Mahram Adalah Orang yang Haram Dinikahi, Ketahui Perbedaannya dengan Muhrim

3 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Dalam ajaran Islam, menjaga batas pergaulan merupakan hal penting yang harus dipahami setiap Muslim. Mahram adalah orang yang haram dinikahi selamanya karena ikatan darah, pernikahan, atau persusuan.

Mengetahui siapa saja yang termasuk mahram membantu seorang Muslim menjaga adab dan etika dalam berinteraksi. Mahram adalah orang yang boleh ditemui tanpa hijab dan boleh bepergian bersama tanpa khawatir menimbulkan fitnah.

Lebih dari sekadar aturan hubungan, memahami siapa mahram adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan bagian dari usaha menjaga kehormatan diri. Hal ini mencerminkan kepatuhan terhadap syariat Islam sekaligus menjaga batasan agar tidak terjerumus pada perbuatan yang dilarang.

Berikut Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang mahram adalah dan perbedaannya dengan muhrim, Selasa (8/7/2025).

Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku mengaku bahwa Nabi Muhammad itu adalah hamba dan Utusan Allah.

Pengertian Mahram dan Perbedaannya dengan Muhrim

Dalam ajaran Islam, istilah mahram adalah kata yang cukup sering dijumpai, khususnya dalam pembahasan seputar pergaulan, aurat, dan perjalanan (safar). Namun, tidak sedikit yang masih bingung atau keliru dalam memahami maknanya. 

Secara sederhana, mahram adalah orang yang haram dinikahi oleh seorang Muslim atau Muslimah selama-lamanya, disebabkan oleh hubungan darah (nasab), persusuan, atau pernikahan.

Larangan menikah ini bukan hanya bersifat hukum, tetapi juga merupakan bentuk penjagaan terhadap tatanan sosial dan keluarga. Pemahaman yang benar tentang siapa saja yang termasuk mahram sangat penting agar interaksi antara laki-laki dan perempuan tetap berada dalam koridor yang dibenarkan syariat, serta dapat mencegah fitnah dan pelanggaran moral.

Penting pula untuk membedakan antara mahram dan muhrim. Muhrim adalah seseorang yang sedang dalam kondisi ihram, yaitu keadaan suci saat menjalankan ibadah haji atau umrah.

Meskipun kedua istilah ini sering terdengar mirip, makna dan konteksnya sangat berbeda. Salah kaprah dalam penggunaannya bisa menimbulkan kebingungan dalam pemahaman hukum Islam. Oleh karena itu, memahami secara tepat perbedaan antara mahram adalah dan muhrim merupakan bagian dari literasi dasar keislaman yang perlu diketahui setiap Muslim.

Kategori Mahram dalam Islam

Dalam ajaran Islam, konsep mahram sangat penting untuk diketahui karena berkaitan langsung dengan hukum pernikahan, interaksi sosial, serta batasan aurat antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan ketentuan syariat, mahram dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu mahram mu’abbad (permanen) dan mahram mu’aqqat (sementara). Masing-masing memiliki karakteristik dan ketentuan hukum yang berbeda.

1. Mahram Mu’abbad (Permanen)

Mahram mu’abbad adalah orang yang haram dinikahi selamanya karena adanya hubungan tertentu yang tidak dapat terputus. Keharamannya bersifat tetap dan berlaku seumur hidup. Kategori ini meliputi tiga sebab utama:

- Karena nasab (keturunan): Seperti ayah, kakek, anak laki-laki, cucu laki-laki, saudara laki-laki, paman dari pihak ayah atau ibu, dan keponakan laki-laki.

- Karena mushaharah (hubungan pernikahan): Seperti ayah mertua, anak tiri (jika ibunya sudah digauli), menantu laki-laki, dan suami ibu.

- Karena radha’ah (persusuan): Seperti ibu susuan, saudara sepersusuan, bibi susuan, atau keponakan sepersusuan. Hukum mahram ini diambil dari hadits Nabi SAW:

"Sesungguhnya persusuan itu menyebabkan mahram sebagaimana nasab." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan orang-orang dalam kategori ini, seorang Muslim boleh bersalaman, bepergian bersama, atau tidak berhijab di hadapannya jika tidak menimbulkan fitnah, karena keharamannya bersifat mutlak.

2. Mahram Mu’aqqat (Sementara)

Mahram mu’aqqat adalah orang yang haram dinikahi hanya dalam kondisi tertentu, namun keharamannya dapat hilang jika kondisi tersebut berubah. Contoh-contohnya antara lain:

- Saudara perempuan dari istri (adik atau kakak ipar): Haram dinikahi selama masih menjadi suami dari perempuan tersebut. Namun jika istri meninggal atau terjadi perceraian, maka ia boleh dinikahi.

- Bibi dari istri (saudara perempuan ibu atau ayah mertua): Keharamannya berlaku selama masih menjadi suami dari perempuan tersebut.

- Wanita yang masih menjadi istri orang lain: Haram dinikahi selama belum bercerai atau suaminya meninggal.

- Perempuan dalam masa iddah: Haram dinikahi selama belum selesai masa iddahnya.

Perbedaan mendasar antara mahram mu’abbad dan mu’aqqat terletak pada lamanya keharaman pernikahan dan sebab-sebab yang melatarbelakangi hubungan tersebut. Pemahaman yang jelas tentang dua kategori ini penting untuk menghindari pelanggaran dalam hubungan sosial dan pernikahan yang dilarang dalam Islam.

Syarat Mahram Bagi Perempuan

Menurut Qutb sebagaimana dikutip dalam kajian yang dipublikasikan JICN: Jurnal Intelek dan Cendikiawan Nusantara Vol : 1 No: 4, Agustus -September 2024 dijelaskan hukum mahram berfungsi sebagai perlindungan bagi wanita, dan juga sebagai sarana untuk menjaga kehormatan wanita.

Dalam Islam, wanita dilarang untuk bersentuhan dan bersua dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Hal ini merupakan bagian dari aturan yang disebut sebagai hijab. Oleh karena itu, menjaga kesopanan dalam penampilan adalah tindakan pencegahan lain yang dilakukan Islam untuk melindungi individu dan masyarakat

Dalam ajaran Islam, keberadaan mahram bagi perempuan bukan semata-mata pembatasan, melainkan bentuk perlindungan dan penjagaan terhadap kehormatan serta keselamatan dirinya. Terutama dalam kondisi seperti bepergian jauh, syariat menetapkan bahwa seorang perempuan harus ditemani oleh mahram yang sah, agar terhindar dari hal-hal yang dapat membahayakan atau menimbulkan fitnah.

Adapun syarat-syarat mahram bagi seorang perempuan agar memenuhi ketentuan syar’i adalah sebagai berikut:

1. Laki-laki Muslim

Mahram harus seorang laki-laki yang beragama Islam, karena aspek keimanan menjadi dasar dalam menjalankan tanggung jawab dan adab sesuai tuntunan syariat.

2. Sudah baligh (dewasa)

Ia harus telah mencapai usia baligh agar memiliki kemampuan berpikir dan bertanggung jawab secara hukum dalam Islam. Mengutip buku berjudul Panduan Terlengkap Ibadah Muslim "Sehari-Hari" (2018) oleh KH. Muhammad Habibillah dijelaskan baligh artinya batas seorang laki-laki maupun perempuan telah dikenakan kewajiban untuk melaksanakan semua yang diperintahkan oleh Allah SWT dan mencegah segala yang dilarang-Nya.

3. Berakal sehat

Mahram tidak boleh mengalami gangguan jiwa atau akal, karena ia bertugas melindungi dan mendampingi perempuan tersebut dalam perjalanan atau situasi tertentu.

4. Mampu menjaga dan melindungi

Selain dewasa dan berakal, mahram juga harus memiliki kapasitas fisik dan mental yang cukup untuk menjamin keamanan serta kenyamanan perempuan yang didampinginya.

Syarat-syarat ini menunjukkan bahwa mahram tidak hanya ditentukan berdasarkan hubungan nasab atau pernikahan, tetapi juga menyangkut kemampuan dan kelayakan dalam menjalankan peran sebagai pelindung. Dalam konteks perjalanan, ketentuan ini merujuk pada hadits Nabi SAW:

“Seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali bersama mahramnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketentuan Pernikahan dengan Mahram

Islam memandang pernikahan sebagai ibadah yang sakral dan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, syariat Islam menetapkan aturan-aturan yang jelas, termasuk mengenai siapa saja yang tidak boleh dinikahi.

Pernikahan dengan mahram merupakan salah satu bentuk pernikahan yang secara tegas diharamkan dan dianggap tidak sah dalam pandangan Islam. Larangan ini bukan tanpa alasan, melainkan sebagai bentuk perlindungan terhadap nilai kesucian hubungan keluarga dan penjagaan terhadap garis keturunan.

Allah SWT menjelaskan dengan sangat jelas dalam Surah An-Nisa ayat 23 mengenai orang-orang yang haram dinikahi karena termasuk mahram. Ayat ini menjadi dasar hukum utama dalam menetapkan batas-batas pernikahan dalam Islam.

Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan berbagai hubungan kekerabatan seperti ibu, anak perempuan, saudara perempuan, bibi dari pihak ayah dan ibu, serta anak-anak dari saudara laki-laki dan perempuan, yang seluruhnya diharamkan untuk dinikahi secara permanen.

Firman Allah dalam QS. An-Nisa: 23

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُم مِّنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُم مِّن نِّسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمْ تَكُونُوا دَخَلْتُم بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَن تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا

Artinya: "Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu; anak-anak perempuanmu; saudara-saudara perempuanmu; saudara perempuan ayahmu; saudara perempuan ibumu; anak perempuan dari saudaramu yang laki-laki; anak perempuan dari saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak perempuan istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum mencampurinya, maka tidak berdosa atasmu (menikahinya); (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpun dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lalu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nisa: 23).

Menurut studi dalam kajian yang dipublikasikan di Nian Tana Sikka (2022): Jurnal ilmiah Mahasiswa Volume. 3 Nomor 1, Tahun 2025 dijelaskan salah satu alasan utama dilarangnya pernikahan dengan mahram adalah untuk menghindari potensi gangguan genetika pada keturunan. Ilmu kedokteran modern juga mendukung pandangan ini, menunjukkan bahwa pernikahan dengan kerabat dekat dapat meningkatkan risiko gangguan geneti.

Q & A Seputar Topik

Apa yang dimaksud dengan mahram dalam Islam?

Mahram adalah orang yang haram dinikahi oleh seorang Muslim atau Muslimah selamanya karena adanya hubungan nasab (keturunan), persusuan, atau pernikahan. Mahram memiliki peran penting dalam hukum pergaulan dan pernikahan dalam Islam.

Apa saja contoh orang yang termasuk mahram?

Contoh mahram antara lain: ayah, saudara kandung, anak, paman, kakek, ibu mertua, anak tiri (jika ibunya telah digauli), dan saudara sepersusuan. Hubungan dengan mereka tidak boleh dijadikan pasangan nikah dan bersifat permanen.

Apa perbedaan antara mahram dan muhrim?

Mahram adalah orang yang haram dinikahi selamanya, sedangkan muhrim adalah orang yang sedang dalam keadaan ihram saat menjalankan ibadah haji atau umrah. Keduanya berbeda makna dan tidak boleh disamakan.

Mengapa perempuan harus didampingi mahram saat bepergian jauh?

Dalam Islam, perempuan disunnahkan atau diwajibkan ditemani mahram saat melakukan perjalanan jauh untuk menjaga keamanan, kehormatan, dan menghindari fitnah, sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW.

Bagaimana cara membedakan mahram mu’abbad dan mahram mu’aqqat?

Mahram mu’abbad adalah yang haram dinikahi selamanya, seperti karena nasab dan persusuan. Sedangkan mahram mu’aqqat adalah yang haram dinikahi hanya sementara, misalnya adik ipar (selama masih menikah dengan saudaranya).

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |