Liputan6.com, Jakarta QS. Yusuf 28 adalah bagian dari kisah penuh hikmah dalam Al-Qur’an yang menggambarkan keteguhan hati, kemuliaan akhlak, dan ujian yang dihadapi Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Ayat ini menggambarkan salah satu momen penting ketika Nabi Yusuf difitnah oleh istri pembesar Mesir, dan bagaimana bukti fisik menjadi penentu dalam membalikkan tuduhan. Kisah ini tak hanya relevan dalam konteks sejarah, tetapi juga memberikan pelajaran moral dan spiritual bagi kehidupan sehari-hari.
Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof. M. Quraish Shihab, menjelaskan bahwa QS. Yusuf 28 menegaskan pentingnya keadilan dan objektivitas dalam menyelesaikan konflik, bahkan dalam persoalan yang sangat personal seperti fitnah. Ayat ini menampilkan strategi penyelesaian masalah yang tidak emosional, tetapi berdasarkan bukti nyata, yakni robeknya baju Yusuf dari belakang yang menunjukkan bahwa dialah yang dikejar, bukan pelaku.
Sementara itu, Tafsir Ibnu Katsir oleh Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, menafsirkan bahwa Allah menjadikan robeknya pakaian Yusuf sebagai bukti bahwa ia tidak bersalah, dan ini menunjukkan kemuliaan Allah dalam menolong hamba-Nya yang jujur. Oleh karena itu, mempelajari QS. Yusuf 28 bukan hanya sekadar mengetahui artinya, tetapi juga memahami tafsir dan pesan ilahiah yang terkandung di dalamnya.
Berikut ini Liputan6.com ulas selengkapnya, Selasa (8/7/2025).
Bacaan Qs. Yusuf 28 dalam Bahasa Arab, Latin, dan Artinya
Berikut ini bacaan Qs. Yusuf 28 dalam Bahasa Arab, Latin dan artinya yang bisa anda pahami:
فَلَمَّا رَءَا قَمِيصَهُۥ قُدَّ مِن دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُۥ مِن كَيْدِكُنَّ ۖ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
Arab-Latin: Fa lammā ra`ā qamīṣahụ qudda min duburing qāla innahụ ming kaidikunn, inna kaidakunna 'aẓīm
Artinya: “Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: ‘Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.’”
Ayat ini menceritakan tentang reaksi suami Al-Aziz (seorang pejabat tinggi di Mesir) setelah melihat baju gamis Yusuf koyak di bagian belakang. Ayat ini menjadi titik balik dalam kisah fitnah yang menimpa Nabi Yusuf.
Makna Qs Yusuf 28
Dalam konteks kisah ini, Nabi Yusuf ‘alaihissalam difitnah oleh istri pembesar Mesir yang mengajaknya berbuat maksiat. Ketika Yusuf menolak dan berusaha melarikan diri, bajunya justru robek dari belakang. Robekan inilah yang menjadi bukti paling nyata bahwa Yusuf tidak bersalah. Melalui ayat ini, Allah SWT menunjukkan bahwa pembelaan terhadap orang jujur tak harus datang dari dirinya sendiri, tetapi bisa melalui cara yang tidak terduga, bahkan sesederhana seperti posisi robekan pakaian. Ini sekaligus memberi pelajaran bahwa siapa pun yang menjaga diri karena takut kepada Allah akan selalu berada dalam lindungan-Nya.
Ayat ini juga menyiratkan bahwa tipu daya dan godaan bisa datang dari orang-orang terdekat, bahkan dari sosok yang memiliki kekuasaan atau kedudukan. Ketika sang suami berkata, “Sesungguhnya ini adalah bagian dari tipu daya kalian. Sesungguhnya tipu daya kalian itu besar sekali,” kalimat tersebut bukanlah bentuk penghakiman terhadap jenis kelamin tertentu, tetapi lebih kepada peringatan bahwa hawa nafsu, jika tidak dikendalikan, dapat menjerumuskan manusia ke dalam kebohongan dan fitnah. Dalam peristiwa ini, justru Yusuf yang merupakan budak asing mampu menjaga kehormatan dirinya, sementara istri pembesar itu yang justru tergoda oleh hasrat. Maka, ayat ini menjadi cermin penting bagi siapa pun untuk tetap waspada terhadap bisikan nafsu dan godaan batin.
Tafsir Qs Yusuf 28
Melansir dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), tafsir QS. Yusuf ayat 28 menjelaskan peristiwa ketika Al-Aziz, suami dari Zulaikha, menyadari bahwa tuduhan yang ditujukan kepada Nabi Yusuf tidak berdasar. Hal ini diketahui setelah Al-Aziz melihat bahwa gamis Nabi Yusuf koyak dari bagian belakang, yang menjadi bukti bahwa Yusuf sebenarnya tengah berusaha menghindar dari godaan sang istri. Zulaikha, istri Al-Aziz yang juga merupakan majikan Yusuf, telah mencoba memfitnah Yusuf atas perbuatannya sendiri. Setelah dilakukan penyelidikan, kebenaran pun terungkap. Sang menteri kemudian meminta Nabi Yusuf untuk tidak menyebarkan kejadian tersebut dan menasihati istrinya agar memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tipu daya yang telah diperbuatnya.
Namun, penafsiran terhadap ayat ini juga mengundang berbagai pendapat dari kalangan ulama. Dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 6, Prof. M. Quraish Shihab menanggapi adanya pandangan dari sebagian ulama yang menilai bahwa ungkapan "inna kaidakunna ‘azhim" yang artinya sesungguhnya tipu daya kalian itu besar menunjukkan sifat buruk perempuan secara umum. Pendapat ini bahkan ada yang mengaitkannya dengan QS. An-Nisa ayat 76 yang berbunyi "Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah", lalu menyimpulkan bahwa tipu daya wanita lebih besar dari setan. Akibatnya, muncul pandangan ekstrem bahwa keberhasilan setan menggoda manusia sering dicapai melalui perempuan, atau bahwa perempuan lebih berbahaya rayuannya ketimbang setan itu sendiri.
Penilaian seperti itu ditolak oleh Quraish Shihab, karena dianggap tidak kontekstual dan mengabaikan latar kejadian dalam surat Yusuf. Ia menekankan bahwa menyimpulkan sifat seluruh perempuan hanya dari satu peristiwa adalah bentuk penyederhanaan yang keliru. Hal senada juga disampaikan oleh Fathi Muhammad Ath-Thahir Ghayati dalam karyanya Haakadza Yablugh Al-Hubb Bainahuma, yang menjelaskan bahwa menghubungkan QS. Yusuf ayat 28 dengan QS. An-Nisa ayat 76 merupakan bentuk kekeliruan dalam penafsiran. Pendekatan seperti ini, menurutnya, menjadikan perempuan sebagai makhluk yang lebih buruk dari setan, dan secara tidak adil menggambarkan mereka sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan kewaspadaan penuh. Pandangan ini tidak hanya keliru dalam pendekatan tafsir, tetapi juga menyuburkan prasangka negatif terhadap perempuan yang tidak dibenarkan dalam nilai-nilai Islam yang adil dan berimbang.
QnA Seputar Qs. Yusuf 28
Q: Apa latar belakang turunnya QS. Yusuf ayat 28?
A: Ayat ini turun sebagai bagian dari kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam yang difitnah oleh istri Al-Aziz, Zulaikha. Saat Yusuf menolak godaan Zulaikha dan berusaha lari, bajunya robek dari belakang. Robekan itu menjadi bukti bahwa Yusuf tidak bersalah, dan fitnah itu pun terbongkar.
Q: Apakah QS. Yusuf 28 merendahkan perempuan?
A: Tidak. Menurut Prof. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, ayat ini tidak bermaksud merendahkan kaum perempuan. Kalimat “tipu daya kalian” ditujukan secara khusus kepada Zulaikha dan bukan untuk menggeneralisasi sifat perempuan secara keseluruhan.
Q: Mengapa robeknya baju Yusuf menjadi bukti penting?
A: Robeknya baju Yusuf di bagian belakang menunjukkan bahwa Yusuf sedang melarikan diri, bukan menyerang atau menggoda. Ini merupakan bukti fisik yang memperjelas kebenaran dan menyingkap fitnah yang dilontarkan oleh Zulaikha.
Q: Apa pelajaran utama dari QS. Yusuf ayat 28?
A: Pelajaran utamanya adalah bahwa kebenaran akan selalu terungkap dengan izin Allah, dan kejujuran akan mendapatkan perlindungan dari-Nya. Ayat ini juga mengajarkan pentingnya bersikap adil, tidak gegabah menuduh, dan menggunakan bukti dalam memutuskan perkara.
Q: Bagaimana para ulama berbeda dalam memahami ayat ini?
A: Beberapa ulama klasik menilai ayat ini sebagai isyarat tentang besarnya daya goda perempuan. Namun ulama kontemporer seperti Quraish Shihab dan Fathi Muhammad Ath-Thahir Ghayati menegaskan bahwa tafsir seperti itu harus dikritisi karena tidak mempertimbangkan konteks dan berpotensi melahirkan pandangan bias gender.
Q: Apakah ayat ini bisa dijadikan dalil untuk membenci perempuan?
A: Tidak. Menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk membenci atau merendahkan perempuan merupakan bentuk tafsir yang keliru dan menyimpang dari semangat keadilan Al-Qur’an. Ayat ini harus dipahami dalam konteks peristiwa, bukan sebagai generalisasi terhadap jenis kelamin.
Q: Apa nilai spiritual dari QS. Yusuf ayat 28 untuk umat Islam?
A: Nilai spiritualnya adalah pentingnya menjaga kehormatan, kesabaran dalam menghadapi fitnah, dan kepercayaan kepada Allah bahwa kebenaran akan selalu menang. Ayat ini juga mengingatkan bahwa Allah senantiasa menolong hamba-Nya yang tulus dan menjaga diri dari dosa.