Kenapa Selalu Berharap yang Belum Didapat? Renungan Penting Ustadz Adi Hidayat

1 day ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Manusia sering kali terjebak dalam menghitung apa yang belum dimiliki, tetapi lupa bersyukur apa yang sudah diberikan. Kebiasaan ini membuat hati gelisah dan merasa kurang, padahal nikmat yang sudah diterima jauh lebih banyak daripada yang disadari.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang lebih fokus pada keinginan dan harapan yang belum tercapai. Mereka terus menghitung hal-hal yang belum dimiliki, tanpa melihat betapa banyak nikmat yang sudah diberikan. Sikap ini dapat membuat seseorang sulit bersyukur dan mudah merasa kecewa.

Pendakwah Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat atau akrab disapa UAH memberikan bahan renungan mendalam tentang cara manusia mempersepsikan nikmat Allah. Menurutnya, banyak orang tidak menyadari betapa besar kasih sayang Allah yang terus mengalir dalam kehidupan.

"Manusia tidak pernah melihat Allah secara langsung, tetapi terus-menerus diberi nikmat oleh-Nya. Namun, alih-alih menghitung apa yang sudah diberikan, manusia lebih sering fokus pada apa yang belum diperoleh," kata UAH dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @MyInspiration-call.

Dalam kajian tersebut, UAH mengajak umat Islam untuk lebih sadar akan nikmat yang telah diberikan Allah sejak lahir hingga saat ini.

Menurut UAH, manusia sering kali tidak memperhatikan nikmat yang sudah ada dalam hidupnya. Sehat, usia yang terus bertambah, kenyamanan dalam menjalani kehidupan, semua itu adalah pemberian Allah yang jarang disadari.

"Sejak lahir kita terus diberi nikmat, tapi kita malah sibuk menghitung yang belum didapat. Padahal, kalau dihitung, yang sudah diberikan jauh lebih banyak," ujar UAH dalam kajiannya.

Simak Video Pilihan Ini:

Heboh Bayi Kembar 3 Lahir di Majenang, Cilacap

Ingat Juga Apa yang Diberikan Allah SWT

UAH menegaskan bahwa kebiasaan ini membuat manusia mudah merasa tidak puas. Ketika ada satu masalah kecil, manusia sering kali merasa dunia ini tidak adil, padahal Allah sudah menyelesaikan begitu banyak masalah dalam hidupnya tanpa disadari.

"Baru ada masalah sedikit, langsung kacau. Padahal, ribuan masalah sebelumnya sudah Allah selesaikan tanpa kita sadari," tambahnya.

Menurut UAH, renungan ini seharusnya membuat manusia lebih banyak bersyukur dan lebih sadar akan kasih sayang Allah. Sikap bersyukur akan membuat hati lebih tenang dan tidak mudah merasa kekurangan.

UAH juga mengajak umat Islam untuk melatih diri menghitung nikmat yang sudah dimiliki. Dengan cara ini, hati akan lebih tenang, hidup akan lebih bahagia, dan hubungan dengan Allah akan semakin kuat.

"Mulailah hitung apa yang sudah ada, jangan hanya fokus pada yang belum ada. Itu kunci ketenangan hidup," ujar UAH.

Dalam kajiannya, UAH mencontohkan bagaimana para nabi dan ulama terdahulu selalu melatih diri untuk bersyukur atas setiap keadaan. Mereka memahami bahwa hidup bukan tentang mendapatkan semua yang diinginkan, tetapi mensyukuri apa yang telah diberikan.

Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa ketika seseorang fokus pada nikmat yang sudah ada, maka ia akan lebih mudah menerima takdir Allah dengan lapang dada. Keinginan yang belum tercapai tidak lagi menjadi beban berat dalam hidup.

Jangan Mudah Mengeluh

"Kalau kita sadar betapa banyak yang sudah dikasih, kita enggak akan mudah mengeluh. Kita akan lebih tenang menjalani hidup," ungkapnya.

UAH juga menekankan bahwa rasa syukur bukan hanya dalam ucapan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan. Menggunakan nikmat dengan baik, tidak menyia-nyiakannya, dan berbagi dengan sesama adalah bentuk syukur yang nyata.

Sebagai contoh, UAH menyebut bahwa kesehatan adalah salah satu nikmat terbesar yang sering terlupakan. Banyak orang baru menyadari pentingnya kesehatan setelah sakit, padahal selama ini Allah telah memberinya kesehatan tanpa diminta.

"Sehat itu nikmat yang luar biasa. Coba bayangkan kalau Allah tarik sedikit saja nikmat itu, kita baru sadar betapa berharganya," ujar UAH.

UAH berharap agar setiap muslim lebih banyak merenungkan nikmat yang telah diberikan. Dengan cara ini, hidup akan lebih ringan, hati lebih tenang, dan hubungan dengan Allah semakin kuat.

"Jangan cuma lihat yang belum ada, tapi lihat yang sudah ada. Itu cara terbaik untuk hidup tenang," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |