Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan polos dari seorang anak sekolah dasar membuat suasana pengajian Ustadz Abdul Somad (UAS) menjadi pecah oleh tawa. Seorang ayah dengan serius menyampaikan pertanyaan unik dari anaknya yang masih duduk di kelas 1 SD.
Dalam suasana pengajian tersebut, sang ayah bertanya, "Ustadz, anak saya mau tahu, apakah nyamuk nanti masuk surga atau neraka?" Pertanyaan itu awalnya terdengar lucu, namun ternyata menyimpan makna teologis yang dalam.
Menanggapi pertanyaan tersebut, dai kondang UAS memberikan jawaban yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menambah wawasan keislaman.
UAS menjelaskan bahwa semua binatang akan dibangkitkan kembali di Padang Mahsyar. Tidak terkecuali nyamuk yang mungkin pernah menggigit manusia selama hidup di dunia.
Menurut UAS, seluruh hewan termasuk ayam, itik, kucing, hingga nyamuk akan dikumpulkan bersama pada hari kiamat sebelum akhirnya mendapat keputusan dari Allah.
Ceramah yang membahas pertanyaan unik tersebut dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @santrialkhasyaf93. Dalam video itu, suasana pengajian terlihat hangat dan penuh antusiasme.
UAS melanjutkan, bahwa pada momen kebangkitan binatang tersebut, Allah akan berfirman dengan satu kalimat, “Kunu turaban,” yang artinya, “Jadilah kalian tanah.”
Simak Video Pilihan Ini:
Perjuangan Ibu Lahirkan Bayi kembar 3 Lahir Lewat Persalinan Normal
Nasib Nyamuk Kelak
Dengan kalimat itu, seluruh binatang yang dikumpulkan akan berubah menjadi tanah. Tidak ada satu pun dari mereka yang masuk ke surga maupun neraka.
Penjelasan ini sekaligus menjawab kekhawatiran sang anak tentang keadilan Allah terhadap makhluk-makhluk kecil seperti nyamuk yang kerap dianggap menyebalkan.
“Nyamuk yang menggigit kamu itu nanti jadi tanah,” ujar UAS dalam gaya penyampaian yang khas dan ringan, membuat para jamaah tertawa namun tetap merenung.
UAS menjelaskan bahwa kejadian ini menunjukkan keadilan Allah, di mana hewan-hewan tidak akan disiksa atau diberi balasan seperti manusia, karena mereka tidak dibebani tanggung jawab dan kewajiban seperti manusia.
Namun, UAS juga menyoroti satu hal penting. Ketika hewan-hewan itu berubah menjadi tanah, manusia yang kafir justru akan merasa menyesal luar biasa.
Orang-orang kafir akan berkata, “Wa yaqulul kafiru ya laitani kuntu turaba,” yang artinya, “Alangkah baiknya jika aku dahulu hanyalah tanah.”
Kalimat tersebut menunjukkan penyesalan mendalam dari orang kafir, yang berharap mereka dahulu hanyalah binatang, sehingga bisa berakhir menjadi tanah dan tidak merasakan azab.
Tidak Masuk Surga atau Neraka
Melalui jawaban itu, UAS ingin menanamkan pelajaran tentang tanggung jawab sebagai manusia yang diberi akal dan kewajiban untuk beriman dan beramal saleh.
UAS juga menyampaikan bahwa pertanyaan anak-anak seperti itu jangan dianggap sepele, karena bisa menjadi pintu masuk memahami konsep akhirat dengan cara yang sederhana.
Menurutnya, justru dari pertanyaan lucu dan polos, ada ruang besar untuk mendidik generasi muda tentang agama sejak dini.
Orang tua pun diajak untuk tidak menertawakan pertanyaan semacam itu, tetapi menjadikannya sebagai momen edukatif dan penuh kasih.
UAS juga menegaskan bahwa nyamuk maupun hewan lain tidak memiliki amal dan dosa, sehingga tidak relevan bila dikaitkan dengan surga dan neraka.
Ia mengajak para orang tua untuk lebih memahami agama agar dapat memberikan penjelasan yang bijak kepada anak-anak yang tengah bertumbuh rasa ingin tahunya.
Di akhir ceramah, UAS mengingatkan bahwa manusia harus bersyukur karena diberi akal, sehingga bisa memilih jalan kebaikan dan selamat di akhirat kelak.
Ceramah tersebut tidak hanya menjawab pertanyaan anak SD, tetapi juga membuka cakrawala berpikir umat tentang keadilan dan kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya.
Lewat pertanyaan kecil itu, umat diingatkan kembali tentang pentingnya menjalani hidup dengan iman, karena nasib manusia sangat berbeda dengan nasib seekor nyamuk di akhirat kelak.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul