Liputan6.com, Jakarta - Banyak umat Islam berusaha untuk meraih kekhusyukan dalam sholat, namun masih bingung apakah cukup dengan tidak bergerak-gerak dan menundukkan pandangan saja. Ternyata, sholat khusyuk memiliki lapisan yang lebih dalam dari sekadar fisik yang tenang.
Dalam sebuah pengajian, seorang jamaah bertanya tentang makna sholat khusyuk. Apakah seseorang yang diam, pandangan tertuju ke tempat sujud, dan tidak bergerak selama sholat sudah dianggap khusyuk?
Pertanyaan ini dijawab oleh pendakwah kondang Ustadz Abdul Somad atau yang akrab disapa UAS. Ia menjelaskan secara rinci bahwa kekhusyukan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga hati.
Menurut UAS, kekhusyukan terbagi menjadi dua, yaitu khusyuk jasmani (khusyuk badan) dan khusyuk qalbi (khusyuk hati). Keduanya memiliki ciri dan makna yang berbeda, namun saling melengkapi.
Ia menjelaskan bahwa khusyuk badan ditandai dengan gerakan sholat yang tertib, pandangan mata fokus ke tempat sujud, serta tubuh yang tenang dan tidak gelisah.
Penjelasan lengkap UAS ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @santrialkhasyaf93. Dalam video tersebut, UAS menyampaikan ceramah dengan gaya santainya yang khas.
UAS mencontohkan bahwa orang yang sedang sholat namun matanya bergerak ke sana kemari, atau bahkan menyempatkan diri menggaruk tubuh dan memencet jerawat, tidak termasuk kategori khusyuk badan.
Simak Video Pilihan Ini:
Laguna Segara Anakan Cilacap, Rumah untuk Buaya Muara
Sholat yang Khusyuk
Sholat yang khusyuk secara fisik seharusnya membuat seseorang sepenuhnya tunduk, diam, dan fokus hanya kepada Allah dalam setiap gerakan sholatnya.
Namun UAS menekankan bahwa pembahasan utama bukan hanya tentang khusyuk badan, melainkan khusyuk hati, yang merupakan inti dari kekhusyukan dalam sholat.
Khusyuk hati atau khusyuk qalbi adalah keadaan di mana hati benar-benar hadir dan merasa takut, tenang, serta tunduk di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Secara bahasa, khusyuk memiliki tiga makna utama: al-khudu’ (merendahkan diri), as-sukun (ketenangan), dan at-tadzallul (menghinakan diri di hadapan Allah).
UAS memberi gambaran bahwa seorang pembantu yang berdiri di hadapan majikannya dalam keadaan tenang dan merendah adalah contoh khusyuk dari sisi sikap.
Ia membandingkan dengan kondisi seseorang yang sedang bersama temannya: matanya tidak tenang, tangannya bergerak ke mana-mana, dan pikirannya tidak fokus. Ini menunjukkan ketidakkhusyukan.
Dalam istilah syar’i, khusyuk adalah al-khudu’ baina yadayir-rabb, yaitu merendahkan diri di hadapan Allah dengan penuh tadzallul, yakni merasa hina dan tidak memiliki apa-apa.
Bagaimana Khusuknya Hati?
Seseorang yang khusyuk hatinya akan merasa kecil di hadapan Tuhan, menyadari betapa dirinya lemah, tidak punya daya, dan sepenuhnya bergantung kepada rahmat Allah.
UAS menekankan bahwa perasaan seperti itu yang membuat sholat menjadi benar-benar bermakna dan menghadirkan kehadiran hati di tengah ibadah.
Ketika hati sudah hadir dan menyadari posisi sebagai makhluk hina, maka setiap bacaan dalam sholat akan lebih mudah menyentuh jiwa.
Khusyuk hati ini yang menjadi ukuran utama dari nilai spiritual sholat, dan tidak dapat digantikan hanya dengan penampilan luar yang tampak khusyuk.
Namun, UAS juga tidak menafikan pentingnya khusyuk badan, karena keduanya saling menguatkan. Fisik yang tenang akan membantu hati lebih fokus dan tidak terganggu.
Sebaliknya, hati yang sudah khusyuk akan mendorong tubuh untuk tetap tenang dan menjaga adab di hadapan Sang Pencipta.
UAS pun mengajak seluruh jamaah untuk terus belajar dan melatih diri agar dapat menghadirkan kekhusyukan, baik dalam gerakan maupun dalam hati.
Ia menutup penjelasannya dengan menyampaikan bahwa sholat yang khusyuk bukan hanya bentuk ibadah, tetapi juga refleksi kerendahan hati seorang hamba di hadapan Tuhannya.
Melalui pengajaran ini, umat Islam diajak untuk tidak hanya memperhatikan aspek fisik dalam sholat, tetapi lebih dalam lagi, menghadirkan kehadiran hati yang tulus dan tenang.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul