Doa Kesembuhan Diri Sendiri dan Orang Sakit, Lekas Sembuh dan Tidak Kambuh

5 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Di tengah dinamika kehidupan, kesehatan menjadi anugerah tak ternilai. Saat sakit menghampiri, manusia dihadapkan pada keterbatasan dan kerap mencari pertolongan, baik medis maupun spiritual. Salah satu ikhtiar yang tak lekang oleh waktu adalah melalui doa, sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta seraya memohon kesembuhan.

Doa kesembuhan bukan hanya sekadar rangkaian kata, melainkan juga manifestasi keyakinan dan harapan. Peneliti Dr. Larry Dossey dalam bukunya Healing Words: The Power of Prayer and the Practice of Medicine (1993), berargumen bahwa meski mekanisme kerja doa belum dapat dijelaskan secara ilmiah, ada bukti kuat bahwa hubungan spiritual dapat mempercepat pemulihan dan memperkuat ketahanan emosional pasien.

Dalam konteks Islam, doa memiliki kedudukan istimewa sebagai ibadah dan sarana memohon pertolongan Allah SWT. Doa kesembuhan menjadi bagian dari ikhtiar seorang Muslim untuk meraih kesehatan, di samping upaya medis yang dijalani.  

Berikut Liputan6.com ulas lengkap tentang doa kesembuhan dan penjelasannya dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (8/7/2025).

Putri bungsu Mawar AFI diketahui tengah sakit terbaring lemas di rumah sakit. Mawar pun minta doa untuk kesembuhan anaknya.

Doa Kesembuhan untuk Diri Sendiri: Bacaan Arab, Latin, dan Artinya

Dalam tradisi Islam, doa (du‘a) merupakan salah satu sarana utama seorang hamba memohon pertolongan kepada Allah, termasuk ketika meminta kesembuhan dari sakit. Doa untuk kesembuhan, atau yang dikenal sebagai ruqyah syar’iyyah, merupakan bagian dari warisan spiritual yang memiliki dasar kuat dari Al-Qur’an dan Hadis.

Menurut kitab "Al-Adzkar" karya Imam Nawawi, terdapat banyak doa yang diajarkan Rasulullah SAW untuk memohon kesembuhan diri. Salah satu yang populer adalah doa yang bersumber dari hadis sahih riwayat Muslim:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ، أَذْهِبِ الْبَأْسَ، اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

Latin: Allahumma Rabb an-nās, adzhib al-ba’sa, isyfi anta asy-Syāfi, lā syifā’a illā syifā’uka, syifā’an lā yughādiru saqaman

Artinya: "Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini. Sembuhkanlah, Engkaulah Sang Penyembuh. Tidak ada kesembuhan selain dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit."

Imam Nawawi dalam Al-Adzkar menyatakan bahwa doa ini dapat dibaca oleh orang yang sedang sakit maupun orang lain yang sedang mendoakan. Doa ini mencerminkan keimanan bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa mutlak atas kesehatan.

 Doa dari Al-Qur’an untuk Kesembuhan 

Terdapat pula doa yang berasal dari kisah Nabi Ayyub AS dalam Al-Qur’an (QS. Al-Anbiya: 83), yang sering dijadikan bacaan untuk meminta kesembuhan:

رَبِّ إِنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Latin: Rabbi innī massaniya aḍ-ḍurru wa anta arḥamur-rāḥimīn

Artinya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkaulah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang."

Menurut Tafsir Al-Qurthubi, doa Nabi Ayyub ini menunjukkan kerendahan hati dalam mengakui penderitaan, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kasih sayang Allah. Tafsir ini menekankan bahwa doa kesembuhan harus lahir dari keikhlasan dan keyakinan penuh kepada rahmat Allah.

Dalam kajian akademik, hubungan antara doa dan kesembuhan juga menjadi topik penelitian. Dalam jurnal "Journal of Religion and Health" (Koenig, 2008) dijelaskan bahwa praktik spiritual seperti doa memiliki pengaruh signifikan terhadap ketahanan mental pasien, serta berdampak pada proses pemulihan yang lebih baik. Studi tersebut menunjukkan bahwa pasien yang aktif berdoa menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih rendah dan rasa optimisme yang lebih tinggi selama masa sakit.

Selain itu, dalam buku "Spiritual Healing in Islam: The Sufi Tradition" karya Shaykh Hisham Kabbani, dijelaskan bahwa doa penyembuhan bukan hanya sekadar lafaz, namun juga latihan penguatan jiwa. Dalam tradisi tasawuf, doa diiringi dengan dzikir dan tawakal total kepada Allah merupakan bentuk terapi ruhani yang memiliki efek psikosomatis terhadap tubuh.

Doa Kesembuhan untuk Orang Lain

Dalam Kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi, disebutkan berbagai doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW saat seseorang sakit. Salah satu doa yang populer adalah:

“As’alu Allāhal ‘Azhīma Rabbal ‘Arsyil ‘Azhīmi an yasyfiyaka.”

Artinya: “Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan ‘Arsy yang agung, agar Dia menyembuhkanmu.” (Imam Nawawi, Al-Adzkar, Bab Doa bagi orang sakit).

Doa ini dianjurkan dibaca sebanyak tujuh kali oleh orang yang menjenguk orang sakit, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat At-Tirmidzi dan Abu Dawud.

Dalam buku Adab al-Mardha wa Ahkamuhum karya Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, dijelaskan bahwa penyembuhan bisa terjadi dengan tiga unsur: kekuatan jiwa orang yang mendoakan, keikhlasan, serta izin dan kehendak Allah.

Ibnul Qayyim juga menjelaskan bahwa dalam kasus-kasus tertentu, ruh orang yang mendoakan jika penuh keimanan dan ketulusan bisa menjadi sebab dikabulkannya doa dan datangnya kesembuhan, dengan izin Allah.

Di kalangan pesantren dan masyarakat Muslim tradisional Indonesia, praktik mendoakan orang sakit dilakukan melalui majlis doa, pembacaan yasinan, hingga doa bersama setelah shalat. Hal ini tidak lepas dari keyakinan bahwa berkumpulnya doa kolektif membawa berkah dan menjadi bentuk solidaritas umat.

 Pahala Besar Mendoakan Orang Lain 

Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"Doa seorang Muslim untuk saudaranya yang tidak hadir (tidak bersamanya) akan dikabulkan. Di atas kepalanya ada malaikat yang ditugaskan. Setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, malaikat itu berkata: ‘Aamiin, dan untukmu juga seperti itu.’”

(HR. Muslim no. 2732)

Hadis ini menjadi dasar bahwa mendoakan kesembuhan bagi orang lain akan membawa kebaikan juga bagi si pendoa. Dalam tafsir Ibnu Katsir atas QS. Al-Isra: 82, dijelaskan bahwa Al-Qur’an mengandung kesembuhan (syifa’) baik secara ruhani maupun jasmani. Karenanya, membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebagai bentuk doa (seperti Surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas) menjadi praktik penyembuhan yang banyak dipakai dalam tradisi Islam, khususnya dalam metode ruqyah syar’iyyah.

Keutamaan Membaca Doa Kesembuhan dalam Islam

1. Manfaat Spiritual Membaca Doa Kesembuhan

Dalam Islam, doa merupakan bentuk ibadah yang sangat dianjurkan, termasuk ketika seseorang sedang mengalami sakit. Membaca doa kesembuhan (doa syifa) tidak hanya memiliki manfaat spiritual, tetapi juga berperan sebagai bentuk sugesti positif bagi penderita.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menekankan bahwa doa adalah senjata utama bagi orang mukmin. Ia menulis, “Doa adalah inti ibadah,” dan menambahkan bahwa salah satu doa yang paling mustajab adalah doa yang dipanjatkan oleh orang yang sakit, karena hatinya berada dalam kondisi tunduk dan pasrah sepenuhnya kepada Allah (Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz IV, Bab Ad-Du’a).

Dalam buku Pengobatan dan Penyembuhan dalam Islam karya Dr. Yusuf Al-Qaradawi, dijelaskan bahwa membaca doa kesembuhan bukan hanya sekadar permintaan kepada Allah, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat mental dan keimanan pasien. Al-Qaradawi menekankan bahwa keyakinan terhadap doa mempercepat proses kesembuhan karena memberikan ketenangan batin dan optimisme.

2. Lebih Kuat Menghadapi Penyakit

Lebih lanjut, jurnal ilmiah berjudul “Religious Coping and Recovery from Illness: An Islamic Perspective” oleh Dr. Farid Ahmad (dalam Journal of Islamic Medical Association, 2009), meneliti hubungan antara aktivitas religius seperti doa dengan proses penyembuhan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien yang secara rutin membaca doa merasa lebih kuat menghadapi penyakit, lebih patuh terhadap pengobatan, dan mengalami peningkatan kesejahteraan psikologis. Menurut Farid Ahmad, religious coping termasuk doa dan dzikir, terbukti mendukung pemulihan penyakit kronis melalui efek psikoneuroimunologis.

3. Doa Sebagai Bentuk Tawakal

Doa juga menjadi bentuk tawakkal atau ketergantungan sepenuhnya kepada Allah. Dalam Tafsir Al-Qurthubi, Imam Al-Qurthubi menjelaskan makna ayat “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (QS. Asy-Syu’ara: 80). Ia menafsirkan bahwa Nabi Ibrahim AS mengakui secara total bahwa hanya Allah-lah yang mampu menyembuhkan penyakit, sekalipun melalui perantara obat dan dokter (Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, tafsir QS Asy-Syu’ara: 80).

Dengan demikian, membaca doa kesembuhan memiliki keutamaan sebagai bentuk ibadah, penguat spiritual, dan dukungan terhadap proses penyembuhan medis. Penggabungan antara ikhtiar medis dan ikhtiar doa merupakan prinsip utama dalam Islam.

Tips Agar Doa Kesembuhan Lebih Mustajab dan Penyakit Tidak Kambuh

Dalam Islam, doa memiliki posisi penting sebagai salah satu bentuk ikhtiar spiritual dalam menghadapi penyakit. Namun, banyak yang bertanya: bagaimana agar doa lebih mustajab, khususnya dalam konteks kesembuhan? Dan apa yang bisa dilakukan agar penyakit tidak kambuh kembali?

1. Niat dan Keyakinan yang Kuat

Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi, disebutkan bahwa kekuatan doa sangat bergantung pada niat, keikhlasan, dan keyakinan orang yang berdoa. Imam An-Nawawi menulis, "Barang siapa yang berdoa dengan yakin dan hati yang khusyuk, maka doa itu tidak akan sia-sia." Maka, langkah awal agar doa kesembuhan menjadi mustajab adalah menghadirkan keyakinan penuh bahwa Allah Maha Menyembuhkan.

2. Menghindari Makanan Haram dan Gaya Hidup Buruk

Dalam Shahih Muslim, hadis dari Abu Hurairah menyebut bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik." (HR. Muslim). Doa seseorang bisa terhalang jika makanan dan minumannya berasal dari sesuatu yang haram atau syubhat.

Buku Imunologi dan Spiritualitas: Kajian Psikoimunologi karya Dr. Ahmad Fauzi menambahkan bahwa gaya hidup sehat—seperti menjaga pola makan, tidur cukup, dan menghindari stres—berkontribusi besar dalam memperkuat sistem imun tubuh. Dengan tubuh yang sehat, potensi kambuhnya penyakit dapat diminimalkan.

3. Rutin Membaca Doa-Doa Khusus

Kitab Thibbun Nabawi (Pengobatan Nabi) karya Ibn Qayyim Al-Jawziyyah menguraikan beberapa doa kesembuhan yang diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah doa:

"Allahumma Rabb an-nas, adzhibil ba's, isyfi anta asy-Syafi, la syifa'a illa syifa'uka, syifa'an la yughadiru saqama."

Artinya: "Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah, Engkaulah Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan selain dari kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit."

Ibn Qayyim menjelaskan bahwa doa ini sebaiknya diulang-ulang dengan penuh pengharapan dan khusyuk, terutama saat kondisi sedang lemah atau sakit berat.

4. Menggabungkan Doa dan Terapi Medis

Dalam jurnal Journal of Religion and Health (2016) oleh Koenig, H.G., disebutkan bahwa pasien yang menjalani terapi medis sambil rutin berdoa atau beribadah mengalami tingkat pemulihan yang lebih baik secara psikologis dan fisiologis. Ini menunjukkan bahwa pendekatan spiritual dan medis tidak perlu saling meniadakan, tapi justru bisa saling melengkapi.

5. Istiqamah dan Evaluasi Diri

Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya muhasabah atau evaluasi diri. Ia menyebut bahwa salah satu sebab tertahannya doa adalah karena manusia belum bertobat dari dosa yang menjadi penghalang turunnya rahmat.

Jika ingin doa kesembuhan mustajab dan penyakit tidak kambuh, seseorang perlu menjaga keistikamahan dalam ibadah, meninggalkan maksiat, dan memperbaiki hubungan sosial.

QnA Seputar Doa Kesembuhan

1 Apakah ada doa kesembuhan dari Rasulullah SAW untuk orang sakit?

Ya, salah satu doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah:

“As’alullaha al-‘azhiima rabbal ‘arshil ‘azhiim an yashfiyaka.”

Artinya: “Aku memohon kepada Allah yang Mahaagung, Tuhan ‘Arsy yang agung, agar Dia menyembuhkanmu.”

(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, sahih)

Doa ini dapat diulang tujuh kali saat mendoakan orang sakit.

2 Bagaimana cara mempraktikkan doa kesembuhan untuk diri sendiri?

Kamu bisa meletakkan tangan pada bagian tubuh yang sakit sambil membaca:

بِسْمِ اللّٰهِ (Bismillah) tiga kali, lalu membaca:

“A’udzu bi’izzatillahi wa qudratihi min sharri ma ajidu wa uhadhir.”

Artinya: “Aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan Allah dari kejelekan penyakit yang aku rasakan dan aku khawatirkan.”

(HR. Muslim)

Doa ini dapat dilakukan dengan yakin dan berharap penuh kepada Allah.

3 Apakah membaca doa kesembuhan berarti tidak perlu berobat?

Tidak, dalam Islam berobat adalah sunnah, sedangkan doa adalah bentuk tawakal dan ibadah hati. Keduanya saling melengkapi, sebab Rasulullah ﷺ bersabda:

“Berobatlah, karena Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya.” (HR. Bukhari)

4 Apakah boleh membaca doa kesembuhan untuk orang lain dari jarak jauh?

Boleh. Membaca doa kesembuhan dari jarak jauh tetap bermanfaat sebagai bentuk permohonan kepada Allah, terlebih lagi jika disertai rasa empati dan keikhlasan. Allah Maha Mendengar setiap doa, meskipun kita jauh dari orang yang sedang sakit.

5 Apakah ada waktu mustajab untuk membaca doa kesembuhan?

  • Saat sepertiga malam terakhir (waktu tahajud)
  • Setelah salat fardhu
  • Saat hujan turun
  • Di antara adzan dan iqamah
  • Saat sedang berpuasa atau menjelang berbuka

Waktu-waktu ini termasuk waktu mustajab untuk berdoa, sehingga doa kesembuhan yang dibaca di waktu-waktu tersebut lebih diharapkan untuk dikabulkan oleh Allah.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |