hukum ini tidak berlaku bagi orang yang akan melaksanakan tahajud di malam hari dan yakin akan terbangun di akhir malam, maka dalam keadaan demikian yang lebih utama baginya adalah mengakhirkan sholat witirnya di akhir malam. Seperti yang dijelaskan oleh Syekh Wahbah az-Zuhaili:
“Disunnahkan berjamaah dalam melaksanakan sholat witir setelah melaksanakan sholat tarawih secara berjamaah, kecuali ketika seseorang yakin akan bangun di akhir malam, maka mengakhirkan sholat witir baginya adalah lebih utama. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Muslim: “Barang siapa yang khawatir tidak bangun di akhir malam maka hendaknya ia melaksanakan witir di awal malam. Dan barang siapa yang mengharap bangun di akhir malam, maka hendaknya melaksanakan sholat witir di akhir malam, sebab sholat di akhir malam itu disaksikan” maksudnya disaksikan oleh malaikat (yang bertugas) di malam hari dan siang hari.” (Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 2, hal. 240)
Pertimbangan Sosial dalam Melaksanakan Sholat Witir di Bulan Ramadhan
Bahkan meskipun ketika sholat witir dilaksanakan di akhir malam pada bulan Ramadan, akan menyebabkan sholat witir ini tidak dilaksanakan secara berjamaah, tetap yang lebih utama adalah mengakhirkannya meski dilaksanakan sendirian daripada melaksanakannya di awal malam dengan berjamaah, hal ini tak lain karena fungsi utama sholat witir yang merupakan penutup sholat di malam hari. Ketentuan ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Syarah al-Bahjah al-Wardiyah:
“Sekiranya seseorang melaksanakan sholat witir setelah sholat tahajud maka hal tersebut lebih utama daripada sholat witir sebelum tahajud. Meskipun dengan mengakhirkan witir akan menyebabkan tidak terlaksananya sholat witir dengan cara jamaah di bulan Ramadhan” (Syekh Zakaria al-Anshari, Syarah al-Bahjah al-Wardiyah, Juz 4, Hal. 140)
Namun seandainya ketika seseorang yang memiliki niatan untuk sholat tahajud di malam hari merasa tidak enak kepada para jamaah tatkala meninggalkan tempat sholat setelah melaksanakan tarawih, maka ia tetap dapat melaksanakan sholat bersama mereka namun dengan niat sholat sunnah mutlak, bukan dengan niat shalat witir. Sebab hal yang disunnahkan adalah mengakhirkan keseluruhan sholat witir setelah melaksanakan shalat tahajud. Hal ini sesuai dengan fatwa yang disampaikan oleh Imam Ar-Ramli Kabir:
“Al-Walid (Imam Ramli Kabir) berfatwa tentang orang yang sholat witir dilaksanakan sebagian saja dengan berjamaah di bulan Ramadhan, lalu ia menyempurnakan shalat witirnya setelah shalat tahajud. Bahwa yang lebih utama (baginya) adalah mengakhirkan keseluruhan sholat witir. Para ulama berkata: “Orang yang hendak melaksanakan tahajud maka sebaiknya ia tidak melaksanakan sholat witir dengan berjamaah, tapi mengakhirkannya sampai (akhir) malam. Jika ia ingin sholat bersama para jamaah, maka ia hendaknya sholat sunnah muthlaq dan (tetap) melaksanakan witir di akhir malam” (Syekh Syihabuddin ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj, juz 5, hal. 319)
Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melaksanakan sholat witir dengan berjamaah di bulan Ramadan adalah hal yang disunnahkan selama seseorang tidak memiliki niatan untuk melaksanakan sholat tahajud di malam hari. Jika ia memiliki niatan untuk sholat tahajud dan yakin akan terbangun di akhir malam, maka disunnahkan untuk mengakhirkan sholat witir di akhir malam, meskipun tidak dilakukan dengan cara berjamaah.
Namun patut diperhatikan bahwa dalam mengamalkan sholat witir ini tetap mempertimbangkan terhadap tradisi dan penilaian masyarakat setempat. Hal ini misalnya dengan cara tidak beranjak pulang langsung setelah tarawih, ketika seseorang memiliki niatan untuk melaksanakan sholat witir di akhir malam, tapi tetap mengikuti prosesi sholat witir yang dilakukan oleh imam namun dengan niat sholat sunnah mutlak, dengan demikian ia mendapatkan keutamaan mengakhirkan keseluruhan shalat witir dan melestarikan syiar Islam yang sudah berkembang secara luas di masyarakat berupa melaksanakan sholat witir secara berjamaah. Wallahu a’lam.