Liputan6.com, Jakarta - Dalam keseharian rumah tangga, hubungan suami istri sering kali dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa saja. Padahal, ada dimensi spiritual yang besar dalam aktivitas tersebut.
Sebuah penjelasan menarik mengenai hal ini disampaikan oleh ulama ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha.
Dalam penuturannya, Gus Baha menekankan bahwa hubungan suami istri bukan sekadar pelampiasan hasrat semata. Ada nilai ibadah yang sangat tinggi di balik itu semua. Bahkan, aktivitas ini memiliki efek jangka panjang dalam menjaga kesinambungan umat Islam.
Gus Baha menyebutkan bahwa dari hubungan suami istri lahirlah generasi penerus. Generasi yang kelak akan menjadi hamba-hamba Allah yang taat, melanjutkan dakwah, dan memperbanyak orang-orang yang bersujud kepada-Nya.
Pernyataan ini disampaikan oleh Gus Baha dalam satu pengajian yang mengulas nilai-nilai spiritual dari aktivitas rumah tangga yang sering diremehkan oleh sebagian orang.
Ceramah tersebut dirangkum dari tayangan video yang dikutip dari kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO. Dalam video itu, Gus Baha menyampaikan dengan gaya khasnya yang santai namun penuh makna.
Menurutnya, hubungan suami istri adalah ibadah yang memiliki prospek luar biasa. Bukan hanya untuk kepuasan pribadi, namun menghasilkan keturunan yang kelak menjadi bagian dari umat Rasulullah yang taat kepada Allah.
Simak Video Pilihan Ini:
Viral !! Penyiksaan atau Kekerasan Napi Pindahan dari Bali ke Nusakambangan
Sebuah Ibadah yang Agung
“Lho ibadah sing prospek koyo ngene kok iso mbok arani mubah, iku piye?” ujar Gus Baha. Maksudnya, bagaimana mungkin ibadah yang begitu besar hasilnya dianggap remeh atau sekadar halal saja tanpa nilai spiritual?
Dalam pandangan Gus Baha, jika sebuah aktivitas dapat menghasilkan generasi yang sujud kepada Allah hingga hari kiamat, maka itu adalah bentuk ibadah yang sangat agung.
Ia membandingkan antara ibadah malam seperti tahajud dengan hubungan suami istri. Keduanya sama-sama ibadah, hanya wujud dan caranya yang berbeda.
“Sampeyan tahajud isa nangis kui barokahe mangan. Mergo mangan, kamu sehat, iso tahajud, iso ngopi enak,” tutur Gus Baha. Artinya, banyak hal dalam hidup ini saling terhubung dan saling mendukung sebagai bentuk ibadah.
Oleh karena itu, menurut Gus Baha, tidak ada alasan untuk meremehkan hubungan suami istri. Bahkan, sebaliknya, harus disadari betul bahwa aktivitas tersebut adalah bagian dari ibadah kepada Allah.
“Sampeyan kudu sadar, barokahe wong ngumpuli bojo kuwi lahir turunan. Turunan iki sing terus nerusno sujud ning Pangeran,” katanya lagi. Ini menandakan pentingnya memahami makna terdalam dari hubungan suami istri.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa banyak orang salah paham tentang ibadah. Mereka mengira bahwa ibadah hanya yang terlihat formal, seperti salat, puasa, atau dzikir.
Kaitannya dengan Masa Depan Umat
Padahal, aktivitas sehari-hari yang dilakukan dengan niat yang benar dan cara yang sesuai syariat juga bernilai ibadah. Termasuk dalam hal ini adalah hubungan suami istri dalam ikatan pernikahan.
Dengan kesadaran itu, setiap pasangan suami istri seharusnya merasa bangga. Bukan malah menganggap hubungan mereka sekadar rutinitas duniawi.
“Sampean mesti kudu bangga. Paham nggih?” ujar Gus Baha dengan penekanan khas gaya ngajinya. Menunjukkan bahwa pemahaman ini harus ditanamkan dalam kehidupan rumah tangga.
Lebih jauh, Gus Baha mengajak umat Islam untuk memperluas cara pandang tentang ibadah. Jangan membatasi ibadah hanya pada ritual yang dilakukan di masjid atau tempat suci.
Segala aktivitas yang mendekatkan diri kepada Allah, yang bernilai maslahat, dan dilandasi niat baik bisa menjadi ibadah. Termasuk bekerja, memberi nafkah, dan menjalin hubungan suami istri.
Dengan begitu, hidup menjadi lebih bermakna. Setiap aktivitas dipenuhi dengan kesadaran spiritual. Tidak ada yang sia-sia bila diniatkan untuk Allah.
Pesan ini menjadi pengingat penting di tengah zaman yang makin individualistik. Hubungan suami istri bukan hanya urusan pribadi, tapi juga berkaitan dengan masa depan umat.
Melalui pengajaran semacam ini, Gus Baha berusaha meluruskan cara berpikir umat agar tidak terjebak dalam sekadar formalitas ibadah tanpa makna mendalam.
Harapannya, setiap muslim dapat melihat kehidupan rumah tangga sebagai ladang pahala, bukan sekadar kehidupan bersama yang rutin dan biasa-biasa saja.
Dengan kesadaran spiritual ini, hubungan suami istri bisa menjadi salah satu bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah dan memperpanjang amal jariyah melalui keturunan yang saleh.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul