Ada Orang Ngaku Bertemu Nabi atau Melihat Jin, Sikap Kita Harus Bagaimana Buya?

16 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena spiritual kerap kali menjadi bahan pembicaraan yang menarik, terutama dalam lingkungan pesantren atau majelis-majelis keagamaan. Namun tidak sedikit yang menyalahgunakan pengalaman spiritual demi mendapatkan pengakuan atau kedudukan lebih tinggi dari orang lain, misalnya mengaku bertemu nabi dan rasul atau bahkan jin.

Salah satu isu yang sering muncul adalah pengakuan seseorang yang bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Ada pula yang mengaku melihat jin, atau bahkan berinteraksi langsung dengan makhluk gaib tersebut. Meskipun dalam ajaran Islam jin itu ada dan bisa menjelma, tetap diperlukan kehati-hatian dalam menyampaikan cerita-cerita seperti itu.

Perlu dicatat bahwa pengalaman spiritual sejatinya adalah hal yang sangat pribadi. Ketika seseorang dengan mudah menceritakan pertemuan gaib atau mimpi bertemu Nabi kepada orang banyak, maka patut dipertanyakan motif di balik pengakuan tersebut.

Ulama pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya, menegaskan bahwa dua hal ini bisa menjerumuskan seseorang pada kebohongan besar. Yaitu mengaku-ngaku bertemu jin, dan mengaku-ngaku mimpi bertemu Rasulullah.

Dikutip Ahad (06/07/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya menyampaikan bahwa kebohongan seperti ini bisa menjadi penyakit di lingkungan keagamaan jika tidak segera diwaspadai dan dihentikan.

Simak Video Pilihan Ini:

Tebar Benih Ikan dan Tanam Bibit Jagung Serentak, Dukung Ketahanan Pangan Prabowo

Bahaya Mengaku Ketemu Rasulullah

Menurut Buya Yahya, ada sebagian orang yang ingin dianggap sebagai wali atau sosok mulia, lalu mulai mengarang cerita bahwa dirinya setiap malam bertemu Rasulullah. Ini menjadi awal munculnya pembohongan yang berantai dalam sebuah komunitas.

Buya Yahya mencontohkan, bila di sebuah pesantren satu orang mengaku bertemu Nabi, maka santri lainnya bisa ikut-ikutan membuat pengakuan serupa hanya demi dianggap istimewa. Lama-kelamaan, satu pondok bisa dipenuhi dengan para pembohong spiritual.

Pengalaman spiritual memang bisa saja terjadi, termasuk mimpi bertemu Rasulullah. Namun jika hal itu benar-benar terjadi, seseorang sebaiknya menyimpannya untuk diri sendiri. Hubungan dengan Nabi sangat pribadi dan tidak perlu diumbar.

Selain itu, kisah pertemuan dengan jin juga menjadi celah terjadinya kebohongan. Ada kejadian di sebuah pondok pesantren, di mana seorang santri mengaku melihat jin saat hendak ke toilet. Karena takut, ia minta ditemani dan mulai menyebarkan cerita tersebut.

Besoknya, santri lain ikut mengaku melihat jin di tempat yang sama. Lama-kelamaan cerita tersebut dipercaya sebagai kenyataan, padahal tidak ada bukti yang mendukung keberadaan makhluk halus di lokasi tersebut.

Jangan Menjadi Penyebar Kebohongan

Buya Yahya mengingatkan bahwa jin memang bisa menjelma, tetapi kemampuan itu tetap berada dalam kendali Allah. Tidak sembarang orang bisa melihat jin, kecuali atas izin-Nya. Maka, cerita-cerita yang dikarang justru menyesatkan orang lain.

Cerita yang tidak berdasar ini bisa menimbulkan ketakutan massal. Para santri yang awalnya tidak merasa apa-apa, akhirnya merasa takut dan cemas hanya karena terbawa sugesti dari cerita bohong yang tersebar.

Apabila seseorang memang benar-benar melihat jin, ia pun dianjurkan untuk tidak menyebarkannya tanpa tujuan yang jelas. Karena bisa jadi, justru hal itu memperkeruh suasana dan mengganggu ketenangan orang lain.

Demikian pula soal mimpi bertemu Rasulullah, meski secara teologis memungkinkan, tetap harus dijaga agar tidak menjadi sumber fitnah atau alat pencitraan spiritual. Kejujuran dan kerendahan hati jauh lebih utama dalam meniti jalan keimanan.

Buya Yahya menegaskan, siapa pun yang dengan sengaja menyebar kebohongan tentang pertemuan dengan Nabi atau jin, berarti telah masuk ke dalam wilayah kedustaan yang besar. Hal ini sangat berbahaya, terutama bagi perkembangan spiritual seseorang.

Pesan penting dari Buya Yahya adalah menjaga lisan dan hati dari keinginan untuk dipuja melalui jalan bohong. Lebih baik memperkuat amal nyata daripada memburu pengakuan melalui cerita-cerita mistis yang tak bisa dibuktikan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |