Sudah Kerja Keras tapi Tak Kunjung Sukses, Mintalah Doa kepada Sosok Ini untuk Membuka Pintu Rezeki

12 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Kesuksesan sering kali dipandang sebagai hasil dari kerja keras pribadi semata. Padahal, ada andil besar dari pihak-pihak lain yang turut berperan dalam tercapainya kesuksesan seseorang.

Banyak orang merasa bahwa kesuksesan adalah pencapaian penuh dari dirinya sendiri. Namun, dalam perspektif Islam, ada pemahaman mendalam bahwa keberhasilan sejati adalah hasil kolaborasi antara usaha pribadi dan doa serta perjuangan orang-orang terdekat.

Pendakwah muda Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH), menyampaikan penjelasan mendalam mengenai siapa saja yang layak mendapatkan bagian dari saham kesuksesan seseorang.

Dalam ceramahnya, UAH menegaskan bahwa kesuksesan tidak sepenuhnya milik individu. Bahkan, bisa jadi kontribusi seseorang hanya sebagian kecil dari total keseluruhan perjalanan menuju keberhasilan.

UAH menukil ayat Al-Qur’an yang secara tegas menyebut sosok ibu terlebih dahulu sebagai pihak yang paling layak dihormati dan disayangi ketika seseorang telah mencapai keberhasilan.

Dalam salah satu ceramahnya, UAH menjelaskan bahwa mungkin saja seseorang hanya memiliki 30 persen saham dalam kesuksesannya, sedangkan sisanya datang dari doa dan perjuangan orang tua.

"Doa ibu yang terus mengalir di malam hari, tangisan dalam sholat malam, dan pinta yang tak henti kepada Allah menjadi kekuatan spiritual yang mendobrak pintu rezeki dan keberhasilan." ujarnya, dikutip dari kanal Youtube @MyInspiration-call.

Simak Video Pilihan Ini:

Pemilu Curang? Ini Sikap FKUB Cilacap

Kuncinya Orang Tua

 "Tak hanya ibu, ayah juga turut memberikan kontribusi luar biasa. Kerja kerasnya yang tak terlihat, keringatnya saat mencangkul, bahkan kerja serabutan yang dilakukan diam-diam untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya," tambahnya.

UAH menggambarkan betapa pengorbanan orang tua tidak dapat dinilai dengan angka, namun berdampak besar dalam jalan hidup seorang anak.

Ketika seseorang merasa berhasil, menurut UAH, ia harus melihat ke belakang dan mengingat siapa yang selalu ada di setiap langkah perjuangannya.

Penting bagi seorang anak untuk tidak merasa jumawa atas kesuksesan yang diraih, karena di baliknya ada air mata, lelah, dan doa yang tak putus dari orang tua.

Sering kali seseorang lupa bahwa keberhasilan bukan hanya hasil kerja keras siang dan malam, tetapi juga buah dari restu dan ridha kedua orang tua.

UAH mengajak umat Islam untuk lebih jujur dalam menilai perjalanan hidupnya. Jangan hanya mengakui kontribusi diri sendiri, tetapi hargai juga andil keluarga.

Dengan menyadari saham orang tua dalam kesuksesan, seseorang akan lebih mudah bersyukur dan tidak sombong.

Dengan Orang Ini Harus Berbagi

Kesuksesan adalah amanah yang harus dibagi, terutama kepada mereka yang diam-diam menjadi penopang utama perjuangan.

Jika seseorang mampu memahami ini, maka ia akan terhindar dari sifat ujub, merasa paling hebat, dan lupa kepada asal mula keberhasilan.

UAH juga mengingatkan bahwa kesuksesan sejati adalah yang membawa manfaat, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang-orang yang berjasa.

Dalam pandangan Islam, keberhasilan yang tidak mengandung rasa syukur dan penghargaan kepada orang tua bisa jadi kehilangan berkahnya.

Karena itu, setiap kali mendapat pencapaian, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendoakan orang tua, menyenangkan hatinya, dan berbagi kebahagiaan dengan mereka.

UAH menutup pesannya dengan seruan agar setiap Muslim tidak hanya mengejar sukses dunia, tetapi juga sukses akhirat dengan menjaga hubungan baik dengan kedua orang tua.

Dengan cara itu, seseorang tidak hanya mencatat prestasi di bumi, tetapi juga mencetak pahala di sisi Allah.

Kesuksesan adalah perjalanan panjang yang tidak pernah ditempuh sendiri. Maka jangan pernah lupakan mereka yang ikut berjalan dalam diam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |