Surah Abasa, Kisah Teguran Allah SWT dan Pentingnya Kesetaraan dalam Berdakwah

7 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Surat Abasa termasuk surat Makkiyah yang mengandung pelajaran berharga tentang kepekaan dalam berdakwah. Kisahnya bermula saat Rasulullah SAW berpaling dari seorang buta yang datang untuk belajar, dan peristiwa itu diabadikan dalam surat Abasa sebagai teguran lembut dari Allah SWT.

Melalui Abasa, Allah mengingatkan bahwa semua orang berhak mendapatkan perhatian dalam dakwah, tanpa memandang kondisi fisik atau status sosial. Ini mengajarkan pentingnya sikap adil dan empati dalam berinteraksi.

Abasa juga menjadi pengingat bahwa nilai seseorang di sisi Allah terletak pada ketakwaannya, bukan pada penampilan luar. Surat ini menguatkan semangat inklusivitas dalam ajaran Islam.

Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang surat Abasa, Rabu (2/7/2025).

Tilawah adalah bacaan yang mulia. Adapun tilawah dalam konteks Al-Qur’an adalah perintah membacanya dan mengikuti bacaan itu dengan pengamalan. Qiraah atau iqra biasa diterjemahkan dengan membaca, bacalah. Tetapi dari segi istilah kata qiraah itu o...

Teguran Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam Surah Abasa

Teguran Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam Surah Abasa merupakan inti pesan penting yang sarat nilai pembelajaran. Allah menegur Rasulullah bukan sebagai bentuk celaan, melainkan sebagai bimbingan penuh kasih sayang agar beliau senantiasa mengedepankan keadilan dan kebijaksanaan dalam menyampaikan ajaran Islam. Peristiwa ini terjadi saat seorang sahabat buta, Abdullah bin Ummu Maktum, datang untuk mencari ilmu, namun tidak segera diberi perhatian karena Nabi tengah berdakwah kepada pembesar Quraisy.

Kisah dalam Surah Abasa mengajarkan bahwa dalam menyampaikan dakwah, setiap orang tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau kondisi fisiknya memiliki hak yang sama untuk menerima ajaran Islam. Tidak boleh ada sikap membeda-bedakan atau mengutamakan golongan tertentu semata-mata karena kekuasaan atau pengaruh mereka di masyarakat.

Selain itu, ayat-ayat dalam Abasa menjadi cerminan penting bagi umat Muslim untuk senantiasa bersikap rendah hati. Ilmu bukan untuk disombongkan, tetapi untuk dibagikan dengan tulus kepada siapa pun yang ingin belajar. Sikap empati, kepedulian, dan keikhlasan dalam berdakwah menjadi pesan moral kuat dari teguran tersebut, sekaligus membentuk landasan etika dalam interaksi sosial umat Islam.

Pentingnya Kesabaran dan Kesetaraan dalam Berdakwah

Surah Abasa menekankan nilai penting dalam berdakwah, yaitu kesabaran dan kesetaraan. Dalam menyampaikan ajaran Islam, seorang dai perlu memiliki kesabaran tinggi dalam menghadapi berbagai karakter dan latar belakang masyarakat. Tidak semua orang akan langsung memahami atau menerima dakwah yang disampaikan. 

Selain kesabaran, Surah Abasa juga menegaskan pentingnya sikap setara dan inklusif dalam berdakwah. Seorang pendakwah tidak boleh membeda-bedakan orang berdasarkan status sosial, ekonomi, atau kondisi fisik. Setiap individu berhak mendapatkan penjelasan, bimbingan, serta perhatian yang sama dalam memahami Islam. 

Dengan mengedepankan kesabaran dan kesetaraan, dakwah akan terasa lebih menyentuh dan menyatu dengan hati pendengarnya. Suasana dialog yang terbuka dan penuh empati akan menumbuhkan rasa percaya, sehingga orang yang didakwahi merasa dihargai dan lebih mudah menerima ajaran yang disampaikan. Inilah salah satu pelajaran besar dari Surah Abasa yang tetap relevan sepanjang masa.

Mengutip buku berjudul Indahnya Kesabaran (2017) oleh Abdullah Gymnastiar dijelaskan Imam Ghazali menerangkan bahwa sabar adalah sifat istimewa manusia yang tidak terdapat pada makhluk lainnya. Kebaikan berlangsung di muka bumi karena adanya kesabaran di dalam diri manusia.

Masih dari sumber yang sama, kesabaran mutlak kita perlukan untuk hadir di dalam diri kita. Karena kesabaran adalah jalan meraih ridha Allah SWT. Apabila Dia ridha kepada kita, maka kemakmuran dan kesejahteraan tidak lagi akan menjadi slogan semata.

Keutamaan Orang yang Mencari Ilmu dan Beriman

Surah Abasa juga menyoroti keutamaan orang-orang yang mencari ilmu dan beriman, meskipun berasal dari kalangan sederhana. Allah SWT mengangkat derajat mereka karena keikhlasan dan kesungguhan mereka dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Kisah Abdullah bin Ummu Maktum dalam surah ini menjadi bukti nyata bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak bergantung pada status duniawi, melainkan pada niat dan amalnya.

Orang-orang yang dengan rendah hati terus menuntut ilmu serta memperkuat keimanan mereka dijanjikan ganjaran besar oleh Allah SWT. Mereka tidak hanya akan memperoleh ketenangan dan petunjuk di dunia, tetapi juga kebahagiaan abadi di akhirat. Ini menunjukkan bahwa ilmu dan iman adalah dua hal yang tak terpisahkan dalam membentuk pribadi yang mulia dan diridhai oleh Allah SWT.

Mengutip kajian yang dipublikasikan di Inspirasi Dunia: Jurnal Riset Pendidikan dan Bahasa Volume 4, Nomor.1 Tahun 2025 dijelaskan menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban yang sangat ditekankan dalam Islam. Hal ini tercermin dalam banyak ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW, yang memandang ilmu sebagai cahaya yang menerangi kehidupan manusia. Dalam konteks kehidupan modern yang sarat dengan perubahan cepat dan kemajuan teknologi, keutamaan menuntut ilmu tidak hanya berlaku dalam konteks pencarian pengetahuan, tetapi juga sebagai dasar pembentukan karakter yang baik dan bermoral.

Keadaan Manusia di Akhirat Menurut Surah Abasa

Surah Abasa tidak hanya berisi teguran dan pelajaran moral, tetapi juga menggambarkan dengan jelas keadaan manusia di akhirat. Pada hari itu, manusia akan dibedakan berdasarkan keimanan dan amal perbuatannya selama hidup di dunia. Mereka yang beriman dan senantiasa melakukan amal saleh akan meraih kebahagiaan abadi, berupa kenikmatan surga yang tidak terbayangkan oleh akal manusia. Balasan ini menjadi bukti keadilan dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya yang taat.

Sebaliknya, bagi mereka yang kufur, berpaling dari kebenaran, dan larut dalam maksiat, Surah Abasa memberikan peringatan tegas tentang siksaan akhirat. Neraka menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang mengabaikan perintah Allah dan tidak menyiapkan bekal amal kebaikan. Gambaran azab yang pedih tersebut tidak hanya menjadi ancaman, melainkan juga sebagai peringatan agar manusia merenungi arah hidupnya.

Pesan utama dari Surah Abasa adalah bahwa kehidupan dunia bersifat sementara, sedangkan kehidupan akhirat bersifat kekal. Oleh karena itu, umat Islam diajak untuk tidak terlena oleh kesenangan dunia yang fana, melainkan fokus mempersiapkan bekal untuk akhirat dengan memperbanyak iman dan amal saleh. 

Nikmat Allah SWT dan Balasan di Akhirat

Surah Abasa menyampaikan peringatan mendalam tentang nikmat Allah SWT yang tiada terhingga serta balasan yang akan diterima manusia di akhirat kelak. Allah SWT telah mencurahkan berbagai karunia dalam kehidupan ini, mulai dari kesehatan, rezeki, hingga kasih sayang dari keluarga dan sahabat. Semua itu merupakan bentuk kasih-Nya yang harus disyukuri dan dijaga dengan sebaik-baiknya.

Rasa syukur atas nikmat Allah adalah bentuk pengakuan bahwa segala kebaikan berasal dari-Nya. Allah berjanji akan menambah nikmat bagi hamba-Nya yang bersyukur, namun bagi mereka yang mengingkari dan berlaku sombong, ada ancaman azab yang menyakitkan. 

Lebih jauh, Surah Abasa menekankan bahwa setiap amal manusia akan mendapatkan balasan setimpal di akhirat. Tidak ada satu pun perbuatan, baik maupun buruk, yang luput dari perhitungan Allah. Oleh karena itu, umat Islam diajak untuk senantiasa introspeksi, memperbaiki diri, dan berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk kesiapan menghadapi hari pembalasan.

Mengutip Al-Munawwir: Kamus Arab – Indonesia dari kajian yang dipublikasikan di situs Jurnal Laforis dijelaskan kata nikmat berasal dari bahasa arab نعمة merupakan masdar dari kata kerja نَعِمَ يَنْعَمُ نِعْمَة - - yang hidup senang atau mewah. 

Masih dari sumber yang sama, Imam al-Ghazali mengemukakan, bahwa semua kebaikan, kesenangan, dan kebahagiaan, bahkan semua yang dicari dan disukai merupakan nikmat. Nikmat adalah suatu kata yang digunakan untuk menyebut semua yang menyenangkan.

Q & A Seputar Topik

Q: Apa isi utama dari Surah Abasa?

Surah Abasa mengisahkan teguran Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau sempat mengabaikan seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang datang ingin belajar agama. Surah ini menjadi pelajaran penting bahwa dalam berdakwah tidak boleh membeda-bedakan orang berdasarkan status sosial atau kondisi fisik.

Q: Mengapa Allah SWT menegur Nabi Muhammad SAW dalam Surah Abasa?

Allah SWT menegur Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk kasih sayang dan pembelajaran, agar dalam menyampaikan dakwah tetap memperhatikan prinsip keadilan dan kesetaraan. Teguran ini menunjukkan bahwa semua orang, tanpa terkecuali, berhak mendapatkan ilmu agama dan perhatian dari Rasulullah SAW.

Q: Apa pelajaran penting yang bisa diambil dari Surah Abasa? 

Surah ini mengajarkan bahwa dalam berdakwah, kita harus menjunjung tinggi kesetaraan dan menghargai siapa pun yang ingin mendalami agama, tanpa memandang latar belakang. Surah Abasa juga menjadi pengingat penting agar kita tidak sombong dengan ilmu dan senantiasa rendah hati dalam membagikannya.

Q: Apa kaitannya Surah Abasa dengan kehidupan akhirat? 

Surah Abasa menutup ayat-ayatnya dengan menggambarkan keadaan di hari kiamat, di mana setiap manusia akan dibalas sesuai amal perbuatannya. Ini menjadi pengingat agar setiap tindakan kita di dunia dilakukan dengan ikhlas dan bertanggung jawab, karena semuanya akan diperhitungkan kelak.

Q: Bagaimana Surah Abasa memotivasi untuk terus mencari ilmu?

Dengan menunjukkan keutamaan orang yang ingin belajar meskipun dari kalangan sederhana, Surah Abasa memberi motivasi bahwa mencari ilmu adalah amal yang mulia. Siapa pun yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu agama akan mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |