Doa I'tidal, Lengkap Arab Latin hingga Keutamaannya dalam Sholat

2 days ago 9

Liputan6.com, Jakarta I’tidal adalah salah satu bagian penting dalam sholat yang terjadi setelah rukuk. Meskipun gerakannya sederhana, momen ini menyimpan makna pengagungan kepada Allah. Dalam posisi ini, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa i'tidal sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta.

Bacaan dalam i’tidal mengajarkan sikap tunduk dan penuh syukur. Doa i'tidal yang dibaca dengan khusyuk mampu memperkuat hubungan spiritual antara hamba dan Tuhan. Memahami isi dan arti dari doa ini menjadi bagian penting dalam memperdalam ibadah.

Dengan memperhatikan bacaan setiap gerakan sholat, termasuk doa i'tidal, kualitas sholat akan semakin meningkat. Ketekunan dalam mengamalkannya dapat membantu seseorang meraih kekhusyukan dan ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang doa i'tidal, Senin (7/7/2025).

Banjir besar yang beberapa waktu lalu menghantam Jeddah, Arab Saudi tidak menghentikan seorang warga melakukan sholat di tepi air yang mengalir deras.

Pengertian dan Pentingnya Doa I’tidal dalam Sholat

Doa i’tidal adalah bacaan yang dilafalkan setelah bangkit dari rukuk dan sebelum melakukan sujud dalam rangkaian gerakan sholat. Pada tahap ini, seorang muslim berdiri tegak, meluruskan punggung, serta mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga atau bahu, sebagai bagian dari tata cara i’tidal.

Meskipun tampak sederhana, doa i’tidal memiliki peran penting dalam kesempurnaan ibadah. Bahkan, sebagian ulama berpendapat bahwa meninggalkan gerakan ini secara sengaja dapat membatalkan sholat.

Saat melaksanakan i’tidal, umat Islam dianjurkan untuk melakukannya dengan penuh kekhusyukan dan tuma’ninah. Tuma’ninah berarti melakukan gerakan dengan tenang dan tidak terburu-buru, sehingga setiap bacaan, termasuk doa i’tidal, dapat dilafalkan dengan kesadaran dan penghayatan yang mendalam.

I’tidal bukan sekadar transisi gerakan, melainkan momen reflektif untuk mengagungkan kebesaran Allah SWT dan menguatkan hubungan batin antara hamba dengan Tuhannya.

Mengutip buku berjudul Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi oleh Ust. Syamsuddin Noor, S.Ag dijelaskan rukuk dan sujud adalah dua perkara yang menandai kehormatan atas keagungan Allah SWT. Turun kepada sujud perlu diawali dengan ketundukan dengan rukuk. Ketundukan pada rukuk itu tidak dinamai sujud. Maka, untuk membedakan ketundukan pada rukuk dan sujud itulah harus ada perbuatan lain, yaitu i'tidal. Jadi, i'tidal itu untuk membedakan antara tunduk dalam sujud dengan tunduk dalam rukuk. 

Bacaan Doa I'tidal Umum

Terdapat beberapa bacaan doa i’tidal yang umum dilafalkan oleh umat Muslim. Dua bacaan berikut termasuk yang paling sering digunakan:

1. سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Sami’allahu liman hamidah

Artinya: "Allah mendengar orang-orang yang memuji-Nya."

Bacaan ini diucapkan saat bangkit dari rukuk sebagai pengakuan bahwa hanya Allah yang layak menerima segala pujian.

2. رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

Rabbana wa laka al-hamdu

Artinya: "Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji."

Bacaan ini menyusul setelah "Sami’allahu liman hamidah" dan menjadi bentuk syukur atas segala nikmat yang Allah berikan.

Variasi Bacaan Doa I'tidal Lainnya

Selain bacaan doa i’tidal yang populer dan umum dipraktikkan oleh sebagian besar umat Islam, terdapat pula beberapa variasi lainnya yang diriwayatkan langsung dari Nabi Muhammad SAW. 

Salah satu variasi bacaan doa i’tidal yang juga dikenal berasal dari Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Latin: Rabbana lakal hamdu mil'as samawati wa mil'al ardhi wa mil'a ma syi'ta min syai'in ba'du

Artinya: "Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki setelah itu."

Bacaan ini mempertegas keluasan pujian yang ditujukan kepada Allah—tidak terbatas pada ciptaan yang tampak saja, melainkan mencakup seluruh kehendak-Nya yang tak terhingga. Kalimat ini juga menggambarkan betapa agung dan tak terbatasnya kekuasaan Allah SWT, yang layak menerima pujian tanpa batas dari seluruh makhluk-Nya.

Sikap Saat Membaca Doa I’tidal

1. Berdiri Tegak dengan Tumakninah

Gerakan i’tidal harus dilakukan dengan berdiri tegak dan tenang setelah bangkit dari ruku’. Rasulullah SAW bersabda:

“Kemudian angkat badanmu hingga berdiri lurus” (HR Bukhari & Muslim).

Dan dalam hadits Abu Humaid disebutkan:

“Hingga setiap ruas tulang punggung berada di tempatnya semula.” (HR Bukhari no. 828)

Tumakninah adalah keharusan. Salat tidak sah tanpa tumakninah dalam i’tidal, sebagaimana sabda Nabi SAW:

“Tidak sah salat orang yang tidak meluruskan tulang sulbinya dalam rukuk dan sujud.” (HR Tirmidzi no. 265)

2. Mengangkat Tangan

Rasulullah SAW mengangkat tangan saat bangun dari rukuk, sebagaimana dalam hadits Ibnu Umar:

“Beliau mengangkat kedua tangan sejajar pundak saat mengangkat kepala dari rukuk.” (HR Bukhari no. 735)

Namun, ini bukan kewajiban mutlak. Beberapa sahabat kadang tidak melakukannya, seperti Ibnu Umar.

3. Bersedekap atau Melepas Tangan

Dua pendapat utama:

Mazhab Syafi’i dan mayoritas ulama: Melepas tangan ke samping badan (irsal). Hal ini khusus untuk berdiri setelah ruku’. “

Mayoritas ulama... berpendapat disunnahkannya melepas kedua tangan...” (Taudhihu al-Ahkam, Syaikh Abdullah al-Bassam)

Ulama lain seperti Syaikh bin Baz: Tetap bersedekap seperti saat berdiri awal.

“Tidak ada nash yang membedakan antara sebelum dan setelah ruku’, maka tetap bersedekap.” (Bin Baz)

Keduanya berdasarkan dalil shahih, sehingga tidak perlu saling menyalahkan.

Keutamaan Mengamalkan Doa I'tidal

Menurut Mavianti sebagaimana dikutip dalam JPMD: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Desa (2024), gerakan shalat dan bacaan sholat dapat dikatakan baik dan benar ketika sesuai dengan ketentuan-ketentuan sholat yakni tidak mengurangi gerakan dan menambah gerakan shalat serta bacaan shalat yang dilakukan secara fasih dan benar.

Setiap kalimat dalam doa tersebut mengandung makna yang dalam, yang dapat memperkuat hubungan spiritual antara hamba dengan Tuhannya. Doa i’tidal adalah kesempatan untuk berhenti sejenak dalam kekhusyukan, meresapi makna pujian, dan memperkuat ikatan batin dengan Allah SWT. Berikut beberapa keutamaan doa i’tidal:

1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT

Dengan membaca doa i’tidal secara khusyuk, seorang Muslim menunjukkan kepasrahan dan pengakuan atas kebesaran Allah, yang menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

2. Melatih rasa syukur

Doa ini merupakan bentuk pujian dan pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Melaluinya, umat Islam diajarkan untuk senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan.

3. Menghidupkan sunah Rasulullah SAW

Membaca doa i’tidal sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW berarti meneladani sunah beliau, yang menjadi bagian penting dalam penyempurnaan ibadah.

Mengutip buku berjudul Evolusi Konsep Sunnah oleh Musahadi HAM sebagaimana dilansir dari kajian yang dipublikasikan di Jurnal Pemikiran Hukum Islam Vol. XIV, No. 2 (Desember 2015)  dijelaskan perbuatan Rasulullah SAW, merupakan perbuatan yang dibimbing oleh wahyu sehingga merupakan keteladanan, bahkan disebut sebagai uswah hasanah.

Manakala perbuatan tersebut ditiru oleh para sahabat, para sahabat ditiru oleh para tabi'in, para tabi'in ditiru oleh para pengikutnya dan seterusnya hingga umat Muhammad SAW sekarang ini, keteladanan tersebut menjadi tradisi normatif yang membentuk menjadi sistem sosial, maka hal itulah yang paling fundamental dalam memaknakan sunnah sebagai keteladanan yang berawal dari perilaku Rasulullah SAW.

4. Menambah kualitas dan pahala dalam sholat

Membaca doa i’tidal dengan penuh penghayatan dapat menambah kekhusyukan dan kesempurnaan dalam sholat, yang tentunya akan menambah nilai pahala di sisi Allah SWT.

5. Mengingatkan akan keterbatasan diri dan kebesaran Allah SWT

Bacaan i’tidal mengandung makna pengakuan bahwa semua pujian hanya milik Allah, sekaligus mengingatkan bahwa manusia hanyalah makhluk lemah yang sangat bergantung pada rahmat-Nya.

Q & A Seputar Topik Doa I'tidal

Apa itu doa i’tidal dalam sholat?

Doa i’tidal adalah bacaan yang dibaca oleh seorang Muslim saat berdiri tegak setelah rukuk dan sebelum sujud. I’tidal termasuk salah satu rukun sholat, dan doa yang dibaca pada posisi ini berisi pujian serta syukur kepada Allah SWT.

Bagaimana bacaan doa i’tidal yang umum dibaca? 

Bacaan yang umum dilafalkan adalah:

- Sami’allahu liman hamidah (Artinya: Allah mendengar orang yang memuji-Nya)

- Rabbana lakal hamdu atau Rabbana wa laka al-hamdu (Artinya: Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji) 

Apakah ada variasi lain dari bacaan doa i’tidal?

Ya, ada beberapa variasi bacaan yang juga diajarkan oleh Rasulullah SAW. Salah satunya adalah: Rabbana lakal hamdu mil’as samawati wa mil’al ardhi wa mil’a ma syi’ta min syai’in ba’du (Artinya: Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki setelah itu.)

Apa keutamaan membaca doa i’tidal dalam sholat? 

Beberapa keutamaannya antara lain:

- Mendekatkan diri kepada Allah SWT

- Melatih rasa syukur atas nikmat-Nya

- Menambah kekhusyukan dan kesempurnaan sholat

- Meneladani sunah Rasulullah SAW

- Menyadarkan manusia akan keterbatasan diri dan kebesaran Allah 

Bagaimana posisi tangan saat i’tidal?

Ulama berbeda pendapat tentang posisi tangan saat i’tidal. Ada yang berpendapat tangan dilepas di samping badan (irsal), dan ada pula yang menyarankan bersedekap kembali seperti posisi berdiri sebelum rukuk. Keduanya memiliki dasar masing-masing dan dapat diamalkan sesuai pemahaman.

Apakah doa i’tidal wajib dibaca dalam sholat?

Membaca doa i’tidal hukumnya sunnah muakkad (sangat dianjurkan), namun berdiri i’tidal setelah rukuk adalah bagian dari rukun sholat. Artinya, jika gerakan i’tidal ditinggalkan, sholat tidak sah, tetapi bacaannya jika lupa tidak membatalkan sholat.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |