Liputan6.com, Jakarta - Kisah kewalian penjual tempe yang terbongkar gara-gara Mbah Hamid Pasuruan menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Kamis (12/1/2024).
Semula tak ada yang tahu bahwa Muhsin, seorang penjual tempe, adalah seorang ulama dengan keilmuan mumpuni. Salah satunya yakni bisa menentukan arah kiblat dengan cara presisi.
Warga baru tahu ketika mereka membangun masjid dan sowan kepada Mbah Hamid Pasuruan untuk meminta ditentukan arah kiblat. Tanpa dinyana, Kiai Hamid justru menyuruh mereka menghadap Kiai Muhsin. Seorang pria biasa.
Artikel kedua yang juga populer yaitu kisah warga pedalaman Papua yang masih sering bertemu Abah Guru Sekumpul walau sang guru telah meninggal 10 tahun lamanya.
Sementara, artikel ketiga yaitu konsep rezeki, apakah harus bekerja terlebih dahulu atau tidak, seperti dipaparkan oleh UAH berdasar kisah Imam Syafi'i dan Imam Malik.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
Luka di Tanah Merah, Kisah Penyintas Usai Peristiwa 65 hingga Kuburan Massal PKI
1. Kewalian Penjual Tempe Terbongkar Gara-Gara Arah Kiblat Masjid, Kisah Karomah Mbah Hamid Pasuruan
Masyarakat Buluawang, sebuah desa di daerah Pasuruan, sedang merencanakan pembangunan masjid. Namun, sebelum masjid tersebut bisa dibangun, ada satu hal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh warga.
Mereka sepakat bahwa sebelum memulai pembangunan, seseorang harus sowan kepada Kiai Abdul Hamid di Pasuruan. Sowan ini diyakini menjadi syarat agar proses pembangunan masjid berjalan lancar.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626, perjalanan panjang dimulai dengan seseorang yang diutus untuk sowan kepada Kiai Hamid. Setelah tiba di rumah Kiai Hamid, orang tersebut menyampaikan tujuan kedatangannya, yakni untuk meminta Kiai Hamid menentukan arah kiblat masjid yang akan dibangun di Buluawang. Namun, Kiai Hamid memberikan jawaban yang tidak terduga.
Mbah Hamid Pasuruan menjawab dengan tenang, mengatakan bahwa di Buluawang sudah ada seorang wali besar. "Untuk apa jauh-jauh ke sini? Kiai Muhsin namanya," ujar Kiai Hamid, mengarahkan agar warga mencari Kiai Muhsin untuk meminta bantuan menentukan kiblat.
Pesan Kiai Hamid cukup jelas, namun hal ini justru memunculkan kebingungannya warga. Tapi, mau tak mau mereka ta'dzim. Sebab, Mbah Hamid adalah ulama yang juga dikenal sebagai wali dengan karomahnya yang terkenal.
Kiai Hamid melanjutkan, "Nanti kalau sudah ketemu, bilang saja Kiai Hamid yang menyuruhnya, berdoa sekalian untuk menentukan kiblat."
2. Kisah Jemaah asal Papua Masih Sering Bertemu Abah Guru Sekumpul, Ternyata sudah Wafat 10 Tahun
Keajaiban yang ditunjukkan oleh para wali Allah selalu mengundang kekaguman dan keheranan. Salah satu kisah karomah yang menggetarkan hati adalah kisah rombongan jemaah asal pedalaman Papua yang merasa masih sering bertemu Abah Guru Sekumpul, meskipun beliau telah wafat.
Abah Guru Sekumpul, yang dikenal sebagai seorang wali besar dan ulama kharismatik, wafat pada 10 Agustus 2005. Namun, kisah karomahnya terus hidup di hati umat Islam, termasuk di pedalaman Papua.
Kisah luar biasa ini dikutip dari video di kanal YouTube @Fakta_Bray, yang mengisahkan pengalaman rombongan dari Papua yang datang pada acara haul ke-10 Abah Guru Sekumpul di Martapura, Kalimantan Selatan pada tahun 2015.
Pada saat itu, rombongan dari pedalaman Papua yang belum pernah keluar dari Pulau Papua, tiba di Martapura dengan perasaan bingung. Mereka datang tanpa mengetahui pasti seperti apa acara haul Abah Guru Sekumpul yang akan digelar di sana. Ini adalah pengalaman pertama mereka meninggalkan pulau dan melihat dunia luar yang jauh berbeda.
Sesampainya di lokasi acara, mereka disambut oleh panitia haul yang dengan ramah menyapa mereka. Rombongan yang masih belum memahami sepenuhnya tentang acara haul bertanya, "Acara ini sebenarnya seperti apa?" Panitia pun menjelaskan bahwa haul adalah peringatan atas wafatnya sohibul haul, Abah Guru Sekumpul, yang setiap tahunnya diperingati oleh jamaah.
Panitia juga memberi penjelasan bahwa foto Abah Guru Sekumpul sering dipasang di rumah-rumah masyarakat sebagai tanda penghormatan. Mendengar penjelasan itu, rombongan dari Papua merasa sedikit lebih tenang dan mulai merasa ada kedekatan spiritual.
3. Untuk Dapat Rezeki Apakah Harus Kerja Dulu? Simak Kisah Imam Syafi'i dan Imam Malik
Bagi sebagian orang, mendapatkan rezeki seringkali dipandang sebagai hasil dari kerja keras dan usaha yang maksimal. Namun, ada juga yang percaya bahwa cukup dengan berdoa dan meminta kepada Allah, rezeki akan datang dengan sendirinya.
Perdebatan ini menjadi topik hangat dalam ceramah Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang dilansir dari kanal YouTube @WS.Official, di mana UAH mengutip sebuah kisah yang sangat menginspirasi tentang Imam Syafi'i dan Imam Malik.
Dikutip dari tayangan video tersebut, UAH menyampaikan kisah menarik yang melibatkan dua tokoh besar dalam sejarah Islam, Imam Syafi'i dan Imam Malik. Dalam diskusi mereka, terungkap sebuah pandangan menarik mengenai rezeki, yang mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang konsep kerja dan doa dalam mencari rezeki.
Kisah yang dibagikan oleh UAH tersebut berasal dari perbincangan antara Imam Syafi'i dan Imam Malik. Ketika mereka berdiskusi tentang bagaimana mendapatkan rezeki, Imam Syafi'i menyatakan bahwa rezeki harus dicari dengan kerja keras terlebih dahulu. Menurut Imam Syafi'i, seseorang harus berusaha dan berikhtiar sebelum mengharap datangnya rezeki dari Allah.
Namun, Imam Malik, yang merupakan guru dari Imam Syafi'i, memiliki pandangan yang berbeda. Beliau menanggapi pendapat Imam Syafi'i dengan mengatakan bahwa ada rezeki yang tidak perlu dicari dengan kerja keras, melainkan dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui amal dan ibadah. Rezeki tersebut akan datang tanpa perlu dicari, karena Allah akan memberikannya kepada hamba-Nya yang ikhlas beramal.