Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam kerap mendengar ungkapan “Kun Fayakun”. Frasa ini sering digunakan untuk menggambarkan keajaiban, kehendak Allah yang tak terbantahkan, serta harapan dalam doa-doa penuh keyakinan. Di balik dua kata singkat itu, tersembunyi makna teologis yang sangat dalam.
Ungkapan ini bukan sekadar kalimat motivasi rohani, melainkan bagian dari firman Allah yang termuat dalam Al-Qur’an. “Kun Fayakun” menegaskan bahwa segala sesuatu bisa terjadi hanya dengan kehendak-Nya. Sebuah kekuatan absolut yang tidak bergantung pada apapun kecuali keinginan Allah sendiri.
Lalu, sebenarnya kun fayakun artinya apa? Bagaimana maknanya dijelaskan dalam Al-Qur’an dan literatur Islam? Berikut ini pembahasannya Liputan6.com, Sabtu (5/7/2025).
Manusia diciptakan Allah swt cenderung kepada kebaikan, akantetapi setan memperdayanya atau lingkungan mengubahnya, sehingga menjadilah ia cenderung kepada ketidakadilan.
Apa Arti Kun Fayakun?
Secara bahasa, kun fayakun (كُنْ فَيَكُونُ) berasal dari dua kata dalam bahasa Arab. Kun berarti "jadilah", sedangkan fayakun berarti "maka terjadilah." Jika digabung, kalimat ini berarti "Jadilah! Maka terjadilah!"
Menurut Atmonadi dalam buku Kun Fayakun: Buku Keempat, frasa ini merujuk pada kekuasaan mutlak Allah SWT yang menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu kata perintah. Tidak dibutuhkan proses panjang, sebab kehendak-Nya langsung menjadi kenyataan.
Secara konseptual, “Kun Fayakun” tidak hanya menjelaskan kekuatan cipta Allah, tetapi juga menunjukkan keesaan dan kemandirian-Nya. Allah tidak membutuhkan bantuan, perantara, atau waktu dalam menciptakan sesuatu. Ketika Dia berkehendak, cukup dengan berfirman kun, maka segala sesuatu langsung menjadi.
Dalam Kun Fayakun: Buku Kedua – Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu, Atmonadi menjelaskan bahwa kehendak Allah bersifat mandiri dan sempurna, tidak bergantung pada sebab-musabab dari luar. Hal ini sejalan dengan sifat Allah yang Maha Kekal, Maha Berdiri Sendiri (Qayyum), dan Maha Hidup (Hayy).
Makna Kun Fayakun dalam Islam
1. Kekuasaan Mutlak Allah
Makna utama dari Kun Fayakun adalah kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu. Allah tidak membutuhkan alasan logis atau waktu untuk mewujudkan kehendak-Nya. Ciptaan yang muncul dari kun fayakun adalah bukti ke-Mahakuasa-an Allah SWT.
2. Awal Keberadaan Semesta
Frasa ini juga menjelaskan asal mula semesta. Sebelum segala sesuatu ada, hanya ada Allah. Dengan satu firman-Nya, alam semesta dan segala isinya tercipta dari ketiadaan. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah Pencipta (Al-Khaliq) yang tidak membutuhkan bahan baku.
3. Keesaan dan Kemandirian Allah
Kalimat ini mengukuhkan tauhid—bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa. Tidak ada makhluk, dewa, atau entitas lain yang mampu menciptakan sesuatu hanya dengan berkata. Karena itu, Kun Fayakun mengajarkan umat Islam untuk tidak menyekutukan Allah.
4. Kekuatan Kalam Allah
Frasa ini menggambarkan betapa besar kekuatan kalamullah (firman Allah). Firman-Nya bukan hanya kata-kata, tetapi perintah yang langsung berlaku di alam semesta. Tidak ada yang dapat menolak atau menunda kehendak-Nya.
5. Ketundukan Hamba kepada Rabb
Kun Fayakun mengingatkan manusia bahwa mereka hanyalah makhluk terbatas. Sehebat apa pun manusia berusaha, hasil akhirnya tetap berada dalam kekuasaan Allah. Maka dari itu, frasa ini menjadi motivasi untuk berserah diri dan tunduk pada takdir dan kehendak-Nya.
Kun Fayakun dalam Ayat-ayat Al-Qur'an
Frasa kun fayakun disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Masing-masing menunjukkan konteks berbeda, tetapi esensinya sama: kekuasaan Allah yang absolut.
1. Surat Yasin Ayat 82
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: 'Jadilah!' maka terjadilah ia." (QS. Yasin: 82)
Ayat ini menekankan bahwa segala urusan di tangan Allah. Ketika Allah menghendaki sesuatu, tidak ada kekuatan yang mampu menghalangi terjadinya hal tersebut.
2. Surat Al-Baqarah Ayat 117
بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَإِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia hendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: 'Jadilah!' Lalu jadilah ia." (QS. Al-Baqarah: 117)
Menurut Tafsir Al-Muyassar, ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya. Ciptaan-Nya berasal dari kehendak dan firman semata.
3. Surat An-Nahl Ayat 40
اِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ اِذَآ اَرَدْنٰهُ اَنْ نَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
"Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu." (QS. An-Nahl: 40)
Ayat ini menggambarkan bahwa bahkan kebangkitan manusia di akhirat adalah hal mudah bagi Allah. Cukup dengan satu firman, maka semuanya akan terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.
FAQ tentang Kekuasaan Allah
1. Apa itu kun fayakun dan dari mana asalnya?
Kun fayakun adalah frasa Arab yang berarti "Jadilah, maka terjadilah." Frasa ini berasal dari Al-Qur’an dan menunjukkan kekuasaan absolut Allah dalam menciptakan sesuatu hanya dengan kehendak-Nya.
2. Apa saja surat dalam Al-Qur'an yang memuat frasa kun fayakun?
Frasa ini terdapat dalam beberapa surat, yaitu:
- Surah Al-Baqarah: 117
- Surah An-Nahl: 40
- Surah Yasin: 82
3. Mengapa kun fayakun menjadi penting dalam ajaran Islam?
Karena frasa ini menjadi bukti nyata bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ia menciptakan segalanya dari ketiadaan dan menjadi dasar keimanan atas keesaan dan kekuasaan-Nya.
4. Apakah manusia bisa menggunakan frasa kun fayakun dalam doa?
Umat Muslim bisa menyebutkan frasa ini sebagai bentuk pengakuan atas kekuasaan Allah. Namun, bukan berarti manusia bisa menciptakan sesuatu dengan ucapan itu. Hanya Allah yang memiliki kekuatan kun fayakun.
5. Apa hikmah memahami kun fayakun bagi kehidupan sehari-hari?
Hikmahnya adalah menguatkan tawakal dan keimanan bahwa semua urusan diatur oleh Allah. Ketika menghadapi kesulitan, seseorang akan berserah diri dan percaya bahwa Allah mampu merubah keadaan seketika jika Dia menghendaki.