Liputan6.com, Jakarta - Ambisi untuk meraih jabatan dan kedudukan tinggi kerap kali dianggap sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan modern. Namun, tidak sedikit yang lupa bahwa di balik itu semua ada potensi besar terselipnya tipu daya yang membahayakan jiwa.
Dalam sebuah kajian keislaman, disampaikan bahwa mengejar posisi strategis seperti jabatan politik atau kekuasaan harus disertai dengan kewaspadaan tinggi terhadap godaan setan. Jabatan duniawi bisa menjadi pintu menuju kehancuran bila niat dan landasannya tidak tepat.
Kecenderungan manusia untuk menginginkan harta, tahta, dan ketenaran memang tidak bisa dipungkiri. Apalagi dalam momentum politik seperti pemilu dan pilkada, antusiasme publik sering kali meledak sejak dibukanya masa pendaftaran.
Pendakwah muda Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH), menyoroti fenomena ini sebagai sesuatu yang perlu direnungkan mendalam. Bukan melarang seseorang berkiprah di ranah publik, namun ia mengingatkan adanya jebakan halus yang bisa menyesatkan.
Menurut Ustadz Adi Hidayat, jabatan yang terlihat menjanjikan di dunia bisa menjadi perangkap setan jika tujuannya sekadar kekuasaan. Ia menekankan pentingnya menyadari bahwa semua posisi tinggi tetap tidak menghapus status manusia sebagai hamba Allah.
Simak Video Pilihan Ini:
Detik-Detik Bus Wisata Terjun ke Jurang Sungai di Guci Tegal
Pola Kerja Jebakan Setan
Dikutip Ahad (13/07/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @amalsunnah, Ustadz Adi Hidayat menyebut bahwa jebakan setan tidak hanya menyasar orang awam, tetapi juga mereka yang sudah berada di lingkar kekuasaan dan pendidikan.
Dalam ceramahnya, disebutkan bahwa setan jauh lebih cerdik dari apa yang dibayangkan. Perangkapnya ditempatkan bukan di tempat sembarangan, tetapi justru di posisi-posisi strategis yang menggiurkan dan memiliki pengaruh luas.
Ia menyebutkan bahwa orang bisa saja lupa terhadap hakikat hidupnya sebagai makhluk yang tunduk kepada aturan dan perintah Allah. Keinginan akan jabatan membuat seseorang mudah tergelincir, terutama jika lupa kepada tujuan utama diciptakannya manusia.
Menurutnya, kedudukan setinggi apa pun tetap tidak bisa mengubah kenyataan bahwa manusia adalah hamba. Maka, setinggi-tingginya jabatan harus dilihat sebagai amanah, bukan sekadar kehormatan atau prestise duniawi.
Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa saat seseorang meninggal dunia, semua gelar dan jabatan yang disandang akan ikut terkubur bersama. Yang tersisa hanyalah amal yang dibawa ke akhirat, bukan atribut yang disematkan selama di dunia.
Jabatan dan kekuasaan, kata Ustadz Adi, akan kehilangan nilainya jika tidak diiringi dengan amal yang bernilai akhirat. Sehebat apa pun pencapaian duniawi, semua itu akan lenyap saat nafas terakhir berhenti.
Berpikir Ulang Sebelum Melangkah untuk Kekuasaan
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk berpikir ulang sebelum melangkah ke ranah kekuasaan. Apakah yang dikejar memiliki nilai di akhirat? Apakah posisi itu dapat menjadi sarana menolong umat atau hanya alat pemuas ambisi pribadi?
Dalam pesannya, Ustadz Adi mengajak umat Islam untuk menjadikan semua jabatan sebagai jalan untuk beribadah. Jangan sampai kekuasaan menjauhkan diri dari Allah, tapi justru harus mendekatkan.
Ia pun menegaskan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan. Segala yang dimiliki di dunia ini tidak akan berguna bila tidak dijadikan bekal untuk akhirat. Termasuk jabatan, harta, dan kedudukan sosial.
Akhirnya, Ustadz Adi Hidayat berpesan agar siapa pun yang berniat menempati posisi strategis, agar lebih dulu memastikan niatnya lurus. Karena jebakan setan selalu mengintai pada titik-titik paling tinggi dari kehidupan manusia.
Jangan sampai tahta menjadi tirai yang menutupi pandangan terhadap kehidupan abadi. Karena pada akhirnya, nilai sejati seseorang tidak ditentukan oleh pangkat, melainkan oleh ketakwaan dan amalnya di sisi Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul