Liputan6.com, Jakarta - Surat At-Taubah ayat 128-129 merupakan dua ayat penutup yang sarat makna dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat ini secara khusus menggambarkan sifat mulia Rasulullah SAW dan mengajarkan pentingnya kebergantungan penuh kepada Allah SWT.
Kedua ayat ini tidak hanya sekadar penutup surat, melainkan juga pengingat akan kasih sayang Nabi Muhammad SAW yang luar biasa kepada umatnya. Selain itu, ayat ini menegaskan bahwa dalam setiap kesulitan dan tantangan hidup, hanya kepada Allah lah seharusnya kita bersandar.
Meskipun Surah At-Taubah secara keseluruhan tergolong Madaniyah, dua ayat terakhir ini justru diturunkan di Mekkah dan termasuk ke dalam golongan Makkiyah, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Jalaluddin dalam Tafsirul Qur'anil Azhim.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Kamis (17/7/2025).
Kenali Surat At-Taubah Ayat 128-129: Arab, Latin, dan Artinya
Surat At-Taubah merupakan surah ke-9 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 129 ayat. Dua ayat terakhir, yaitu surat At-Taubah ayat 128-129, memiliki kedudukan istimewa karena mengandung pesan-pesan fundamental tentang kenabian dan keesaan Allah.
Ayat-ayat ini menjadi penutup yang sempurna bagi surah yang banyak membahas tentang perjanjian, tobat, dan jihad.
Ayat 128 menjelaskan sifat-sifat mulia Rasulullah SAW, sementara ayat 129 menekankan pentingnya tawakal kepada Allah SWT. Kedua ayat ini menjadi pegangan bagi umat Muslim untuk meneladani akhlak Nabi dan memperkuat keyakinan akan kekuasaan Allah.
Kementerian Agama RI dalam Aplikasi Add-Ins Qur’an Kemenag Surah al-Taubah: 128-129 menyediakan terjemahan resmi yang memudahkan pemahaman.
Berikut adalah lafal Arab, latin, dan terjemahan surat At-Taubah ayat 128-129:
QS. At-Taubah Ayat 128
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Laqad jā`akum rasụlum min anfusikum 'azīzun 'alaihi mā 'anittum ḥarīṣun 'alaikum bil-mu`minīna ra`ụfur raḥīm
Artinya: "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,"
QS. At-Taubah Ayat 129
فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ
Fa in tawallau fa qul ḥasbiyallāhu lā ilāha illā huw, 'alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul-'arsyil-'aẓīm
Artinya: "Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy (singgasana) yang agung."
Sejarah Ditemukannya Surat At-Taubah Ayat 128-129
Proses pengumpulan Al-Qur'an pada masa awal Islam tidaklah seperti yang kita kenal sekarang dalam bentuk mushaf yang tersusun rapi. Ayat-ayat Al-Qur'an pada zaman Rasulullah SAW ditulis di berbagai media yang tersedia, seperti kulit, pelepah kurma, tulang, batu, dan kayu. Tulisan-tulisan ini masih tercecer dan disimpan oleh para sahabat.
Dua ayat terakhir dari surat At-Taubah ini memiliki kisah penemuannya sendiri yang menarik. Mengutip dari buku Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam oleh Dr. Muhammad Husain Mahasnah, mushaf dua ayat terakhir surat At-Taubah ini ditemukan oleh Zaid bin Tsabit pada Abu Khuzaimah Al Anshari. Penemuan ini menjadi bagian penting dalam proses kodifikasi Al-Qur'an.
Meskipun surah At-Taubah secara keseluruhan adalah Madaniyah, ayat 128-129 ini diturunkan di Mekkah. Hal ini menunjukkan bahwa pesan yang terkandung di dalamnya memiliki relevansi universal dan mendalam, menjangkau sifat kenabian dan kebergantungan ilahi yang melampaui batasan waktu dan tempat turunnya.
Tafsir Mendalam Ayat 128: Sifat Mulia Rasulullah SAW
Surat At-Taubah ayat 128 secara khusus menggambarkan lima sifat mulia Rasulullah SAW yang menjadi teladan bagi seluruh umat. Wahbah al-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir menjelaskan sifat-sifat ini sebagai berikut:
-
Rasul dari Kaum Sendiri (مِّنْ أَنفُسِكُمْ)
Frasa "min anfusikum" berarti Rasulullah berasal dari jenis atau kelompok kaumnya sendiri. Ini menunjukkan kedekatan dan kemudahan bagi umat untuk menerima ajaran beliau, karena beliau adalah manusia biasa yang memahami kondisi dan penderitaan mereka. Sayyid Quthb dalam Tafsir fi Zhilalil Qur'an berpendapat bahwa ini menunjukkan hubungan jiwa antara Nabi Muhammad dan umatnya.
-
Berat Terasa Penderitaan Umat (عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ)
Rasulullah SAW merasakan beratnya penderitaan yang dialami umatnya. Beliau sangat berempati dan tidak ingin melihat umatnya dalam kesulitan. Sifat ini mencerminkan kepedulian yang mendalam, di mana Nabi bahkan memikirkan umatnya hingga akhir hayatnya, seperti yang terekam dalam ucapan "ummati, ummati, ummati".
-
Sangat Menginginkan Kebaikan Umat (حَرِيصٌ عَلَيْكُم)
Nabi Muhammad SAW memiliki keinginan yang sangat besar untuk keselamatan dan keimanan umatnya. Beliau senantiasa berusaha membimbing umat menuju jalan yang lurus, bahkan ketika menghadapi penolakan. Sifat ini menunjukkan ambisi positif beliau untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
-
Penyantun (رَءُوفٌ)
Sifat "ra`ūf" menunjukkan belas kasihan yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari rahmat. Ini berarti Rasulullah SAW berusaha keras untuk menolak kemudaratan atau bahaya dari umatnya. Sifat ini adalah bentuk kasih sayang yang proaktif dalam melindungi dan menjaga umat dari segala bentuk kesulitan.
-
Penyayang (رَّحِيمٌ)
Sifat "raḥīm" berarti penyayang, yang mendatangkan manfaat bagi umat. Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, rahmat dapat diberikan kepada semua makhluk, baik yang disukai maupun tidak. Nabi Muhammad menunjukkan kebaikan kepada semua makhluk, sehingga sifat ini mencakup rahmat universal beliau.
Tafsir Mendalam Ayat 129: Kekuatan Tawakal kepada Allah SWT
Setelah menjelaskan sifat-sifat mulia Rasulullah SAW, surat At-Taubah ayat 129 mengarahkan umat untuk memiliki tawakal yang kuat kepada Allah SWT. Ayat ini menjadi penegas bahwa dalam menghadapi segala kondisi, terutama ketika manusia berpaling atau menolak kebenaran, sandaran utama hanyalah Allah.
Ayat ini berbunyi, "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy (singgasana) yang agung." Pesan utama dari ayat ini adalah pengajaran tentang kebergantungan total kepada Sang Pencipta. Ketika segala upaya manusia telah dilakukan, dan hasil tidak sesuai harapan, maka berserah diri kepada Allah adalah jalan terbaik.
Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir menjelaskan bahwa ayat ini adalah arahan bagi Rasulullah untuk hanya berpegang pada Rabb-nya semata ketika melihat orang-orang berpaling dari dakwahnya. Allah-lah yang menjaga, menolong, dan mencukupi segala urusan. Ini mengajarkan bahwa kekuasaan mutlak hanya milik Allah, dan Dia adalah satu-satunya tempat berlindung dan memohon pertolongan.
Keistimewaan dan Manfaat Mengamalkan Surat At-Taubah Ayat 128-129
Mengamalkan surat At-Taubah ayat 128-129 secara rutin memiliki banyak keistimewaan dan manfaat bagi kehidupan seorang Muslim. Ayat-ayat ini tidak hanya mengandung pelajaran teologis, tetapi juga membawa keberkahan dan kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan.
Menurut Huriyah Huwaida dalam bukunya Penuntun Mengerjakan Shalat Dhuha, seseorang yang mengamalkan zikir dua ayat terakhir surah At-Taubah secara konsisten sebanyak 7 kali seusai sholat, akan dimudahkan rezekinya dan kehidupannya.
Selain itu, Ustaz Ahmad Zacky El-Syafa dalam Doa-doa Terbaik Sepanjang Masa menyebutkan bahwa membaca ayat ini sebagai zikir pagi dan petang akan menjaga pengamalnya dari segala kesusahan dunia maupun akhirat. Mengamalkannya 7 kali pada waktu Maghrib dan Subuh juga dipercaya dapat memberkahi umur panjang.
Lebih lanjut, Syekh Muhammad Haqqi an-Nazili dalam kitab Khazinatul Asrar menguraikan bahwa dua ayat terakhir ini memiliki khasiat sebagai penangkal sihir, tenung, dan guna-guna.
Bagi yang lemah akan menjadi kuat, yang hina menjadi mulia, yang kalah mendapat pertolongan, yang berkesempitan mendapat kelapangan, yang berutang dapat melunasinya, dan yang menghadapi kesulitan akan mendapat kemudahan. Bahkan, ada keyakinan bahwa dengan membaca kedua ayat ini sebanyak 41 kali setiap hari, seseorang dapat bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW.
Implementasi Surat At-Taubah Ayat 128-129 dalam Kehidupan Sehari-hari
Pelajaran dari surat At-Taubah ayat 128-129 tidak hanya berhenti pada pemahaman teks, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai keberkahan dan kedekatan dengan Allah SWT. Berikut adalah beberapa cara mengamalkan nilai-nilai dari kedua ayat ini:
-
Meneladani Kasih Sayang Rasulullah SAW
Ayat 128 mengajarkan kita untuk meneladani sifat empati dan kasih sayang Rasulullah SAW terhadap sesama. Ini berarti kita harus peduli terhadap penderitaan orang lain, berusaha membantu mereka yang kesulitan, dan selalu menginginkan kebaikan bagi semua. Mengembangkan rasa belas kasihan dan kepedulian sosial adalah wujud nyata dari meneladani sifat Nabi.
-
Memperkuat Keimanan dan Tawakal
Pentingnya keimanan yang kuat dan tawakal kepada Allah SWT adalah inti dari ayat 129. Dalam menghadapi cobaan dan tantangan hidup, kita harus selalu berserah diri kepada Allah dan percaya bahwa Dia akan memberikan yang terbaik. Ini melibatkan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya dan bahwa Dia adalah sebaik-baik penolong.
-
Bergantung Sepenuhnya kepada Allah SWT
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu bergantung kepada Allah SWT dalam segala hal, baik urusan dunia maupun akhirat. Hanya dengan tawakal kepada-Nya, kita dapat menghadapi segala kesulitan dan mencapai keberhasilan. Ini berarti meyakini bahwa Allah Maha Cukup dan Maha Kuasa untuk memenuhi segala kebutuhan dan melindungi dari segala bahaya.
-
Menjadikan Zikir Rutin
Mengamalkan kedua ayat ini sebagai zikir rutin, terutama setelah shalat Subuh dan Maghrib, adalah salah satu bentuk implementasi yang dianjurkan. Praktik ini, seperti yang dilakukan di Pondok Pesantren Raudhatul Qoni’in Serang, tidak hanya membawa manfaat spiritual tetapi juga mempermudah rezeki dan segala urusan, sebagaimana diyakini oleh banyak ulama dan praktisi.
-
Mengambil Pelajaran dari Sejarah
Kisah penemuan ayat ini oleh Zaid bin Tsabit dan konteks penurunannya mengajarkan kita tentang ketekunan dan pentingnya menjaga ajaran agama. Memahami sejarah di balik ayat-ayat Al-Qur'an dapat memperdalam apresiasi kita terhadapnya dan memotivasi kita untuk lebih mendalami dan mengamalkannya.
Sumber Informasi dan Referensi
Artikel ini disusun berdasarkan informasi dari berbagai sumber terpercaya, antara lain:
- Syekh Jalaluddin, Tafsirul Qur'anil Azhim.
- Dr. Muhammad Husain Mahasnah, Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam.
- Wahbah al-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 6: Aqidah, Syari’ah dan Manhaj.
- M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah.
- Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an di Bawah Naungan al-Qur’an Jilid 11.
- Huriyah Huwaida, Penuntun Mengerjakan Shalat Dhuha.
- Ustaz Ahmad Zacky El-Syafa, Doa-doa Terbaik Sepanjang Masa.
- Syekh Muhammad Haqqi an-Nazili, Khazinatul Asrar.
- Kementerian Agama RI, Aplikasi Add-Ins Qur’an Kemenag Surah al-Taubah: 128-129.
- Jurnal Hamalatul Qur’an: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Volume 3 Issue 1 2022, artikel "Tradisi Pembacaan Qs. At-taubah ayat 128-129 di Pondok Pesantren Roudhatul Qoni’in Serang (Study Living Qur’an)" oleh Ulhiyah, Nur Ummah, Bella Yuskhan.
- Prosiding Seminar LP3: Universitas Negeri Malang, artikel "KARAKTER PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN KARAKTER: KAJIAN TAFSIR TAHLILI-TARBAWI QS. AT-TAUBAH: 128-129" oleh Nur Faizin.
FAQ tentang Surat At-Taubah Ayat 128-129
Berikut adalah beberapa pertanyaan umum mengenai surat At-Taubah ayat 128-129:
-
Apa isi pokok surat At-Taubah ayat 128-129?
Isi pokok surat At-Taubah ayat 128-129 adalah penggambaran sifat mulia Rasulullah SAW yang sangat peduli dan penyayang terhadap umatnya, serta penekanan pada pentingnya berserah diri dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang Maha Kuasa.
-
Mengapa Rasulullah SAW disebut "penyayang" dalam ayat 128?
Rasulullah SAW disebut "penyayang" (ra`ūf dan raḥīm) dalam ayat 128 karena beliau memiliki belas kasihan yang mendalam, merasakan penderitaan umatnya, dan sangat menginginkan kebaikan serta keselamatan bagi mereka, mencerminkan kasih sayang yang proaktif dan universal.
-
Apa makna tawakal dalam konteks ayat 129?
Tawakal dalam konteks ayat 129 berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT setelah melakukan segala upaya. Ini adalah keyakinan bahwa Allah Maha Cukup untuk menjadi penolong dan pelindung, serta bahwa Dia adalah satu-satunya tempat untuk bergantung dalam segala urusan.
-
Apa manfaat mengamalkan surat At-Taubah ayat 128-129?
Mengamalkan surat At-Taubah ayat 128-129 dipercaya dapat mendatangkan berbagai manfaat, seperti dimudahkan rezeki dan kehidupan, dijaga dari kesusahan dunia dan akhirat, diberkahi umur panjang, serta memiliki khasiat sebagai penangkal sihir dan kesulitan hidup.
-
Bagaimana sejarah penemuan ayat 128-129 surat At-Taubah?
Dua ayat terakhir surat At-Taubah ini ditemukan oleh Zaid bin Tsabit pada Abu Khuzaimah Al Anshari. Pada masa itu, ayat-ayat Al-Qur'an ditulis di berbagai media seperti kulit dan pelepah kurma, dan penemuan ini menjadi bagian penting dalam proses pengumpulan dan kodifikasi Al-Qur'an.