Nikmat Mana Lagi yang Kau Dustakan? Ini Kandungan dan Hikmah Surat Ar-Rahman Ayat 13

10 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Ungkapan "nikmat mana lagi yang kau dustakan?" seringkali terdengar dalam berbagai kesempatan, menjadi pengingat akan karunia tak terhingga. Frasa ini bukan sekadar pertanyaan retoris, melainkan sebuah teguran mendalam yang mengajak manusia dan jin untuk merenungkan setiap anugerah.

Melansir dari Tafsir Al-Wajiz oleh Syaikh Prof Dr Wahbah az-Zuhaili, ayat ini merupakan bentuk pemberitahuan kepada manusia dan jin bahwa mereka tidak bisa mendustakan nikmat Allah. Pengulangan ayat ini menjadi penegasan akan melimpahnya nikmat yang diberikan.

Ayat ini mengajak kita untuk senantiasa bersyukur atas segala yang telah diberikan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Kesadaran akan "nikmat mana lagi yang kau dustakan?" ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa syukur yang mendalam dalam diri.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Selasa (15/7/2025).

Nikmat Mana Lagi yang Kau Dustakan? Arab, Latin, dan Artinya

Ungkapan "nikmat mana lagi yang kau dustakan?" berasal dari Surat Ar-Rahman ayat 13. Ayat ini merupakan salah satu frasa paling ikonik dalam Al-Qur'an yang berulang kali muncul untuk menekankan pentingnya rasa syukur.

Dalam bahasa Arab, ayat ini berbunyi: فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. Transliterasi Latinnya adalah "Fa-bi-ayy(i) ālā'i rabbikumā tukadhdhhibān". Ayat ini secara harfiah berarti "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?".

Menurut terjemahan dari Depag RI, serta serupa dengan interpretasi dari Muhsin Khan/Saheeh International, UNIDA Gontor Repository, ayat ini ditujukan kepada dua makhluk utama: manusia dan jin. Ini adalah penegasan langsung terhadap berbagai nikmat Ilahi yang telah dilimpahkan kepada keduanya.

Kandungan dan Hikmah Surat Ar-Rahman Ayat 13

Surat Ar-Rahman secara keseluruhan dikenal sebagai surat yang menggambarkan keindahan dan kemurahan Allah SWT. Ayat 13, "nikmat mana lagi yang kau dustakan?", menjadi inti dari pesan tersebut, mengulanginya sebanyak 31 kali untuk memperkuat kesadaran.

Mengutip buku Kedahsyatan Membaca Al-Qur'an oleh Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, isi dari surat Ar-Rahman menjelaskan berbagai nikmat yang Allah SWT limpahkan kepada manusia. Ini menjadi bukti nyata bahwa Allah memiliki sifat Ar-Rahman yang berarti Maha Pengasih.

Pengulangan ayat ini bukan sekadar pengulangan biasa, melainkan sebuah penegasan (ta'kid) yang bertujuan untuk memperkuat kesadaran manusia dan jin akan melimpahnya nikmat Allah SWT. Hikmahnya adalah agar setiap hamba senantiasa merenungkan dan mensyukuri setiap karunia.

Tafsir Mendalam 'Nikmat Mana Lagi yang Kau Dustakan?'

Ayat "nikmat mana lagi yang kau dustakan?" mengandung makna yang sangat dalam dan bukan sekadar pertanyaan retoris. Ini adalah teguran dan tantangan keras bagi mereka yang lalai atau ingkar terhadap nikmat-nikmat Allah.

Menurut Ibn Kathir, ayat ini menegaskan ulang nikmat Tuhan yang sudah sangat jelas terlihat, sehingga pertanyaannya justru menantang jin dan manusia agar menunjukkan satu pun nikmat yang mereka dustakan. Jawaban mukmin, baik manusia maupun jin, adalah "Tidak ada satu pun dari nikmat-Mu... Hanya bagi-Mu segala puji," seperti dijelaskan dalam Gunung Djati Conference Series.

Al-Maraghi menambahkan bahwa istilah "nikmat" mencakup manfaat alam seperti hujan, pergantian musim, laut tawar dan asin, serta penciptaan manusia dan jin. Fakhruddin al-Razi dalam Tafsir al-Kabir menjelaskan bahwa pengulangan ayat ini bertujuan memperkuat kesadaran akan nikmat Allah dan mengingatkan pentingnya syukur serta keseimbangan penciptaan.

Buya Hamka menjelaskan bahwa ayat ini merupakan puncak dari Surah Ar-Rahman, menyadarkan manusia dan jin bahwa hidup tidak sia-sia jika disyukuri. Jurnal skripsi komparatif antara Tafsir al-Misbah dan al-Maraghi menyimpulkan bahwa hikmah pengulangan adalah memperkuat makna (taqrīr al-ma‘nā), menanamkan syukur, dan meneguhkan keseimbangan alam semesta.

Fungsi Pengulangan (Tikrar) dalam Ayat 13

Fenomena pengulangan ayat "fabi‑ayy(i) ālā’i rabbikumā tukadhdhhibān" sebanyak 31 kali dalam Surah Ar-Rahman adalah salah satu keunikan dan kemukjizatan Al-Qur'an. Pengulangan ini dikenal sebagai tikrar.

Beberapa penelitian, termasuk yang tercatat di Garuda Kemdikbud, Walisongo Repository, dan Journal Staidk, menyoroti bahwa pengulangan ini berfungsi untuk mengingatkan, menegaskan pentingnya rasa syukur, dan menegaskan hubungan makna antar ayat. Hasbi ash-Shiddieqy dalam Tafsir An-Nur menjelaskan bahwa pengulangan ini bersifat taqrir al-ma‘nā (penetapan makna), bukan sekadar pengulangan lafaz.

Al-Alusi dalam Rūḥ al-Ma‘ānī juga menegaskan bahwa pengulangan ini untuk menetapkan makna, bukan hanya menguatkan. Ini menunjukkan bahwa setiap pengulangan "nikmat mana lagi yang kau dustakan?" memiliki tujuan pedagogis dan spiritual yang mendalam, menancapkan kesadaran akan nikmat Allah dalam hati.

Menurut Syaikh Amru Khalid dalam jurnal "Makna Tikrar...", pengulangan ini memiliki aspek tikrar lafdzī (redaksional) yang menandakan kemukjizatan, dan tikrar ma’nawī (maknawi) dengan lima tema utama: ketauhidan, nikmat penciptaan, keadilan kosmis, peringatan kiamat, dan kenikmatan akhirat.

Asbabun Nuzul dan Reaksi Jin terhadap Ayat Ini

Mengenai Asbabun Nuzul atau sebab turunnya ayat 13, mayoritas ulama menyatakan bahwa tidak terdapat riwayat sahih yang secara eksplisit menjelaskan sebab turunnya ayat ini secara spesifik. Ini berarti interpretasi lebih umum yang ditekankan, bukan narasi historis tertentu.

Namun, menurut tafsir yang dikutip dalam beberapa sumber, termasuk dalam al-Tahrīr wa’l-Tanwīr oleh Muḥammad Ṭāhir ibn ʿĀshūr, Surat Ar-Rahman secara keseluruhan turun sebagai jawaban terhadap klaim kaum musyrik yang meminta agar Nabi SAW menegaskan siapa "ar-Rahman" itu dan memperlihatkan sifatnya. Ayat ini menegaskan bahwa "nikmat mana lagi yang kau dustakan?" adalah bukti nyata dari sifat Ar-Rahman Allah.

Sebuah riwayat dari Imam at-Tirmidhi, yang disebutkan dalam tafsir dan khazanah syariah, menceritakan reaksi jin saat mendengar ayat ini. Pada malam "lailatil-jinn", Nabi Muhammad SAW membacakan Surah Ar-Rahman hingga ayat 13. Para jin yang hadir berseru, "Tidak ada satu pun nikmat Engkau, Rabb kami, yang kami dustakan."

Reaksi ini dianggap sebagai bukti langsung bahwa ayat tersebut menegaskan penggunaan istifhām (kalimat tanya retoris) yang bermakna tegas menolak penolakan nikmat Allah. Ini menunjukkan betapa kuatnya pesan "nikmat mana lagi yang kau dustakan?" dalam menyentuh hati makhluk-Nya.

Hikmah Utama dari Ayat Nikmat Mana Lagi yang Kau Dustakan

Ayat "nikmat mana lagi yang kau dustakan?" bukan hanya sekadar kalimat, melainkan sebuah seruan mendalam yang membawa berbagai hikmah bagi kehidupan manusia dan jin. Hikmah-hikmah ini relevan dalam setiap aspek kehidupan.

Salah satu hikmah utamanya adalah pengingat syukur. Ayat ini adalah panggilan untuk mengenali dan menghargai nikmat yang berlimpah, baik yang besar maupun yang kecil. Ini mendorong refleksi diri terhadap anugerah yang seringkali luput dari perhatian kita.

Kekuatan retorika atau tikrar dari ayat ini juga menjadi hikmah tersendiri. Pengulangan ayat sebanyak 31 kali mempertegas urgensi pesan, bukan sekadar gaya bahasa. Ini menancapkan kesadaran dalam benak pembaca atau pendengar, sebagaimana dijelaskan dalam e-Journal IAIN Kerinci dan UIN Suska Repository 

Ayat ini juga merupakan intisari dari seluruh surah Ar-Rahman. Setelah menyebut aneka penciptaan dan karunia, Allah menuntut refleksi apakah ada yang layak didustakan. Ini juga menunjukkan kesadaran alam dan keseimbangan, di mana nikmat alam seperti ritme siang-malam dan laut asin-tawar—berfungsi sebagai sarana pengajaran hikmah kauniyah.

QnA - Pertanyaan Umum Seputar 'Nikmat Mana Lagi yang Kau Dustakan?'

Q1: Apa makna utama dari "nikmat mana lagi yang kau dustakan?"

Jawaban: Makna utamanya adalah teguran dan tantangan bagi manusia serta jin untuk merenungkan dan mensyukuri segala nikmat Allah SWT yang telah diberikan. Ini bukan pertanyaan yang butuh jawaban lisan, melainkan ajakan introspeksi diri.

Q2: Mengapa ayat ini diulang berkali-kali dalam Surat Ar-Rahman?

Jawaban: Pengulangan ayat ini sebanyak 31 kali berfungsi sebagai penegasan (ta'kid) untuk memperkuat kesadaran akan melimpahnya nikmat Allah. Tujuannya adalah agar manusia dan jin senantiasa mengingat dan bersyukur atas karunia tersebut, serta memahami konsekuensi dari ketidaksyukuran.

Q3: Apa saja bentuk "pendustaan" yang dimaksud dalam ayat ini?

Jawaban: Pendustaan dalam konteks ini tidak hanya berarti ketidaksyukuran, tetapi juga bisa mencakup penolakan atas keberadaan Allah SWT sebagai sumber nikmat, bahkan kesyirikan atau mempersekutukan Allah dengan menganggap sumber nikmat berasal dari selain-Nya.

Q4: Apakah ayat ini hanya ditujukan kepada manusia?

Jawaban: Tidak, ayat ini secara eksplisit ditujukan kepada dua makhluk, yaitu manusia dan jin. Hal ini ditegaskan dalam penggunaan kata ganti "kuma" (kalian berdua), menunjukkan bahwa pesan syukur ini berlaku untuk keduanya.

Q5: Bagaimana cara kita mengaplikasikan makna ayat ini dalam kehidupan sehari-hari?

Jawaban: Mengaplikasikannya berarti senantiasa menyadari dan mensyukuri setiap nikmat, baik besar maupun kecil, yang kita terima. Ini juga berarti tidak mengingkari keberadaan Allah sebagai Pemberi nikmat dan menjauhi perbuatan syirik.

Q6: Adakah kaitan antara ayat ini dengan keseimbangan alam semesta?

Jawaban: Ya, Surah Ar-Rahman banyak menyebutkan nikmat-nikmat alam seperti matahari, bulan, tumbuh-tumbuhan, dan laut. Ayat ini mengajak refleksi bahwa semua keteraturan dan keindahan alam adalah bagian dari nikmat Allah yang harus disyukuri, menunjukkan keseimbangan ciptaan-Nya.

Q7: Apa hikmah terbesar dari memahami ayat "nikmat mana lagi yang kau dustakan?"

Jawaban: Hikmah terbesarnya adalah menumbuhkan kesadaran mendalam akan kebesaran dan kemurahan Allah, mendorong kita untuk selalu bersyukur, dan menjadi pengingat akan konsekuensi jika kita mendustakan nikmat-Nya. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam kesadaran ilahi.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |