Mau Selamat di Hari Kiamat? Jaga Hal Ini Maka akan jadi Saksi Kebaikan

8 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Hari kiamat atau hari akhir adalah kepastian yang diyakini oleh setiap Muslim. Dalam berbagai ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW, disebutkan bahwa seluruh amal perbuatan manusia akan diperhitungkan dengan detail pada hari kiamat, termasuk perkara yang sering dianggap sepele yaitu ucapan.

Banyak orang merasa ringan ketika berbicara, tanpa menyadari bahwa setiap kata akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat. Padahal, lisan merupakan salah satu anggota tubuh yang paling sering menyebabkan dosa, bahkan bisa mencelakakan di akhirat.

Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendakwah muda dari Muhammadiyah, menyampaikan peringatan penting tentang bahaya ucapan yang tak terjaga. Ia menegaskan bahwa siapa saja yang mengaku beriman kepada Allah dan hari kiamat, harus berhati-hati dengan lisannya.

“Siapa yang merasa beriman pada Allah di hari kiamat, awas, beriman kepada Allah dan akan dihisab di hari akhir,” ujar UAH saat menyampaikan kajian keislaman tentang etika berbicara.

Menurutnya, lisan harus digunakan untuk mengucapkan kebaikan. Jika tidak mampu berkata baik, maka diam adalah pilihan yang lebih aman. Ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "Fal-yaqul khairan aw liyasmut", artinya "Katakan yang baik atau diam."

Dikutip Selasa (15/07/2025) dari YT @PERINDUSURGA1985, UAH mengingatkan bahwa setiap kata yang keluar dari mulut manusia akan dicatat dan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.

Simak Video Pilihan Ini:

Kopda Muslimin Otak Upaya Pembunuhan Istri di Semarang Meninggal di Kendal

Setiap Kata akan Ada Pertanggungjawabannya

Ucapan yang buruk, seperti ghibah, fitnah, dan ujaran kebencian, menurut UAH, sangat berbahaya dan bisa memperberat timbangan dosa seseorang di hari perhitungan. Karena itu, kewaspadaan dalam berkata harus menjadi bagian dari keimanan.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali seseorang tergoda untuk ikut membicarakan keburukan orang lain. Tanpa disadari, kalimat seperti “Eh, kamu tahu enggak tentang si fulan itu?” bisa menjadi awal dari dosa ghibah yang panjang.

UAH menekankan bahwa diam adalah bentuk kesadaran bahwa lisan bisa menjerumuskan ke dalam jurang kebinasaan. Maka, jika tidak ada manfaat dari ucapan yang akan dilontarkan, sebaiknya memilih untuk menahan diri.

Ia juga menjelaskan bahwa menjaga lisan bukan hanya soal tidak berkata kotor atau kasar, tetapi juga mencakup tidak menyebarkan informasi yang belum jelas, tidak mencela, dan tidak menyakiti perasaan orang lain dengan kata-kata.

Di hari kiamat nanti, tidak hanya perbuatan tangan dan kaki yang dihisab, tetapi juga lisan. Bahkan dalam banyak riwayat disebutkan bahwa kebanyakan penghuni neraka berasal dari dosa lisan yang meremehkan kebaikan dan membesar-besarkan keburukan.

Mulut Bakal jadi Saksi Kebaikan

Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan bahwa mulut yang digunakan untuk berdzikir, membaca Al-Qur'an, dan menyebarkan kebaikan akan menjadi saksi kebaikan bagi pemiliknya di akhirat. Sebaliknya, mulut yang digunakan untuk mencaci dan menggunjing akan menjadi saksi keburukan.

Ia mengajak umat Islam untuk mulai melatih diri sejak sekarang agar terbiasa berbicara hal-hal baik. Dimulai dari rumah, lingkungan kerja, hingga media sosial, setiap perkataan harus mencerminkan nilai-nilai keislaman.

Menghindari debat yang tidak bermanfaat, menahan diri dari komentar pedas, dan memfilter setiap kata sebelum diucapkan adalah bagian dari menjaga lisan yang akan membawa keselamatan di hari akhir.

UAH juga menyampaikan bahwa seseorang yang menjaga lisannya akan dimuliakan oleh Allah dan dijauhkan dari permusuhan dengan sesama. Ini adalah buah dari amal yang sederhana, namun bernilai besar dalam timbangan amal.

Menurut UAH, jika umat Islam mampu menjaga lisannya, maka banyak kerusakan sosial dan konflik bisa dihindari. Lisan yang terjaga akan menciptakan lingkungan yang damai dan penuh berkah.

Dengan mengingat bahwa setiap kata akan dihisab, seorang Muslim akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan lebih rajin menggunakan lisannya untuk berdzikir, bersyukur, dan menebar kebaikan.

Pada akhirnya, keselamatan di hari akhir bukan hanya ditentukan oleh besar kecilnya amal, tetapi juga oleh seberapa bersih dan terjaganya lisan dari ucapan yang sia-sia dan menyakitkan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |