Memahami Suudzon, Penyakit Hati yang Harus Dijauhi

5 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita menghadapi situasi yang memicu penilaian spontan terhadap orang lain. Tanpa sadar, kita cenderung menilai seseorang dari tampilan luar, nada bicaranya, atau sikapnya sesaat, lalu membuat kesimpulan negatif. Perilaku ini dalam Islam dikenal dengan istilah suudzon, prasangka buruk yang bisa merusak hubungan antar manusia dan menodai hati.

Berburuk sangka bukan hanya terjadi dalam interaksi personal, namun juga kerap muncul dalam penilaian terhadap kelompok sosial, bahkan terhadap takdir atau ketetapan Allah. Betapa banyak hati yang meradang karena salah paham, dan berapa banyak silaturahmi yang terputus karena suudzon yang tidak berdasar. Padahal, Allah dan Rasul-Nya telah memberikan peringatan yang tegas tentang bahaya prasangka negatif ini.

Suudzon, jika dibiarkan, dapat berkembang menjadi sikap tajassus (mencari kesalahan orang lain), ghibah (menggunjing), bahkan fitnah. Ia adalah benih dari banyak kejahatan hati, dan seperti penyakit, harus dikenali serta diobati sedini mungkin. Maka penting bagi setiap Muslim untuk memahami apa itu suudzon, hukumnya, serta cara menghindarinya. Berilut Ulasan Liputan6.com, Sabtu (5/7/2025).

Jangan pernah menghitung-hitung nikmat Allah, karena kita tidak dapat menghitungnya

Apa Itu Suudzon?

Secara etimologis, suudzon berasal dari dua kata dalam bahasa Arab: "suu" (سوء) yang berarti "jelek" atau "buruk", dan "dzon" (ظن) yang berarti "sangkaan" atau "dugaan". Dengan demikian, suudzon berarti prasangka buruk atau sangkaan negatif terhadap orang lain tanpa bukti yang jelas.

Menurut Muhammad Asroruddin Al Jumhuri dalam bukunya Belajar Aqidah Akhlak, suudzon adalah pemikiran yang selalu memandang sesuatu secara negatif, seolah tidak ada kebaikan sama sekali dalam pandangan dan pikirannya. Sifat ini juga disertai dengan sikap yang merendahkan orang lain.

Dalam perspektif psikologi, seperti diungkap oleh Dosen Psikologi UII, Dr. Rina Mulyati, prasangka atau suudzon adalah produk dari proses kognitif yang tidak utuh. Informasi yang kita terima diproses secara bias, terburu-buru, dan tanpa klarifikasi. Akibatnya, kita membuat kesimpulan yang keliru dan tidak adil terhadap orang lain.

Islam pun mengecam keras perilaku ini. Dalam HR. Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"Jauhilah prasangka, karena prasangka adalah seburuk-buruknya ucapan."

Hukum Suudzon dalam Islam

Suudzon termasuk perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Dalil yang paling jelas terdapat dalam QS. Al-Hujurat ayat 12:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah menggunjing satu sama lain."

Dalam ayat ini, Allah mengaitkan prasangka buruk dengan perbuatan dosa, dan menghubungkannya dengan kebiasaan tajassus (mengintai kesalahan orang lain) dan ghibah (menggunjing).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil perkataan Umar bin Khattab:

“Janganlah engkau berprasangka buruk terhadap saudaramu, melainkan carilah alasan terbaik untuknya.”

Begitu pula dengan Abu Qilabah, sebagaimana dikutip dalam Al-Hilyah karya Abu Nu’aim, ia berkata:

“Jika engkau mendengar sesuatu yang tidak engkau sukai tentang saudaramu, maka carilah alasan yang baik untuknya. Jika tidak juga ditemukan, maka katakanlah: barangkali ia punya alasan yang belum aku ketahui.”

Dengan demikian, hukum suudzon jelas haram, terlebih jika disertai dengan upaya mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus), menyebarkannya (ghibah), atau bahkan menjadikannya dasar dalam memperlakukan orang lain.

Cara Menghindari Suudzon

Agar tidak terjebak dalam suudzon, diperlukan usaha sadar dan konsisten. Beberapa langkah berikut dapat menjadi solusi:

1. Tingkatkan Keimanan dan Ketakwaan

Orang yang selalu sadar bahwa Allah Maha Mengetahui isi hati dan amal perbuatan akan menjaga pikirannya. Bachrul Ilmy dalam bukunya Pendidikan Agama Islam menyebutkan bahwa keimanan adalah fondasi dari husnuzan. Orang beriman akan lebih banyak introspeksi diri daripada mencurigai orang lain.

2. Perluas Ilmu dan Peta Pikiran

Dr. Rina Mulyati menekankan pentingnya memperluas “map” atau peta pikiran. Jika kita memiliki lebih banyak informasi, maka kemungkinan untuk keliru dalam menilai pun akan berkurang. Dalam Islam, ini sejalan dengan konsep tabayyun (klarifikasi), seperti diperintahkan dalam QS. Al-Hujurat: 6.

3. Jaga Silaturahmi dan Komunikasi

Silaturahmi bisa meluruhkan prasangka. Ketika kita lebih mengenal seseorang secara personal, ruang untuk suudzon akan menyempit. Komunikasi yang terbuka dan jujur juga dapat mencegah kesalahpahaman yang berujung pada prasangka.

4. Sibukkan Diri dengan Introspeksi

Abu Hatim Al-Busti dalam Raudhah Al-‘Uqala mengatakan:

“Orang yang sibuk memperhatikan kejelekan dirinya sendiri, maka hatinya akan tenteram.”

Dengan memperhatikan kekurangan diri, seseorang tidak akan sempat mencela orang lain. Ini adalah jalan menuju hati yang bersih.

5. Berlatih Husnuzan (Prasangka Baik)

Sebaliknya dari suudzon adalah husnuzon. Meski tetap merupakan sangkaan tanpa bukti, prasangka baik memiliki dampak positif bagi hubungan sosial dan kesehatan jiwa. Dalam banyak situasi, Islam menganjurkan kita lebih memilih prasangka baik ketimbang buruk.

FAQ Seputar Suudzon

1. Apa perbedaan antara suudzon dan husnuzon?

Suudzon adalah prasangka buruk tanpa bukti, sedangkan husnuzon adalah prasangka baik. Meski sama-sama belum tentu benar, husnuzon dianjurkan karena lebih membawa kebaikan dalam hubungan dan mental seseorang.

2. Apakah suudzon termasuk dosa besar?

Suudzon bisa menjadi dosa besar jika berlanjut pada tajassus, ghibah, atau fitnah. QS. Al-Hujurat: 12 mengingatkan bahwa sebagian prasangka adalah dosa.

3. Apakah boleh suudzon kepada orang yang terlihat mencurigakan?

Dalam Islam, semua orang diperlakukan berdasarkan zahir-nya (tampak luar) dan tidak boleh dicurigai tanpa bukti. Jika ada keraguan, maka lakukan tabayyun (klarifikasi), bukan langsung berburuk sangka.

4. Bagaimana jika suudzon sudah terlanjur dilakukan?

Segera bertobat kepada Allah, memohon ampun, dan perbaiki hubungan dengan orang yang telah dicurigai. Rasulullah SAW menegaskan bahwa Allah Maha Penerima taubat.

5. Apakah suudzon bisa menjadi kebiasaan?

Ya. Jika tidak dilatih untuk berpikir positif dan objektif, suudzon bisa menjadi kebiasaan buruk yang sulit diubah. Oleh karena itu, penting untuk memelihara hati, meningkatkan ilmu, dan memperluas sudut pandang. 

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |