Memahami Takdir Muallaq: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Takdir Mubram

2 months ago 24

Liputan6.com, Jakarta Dalam ajaran Islam, konsep takdir seringkali menjadi pembahasan yang mendalam, terutama terkait dengan peran manusia dalam menjalani kehidupannya. Salah satu jenis takdir yang memberikan ruang bagi ikhtiar dan usaha manusia adalah takdir muallaq. Konsep ini mengajarkan bahwa meskipun segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah SWT, ada bagian dari ketetapan tersebut yang dapat diubah melalui kerja keras dan doa.

DR. KH. M. Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari menjelaskan bahwa takdir muallaq adalah ketentuan Allah yang “digantungkan” pada ikhtiar manusia, yang berarti hasil akhirnya dapat berubah sesuai upaya manusia.

Manusia diberi kebebasan untuk berusaha semaksimal mungkin, dengan keyakinan bahwa hasil dari usahanya dapat memengaruhi ketetapan yang telah digariskan. Ini menunjukkan keseimbangan antara kehendak Ilahi dan tanggung jawab individu.

Pemahaman mengenai takdir muallaq sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari, mendorong setiap individu untuk senantiasa berikhtiar dan tidak berputus asa. Konsep ini menekankan bahwa setiap langkah dan upaya yang dilakukan manusia memiliki potensi untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik. Berikut Liputan6.com mengulas lengkap melansir dari berbagai sumber, Selasa (15/7/2025).

Memahami Takdir Muallaq: Pengertian dan Konsepnya

Takdir muallaq merupakan salah satu konsep fundamental dalam akidah Islam yang seringkali disalahpahami. Secara etimologi, kata “muallaq” dalam bahasa Arab berarti “tergantung” atau “digantungkan”. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis takdir ini tidak bersifat mutlak, melainkan bergantung pada usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh manusia.

Menurut Modul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas IX Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014), istilah muallaq secara bahasa berarti “sesuatu yang digantungkan”. Senada dengan itu, DR. KH. M. Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari menjelaskan bahwa takdir muallaq adalah ketentuan Allah yang “digantungkan” pada ikhtiar manusia, yang berarti hasil akhirnya dapat berubah sesuai upaya manusia.

Dengan kata lain, takdir muallaq adalah ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Manusia diberi peran untuk berusaha, meskipun pada akhirnya tetap Allah yang menentukan hasil akhir. Konsep ini menjadi landasan penting bagi umat Islam untuk senantiasa optimis dan proaktif dalam menjalani hidup.

Contoh Nyata Takdir Muallaq dalam Kehidupan Sehari-hari

Konsep takdir muallaq dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, di mana usaha manusia memiliki dampak signifikan terhadap hasil yang diperoleh. Berikut adalah beberapa contoh konkret:

  1. Rezeki: Dari Kefakiran Menuju Kecukupan Rezeki adalah salah satu aspek takdir muallaq. Meskipun Allah telah menetapkan kadar rezeki, besaran atau bentuk rezeki dapat berubah tergantung usaha dan doa manusia. Orang yang awalnya miskin bisa bangkit dan hidup berkecukupan jika bekerja keras, mengelola keuangan dengan bijak, serta tidak putus berdoa. Dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Kemdikbud, 2021), dijelaskan bahwa manusia diberi peluang untuk memperbaiki kehidupannya melalui usaha dan ikhtiar, sejalan dengan QS Ar-Ra’d [13]:11.
  2. Pendidikan dan Kecerdasan: Dari Bodoh Menjadi Cerdas Kecerdasan dan pencapaian akademik juga termasuk takdir muallaq. Seseorang yang awalnya memiliki keterbatasan dalam memahami pelajaran dapat menjadi cemerlang apabila belajar tekun, memanfaatkan waktu efektif, dan mengembangkan pola pikir terbuka. Ibnu Qayyim al-Jawziyyah dalam kitab Qadha wa Qadar menjelaskan bahwa manusia bisa mengubah keadaan dirinya melalui ilmu, menunjukkan bahwa pencapaian intelektual dapat dicapai lewat usaha pribadi.
  3. Kesehatan: Menjaga agar Tetap SehatTakdir seseorang terkait kesehatan dapat berubah tergantung gaya hidup dan usahanya. Seseorang yang rentan penyakit dapat tetap sehat jika menjalankan pola makan seimbang, rutin berolahraga, menjaga kebersihan, dan menghindari kebiasaan buruk. Rasulullah SAW menganjurkan pengobatan, “Berobatlah kalian, karena setiap penyakit ada obatnya…” (HR. Abu Dawud), menegaskan bahwa kesehatan bisa diperjuangkan.
  4. Panjang Umur: Dipanjangkan Karena Amal Panjang atau pendeknya usia manusia memang di tangan Allah, namun hadis menunjukkan bahwa umur bisa diperpanjang secara maknawi. Dalam HR. Imam Ahmad, disebutkan bahwa “Silaturahmi dapat memperpanjang umur dan menambah rezeki.” Artinya, Allah dapat menambahkan keberkahan umur seseorang sebagai balasan atas amal baiknya, seperti yang juga disinggung dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari.
  5. Kesembuhan dari Penyakit: Di Tangan Usaha dan Doa Kesembuhan dari penyakit adalah contoh takdir muallaq yang relevan. Proses penyembuhannya ditentukan oleh seberapa jauh seseorang berusaha, baik melalui pengobatan medis, herbal, terapi spiritual, maupun doa. Hadis riwayat Tirmidzi menyebutkan bahwa doa dan sedekah bisa menjadi sebab seseorang terbebas dari penyakit, dan Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah suatu penyakit Allah turunkan, melainkan Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR. Tirmidzi).

Perbedaan Esensial: Takdir Muallaq dan Takdir Mubram

Dalam Islam, takdir terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu takdir muallaq dan takdir mubram. Memahami perbedaan keduanya sangat penting untuk menempatkan peran manusia secara tepat dalam kehidupannya. Takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.

Dikutip dari laman Kemendikbud, contoh takdir mubram meliputi kelahiran, kematian manusia, jodoh, hingga hari kiamat. Tidak ada manusia yang mengetahui kapan seseorang akan lahir atau mati, sehingga hal itu menjadi rahasia milik Allah SWT semata. Ini ditegaskan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 78 yang menyatakan bahwa kematian akan mendapatkan manusia di manapun mereka berada, serta surat Al-A'raf ayat 187 mengenai hari kiamat yang pengetahuannya hanya ada pada Allah.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII SMA/SMK Kemenag RI, takdir mubram adalah takdir yang tidak dapat diubah oleh siapa pun, seperti kepastian mati atau memiliki satu ibu kandung. Sementara itu, takdir muallaq adalah takdir yang masih dapat diubah melalui usaha manusia. Setiap hamba diberi peluang oleh Allah untuk berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik, sesuai firman Allah SWT dalam QS. Ar-Ra'd/13:11.

Dalil Al-Quran dan Hadis Mengenai Takdir Muallaq

Konsep takdir muallaq memiliki landasan yang kuat dalam Al-Quran dan Hadis, menegaskan bahwa usaha dan ikhtiar manusia memiliki peran dalam ketetapan Allah. Salah satu dalil utama yang sering dijadikan rujukan adalah firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra'd ayat 11:

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

Arab-latin: Lahụ mu'aqqibātum mim baini yadaihi wa min khalfihī yaḥfaẓụnahụ min amrillāh, innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim, wa iżā arādallāhu biqaumin sū`an fa lā maradda lah, wa mā lahum min dụnihī miw wāl.

Artinya: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar Rad ayat 11)

Keutamaan Beriman kepada Takdir dalam Islam

Beriman kepada takdir, baik takdir muallaq maupun mubram, merupakan salah satu rukun iman yang fundamental dalam Islam. Iman kepada takdir bukan sekadar pilihan, tetapi hukumnya wajib bagi setiap Muslim, sebagaimana ditegaskan Nabi ﷺ saat ditanya oleh Malaikat Jibril: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. al-Bukhārī & Muslim). Kitab al-Aqidah al-Wasithiyah oleh Ibnu Taimiyah menguatkan bahwa keimanan tidak sah jika meremehkan keyakinan terhadap qadha’ dan qadar Allah.

Para ulama Ahlussunnah merumuskan empat tingkatan dalam keyakinan terhadap takdir:

  • Ilmu: Yakin bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, bahkan sebelum tercipta. Firman Allah: “…Allah mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan… dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur kecuali Dia mengetahuinya… tertulis dalam Kitab” (QS. Al-An‘ām: 59).
  • Kitabah: Menyadari bahwa semua telah dicatat dalam Lauh Mahfuzh sejak zaman azali. Hadis riwayat Muslim menyatakan: “Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.”
  • Masyī’ah (Kehendak Allah): Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi; sebaliknya, yang tidak dikehendaki tidak mungkin terjadi. Allah berfirman: “Apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.” (QS. Yā Sīn: 82).
  • Khoḍlq (Penciptaan): Menegaskan bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Allah, dan Dia menciptakan perbuatan makhluk-Nya. Allah berfirman: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar: 62).

Mengimani takdir memiliki banyak hikmah dan keutamaan. Ini menyempurnakan keimanan seseorang karena mencakup keyakinan terhadap ilmu, penulisan, kehendak, dan penciptaan Allah, sesuai pokok-pokok tauhid rububiyyah. Keimanan ini juga menenangkan hati dan meredam kegundahan, sebab mengetahui bahwa semua telah digariskan Allah membantu mengubah kebahagiaan menjadi syukur dan kesedihan menjadi ladang sabar. Selain itu, keyakinan pada takdir menumbuhkan tawakkal, menguatkan kesabaran terhadap musibah, mendorong beramal saleh, serta menghindarkan sifat kesombongan, karena semua kebaikan berasal dari ketetapan Allah.

Sumber: 

  • DR. KH. M. Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari
  • Modul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas IX Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014)
  • Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Kemdikbud, 2021)
  • Ibnu Qayyim al-Jawziyyah dalam kitab Qadha wa Qadar
  • Laman Resmi Kemendikbud
  • Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII SMA/SMK Kemenag RI,

FAQ Seputar Takdir Muallaq

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum seputar takdir muallaq:

Apa itu takdir muallaq?

Takdir muallaq adalah ketetapan Allah SWT yang dapat berubah atau dipengaruhi oleh usaha, ikhtiar, dan doa manusia. Hasilnya tidak mutlak dan bergantung pada upaya individu.

Apa perbedaan takdir muallaq dengan takdir mubram?

Takdir muallaq dapat diubah melalui usaha manusia, sedangkan takdir mubram adalah ketetapan mutlak Allah yang tidak dapat diubah oleh siapa pun, seperti kelahiran dan kematian.

Apakah rezeki termasuk takdir muallaq?

Ya, rezeki termasuk takdir muallaq. Meskipun Allah telah menetapkan rezeki, besaran dan bentuknya dapat ditingkatkan atau diubah melalui kerja keras, ikhtiar, dan doa.

Bagaimana cara mengubah takdir muallaq?

Mengubah takdir muallaq dilakukan dengan berikhtiar semaksimal mungkin, melakukan perubahan positif pada diri sendiri, serta senantiasa berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT.

Apa dalil yang mendasari konsep takdir muallaq?

Dalil utama yang mendasari konsep takdir muallaq adalah firman Allah SWT dalam QS. Ar-Ra'd ayat 11, yang menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Mengapa penting memahami takdir muallaq?

Memahami takdir muallaq penting karena mendorong manusia untuk tidak pasif, melainkan aktif berusaha dan berikhtiar dalam mencapai kebaikan, serta menumbuhkan optimisme dan rasa tanggung jawab.

Apakah kesehatan termasuk takdir muallaq?

Ya, kesehatan adalah takdir muallaq. Meskipun ada ketetapan awal, usaha menjaga pola hidup sehat, berolahraga, dan berobat saat sakit dapat memengaruhi kondisi kesehatan seseorang.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |