Tidak Sholat tapi Ngaku Salah, Apakah Itu Baik? Hal Tak Terduga Diungkap Gus Baha

21 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena orang Islam yang tidak sholat namun tetap mengakuinya sebagai kewajiban sering terjadi di antara kita. Sikap tersebut memunculkan pertanyaan di tengah masyarakat: Apakah mengakui kesalahan namun tetap tidak melaksanakannya bisa dinilai sebagai bentuk kebaikan?

Banyak umat Muslim bertanya-tanya tentang posisi orang-orang yang tidak sholat, tetapi tetap menilai sholat itu wajib dan mengaku sedang dalam keadaan salah. Apakah sikap ini masih tergolong baik secara agama?

Menjawab kebingungan tersebut, ulama terkemuka asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, memberikan penjelasan mendalam dalam salah satu ceramahnya.

Gus Baha menjelaskan bahwa mengakui kesalahan dan tetap membenarkan kewajiban sholat termasuk bagian dari sikap yang masih berada di jalan kebaikan. Ini menunjukkan bahwa seseorang masih menghormati kebenaran meskipun belum mampu menjalankannya.

Menurut Gus Baha, posisi hati dalam memandang perintah agama sangat penting. Jika seseorang tetap menilai bahwa sholat itu wajib dan merasa bersalah karena meninggalkannya, maka hatinya masih memihak kepada kebenaran.

"Kalau orang Islam tidak sholat tapi ditanya apakah itu baik atau tidak, dia jawab: tidak baik. Itu artinya dia masih hormat terhadap institusi kesalihan," ujar Gus Baha dalam ceramahnya dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @NASEHATULAMA_83. 

Gus Baha menambahkan bahwa dalam Islam, penting untuk membenarkan yang harus dibenarkan, dan mengingkari yang harus diingkari. Keyakinan seseorang terhadap nilai-nilai itu menjadi ukuran penting dalam keimanan.

Simak Video Pilihan Ini:

Detik-Detik Menegangkan Kelahiran Bayi Kembar 3 di Cilacap

Kalau Begini Termasuk Iman

“Yakin bahwa yang salah itu salah, dan yang benar itu benar. Itu sudah bagian dari iman,” lanjut Gus Baha dalam ceramahnya.

Ia menekankan bahwa kondisi paling mengkhawatirkan justru adalah saat seseorang mulai meragukan atau bahkan mengingkari kewajiban sholat. Jika ada yang meyakini bahwa sholat itu tidak wajib, maka ini masuk dalam kategori kesalahan berat.

Sementara itu, orang yang tidak sholat karena alasan seperti belum dapat hidayah, namun masih mengakui sholat sebagai kewajiban, masih memiliki titik harapan dalam keimanannya.

Gus Baha menyebut sikap seperti itu sebagai “tasdiq ijabi” atau pembenaran yang masih aktif terhadap kewajiban agama, meskipun secara amal belum dijalankan.

Tasdiq ini penting karena menjadi fondasi seseorang untuk tetap berada dalam garis keimanan. Ketika kesadaran bahwa dirinya salah masih ada, pintu pertobatan pun belum tertutup.

Namun demikian, Gus Baha tetap mendorong agar setiap Muslim segera memperbaiki amal perbuatannya dan tidak terlalu lama menunda pelaksanaan ibadah yang sudah diwajibkan.

Menurutnya, hidayah harus dijemput dengan usaha dan kesadaran. Tidak cukup hanya mengakui salah, tetapi juga harus berusaha untuk segera memperbaiki diri.

Jangan Terlalu Cepat Berikan Vonis

Sikap hormat terhadap orang-orang yang sholat juga menjadi indikator bahwa hati seseorang masih terhubung dengan nilai-nilai agama. Ini membedakan mereka dari orang yang benar-benar menentang kebenaran.

Gus Baha menyarankan agar masyarakat tidak terlalu cepat memvonis orang yang belum sholat, selama mereka masih mengakui kewajiban tersebut dan tidak menentangnya secara keyakinan.

Meski begitu, tidak berarti hal ini menjadi alasan untuk terus-menerus meninggalkan sholat. Justru kesadaran atas kesalahan harus menjadi titik balik untuk kembali ke jalan yang benar.

Teguran lembut dan pendekatan yang bijak menjadi sarana efektif untuk mengajak saudara seiman yang masih belum melaksanakan sholat agar bisa kembali menjalankannya.

Penjelasan dari Gus Baha ini diharapkan bisa menjadi pemahaman yang adil dan seimbang bagi masyarakat dalam menilai kondisi keagamaan seseorang.

Kehidupan spiritual memang punya fase dan ujian masing-masing, namun komitmen terhadap kebenaran harus tetap dijaga agar tidak terjatuh lebih jauh.

Sebagai umat Islam, penting untuk saling mengingatkan dengan kasih sayang, tanpa menghakimi, agar nilai-nilai Islam tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |