Liputan6.com, Jakarta - Sholat dhuha merupakan salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW dan dikerjakan pada waktu matahari mulai naik hingga menjelang waktu dzuhur. Keutamaan sholat Dhuha yang begitu luar biasa, umat Islam dianjurkan istiqamah melakasanakannya.
Merujuk jurnal berjudul Pelaksanaan Shalat Dhuha dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Ajibarang Wetan oleh Wahyu Sabilar Rosad, sholat Dhuha dipandang tidak hanya sebagai ritual tambahan, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun koneksi spiritual dengan Sang Pencipta.
Dalil kesunnahan sholat dhuha salah satunya termaktub dalam hadis riwayat Dari Abu Dzar, Nabi SAW bersabda, yang artinya: “Pada pagi hari diwajibkan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf (memerintahkan kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 1704).
Keutamaan Sholat Dhuha
Sholat Dhuha merupakan ibadah sunnah muakkadah, yakni ibadah sunnah yang sangat dianjurkan. Imam an-Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab menyebutkan bahwa sholat Dhuha memiliki keutamaan besar karena Rasulullah SAW senantiasa mengerjakannya.
Berikut ini adalah keutamaan Sholat Dhuha merujuk sumber-sumber di atas ditambah Buku Keutamaan Sholat Dhuha Serta Ibadah Sunnah Lainnya, oleh Drs Mujahidin, Buku Risalah Tuntunan Sholat Lengkap Dzikir dan Doa Mustajab karya Abu Quro, dan literatur klasik:
1. Sholat Sunnah Wasiat Rasulullah SAW
Drs. Mujahidin menguraikan sejumlah keutamaan sholat dhuha dengan merujuk pada hadits-hadits shahih. Pertama, sholat dhuha merupakan wasiat khusus Rasulullah SAW kepada sahabat Abu Hurairah RA.
Dalam hadits disebutkan, “Kekasihku mewasiatkan kepadaku tiga hal: berpuasa tiga hari setiap bulan, melaksanakan shalat dhuha dua rakaat, dan shalat witir sebelum tidur.” Wasiat ini menunjukkan kedudukan penting shalat dhuha sebagai amalan harian umat Islam.
2. Disebut Sebagai Sholat al-Awwabin
Sholat Dhuha disebut sebagai sholat al-awwabin, yaitu sholatnya orang-orang yang taat dan banyak bertobat. Rasulullah SAW bersabda bahwa dua rakaat Dhuha menjadi ciri orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ، وَهِيَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ
“Tidak ada yang senantiasa menjaga shalat dhuha kecuali orang yang awwab, dan shalat dhuha adalah shalatnya orang-orang yang awwab (taat dan banyak kembali kepada Allah).” (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahih Ibni Khuzaimah no. 1220; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 1994).
Dalam Syarh Shahih Muslim, juz 6 hlm. 28, Imam An-Nawawi menjelaskan, yang dimaksud al-awwabin ialah orang yang banyak kembali kepada ketaatan kepada Allah setelah melakukan kesalahan.
"Shalat dhuha menjadi tanda ketaatan itu karena dilakukan di waktu manusia lalai dari ibadah, yaitu di pertengahan siang," jelas Imam Nawawi.
Artinya, orang yang menjaga shalat dhuha menampakkan kecintaannya kepada ibadah di saat kebanyakan manusia sibuk dengan urusan dunia.
3. Dua Rakaat Dhuha Setara dengan 360 Sedekah
Dua rakaat Sholat Dhuha setara dengan 360 sedekah, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, bahwa setiap ruas tubuh manusia wajib disyukuri setiap pagi, dan dua rakaat dhuha menjadi penebus seluruh kewajiban sedekah itu.
Dalam hadis riwayat dari Abu Dzar, Nabi SAW bersabda, yang artinya: “Pada pagi hari diwajibkan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf (memerintahkan kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 1704).
Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (juz 6, hlm. 29), beliau menafsirkan:
“Makna hadits ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah. Setiap sendi tubuh manusia — yang berjumlah 360 menurut riwayat — wajib disyukuri setiap hari. Namun Allah memberikan keringanan bagi hamba-Nya: cukup dengan dua rakaat shalat dhuha, maka telah tercatat sebagai syukur atas seluruh sendiny.".
Artinya, dua rakaat dhuha adalah simbol rasa syukur total atas nikmat tubuh dan kehidupan yang diberikan setiap hari.
4. Kecukupan Rezeki
Empat rakaat Dhuha membawa kecukupan rezeki sepanjang hari. Allah SWT berfirman dalam hadits qudsi, yang artinya:
“Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.”
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari (3/38), menjelaskan bahwa maksud “empat rakaat di awal hari” adalah shalat dhuha, yang dikerjakan setelah matahari naik.
“Hadits ini menunjukkan bahwa siapa yang menjaga empat rakaat dhuha di pagi hari, maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya dan melindunginya dari keburukan hingga sore hari."
Artinya, shalat dhuha menjadi jaminan kecukupan dan perlindungan Ilahi, bukan hanya dalam hal rezeki, tetapi juga ketenangan hati dan keselamatan diri.
5. Ghanimah (Keuntungan Besar)
Sholat dhuha menjadi ghanimah (keuntungan besar) bagi yang melaksanakannya dengan penuh keikhlasa, disebut sebagai “perang yang paling dekat dan keuntungan yang paling banyak.”
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ، وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لَا يَنْصِبُهُ إِلَّا إِيَّاهَا، فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ، وَصَلَاةٌ عَلَى أَثَرِ صَلَاةٍ لَا لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِي عِلِّيِّينَ
Artinya: “Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji dalam keadaan ihram. Dan barangsiapa keluar untuk melaksanakan shalat dhuha, tidak ada tujuan lain kecuali untuk itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan shalat setelah shalat tanpa perbuatan sia-sia di antara keduanya, dicatat dalam ‘Illiyyin (tempat tertinggi di sisi Allah).”
(HR. Abu Dawud no. 558, Tirmidzi no. 586, Ahmad no. 21919 — hasan shahih menurut Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 673).
Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir (4/474), menjelaskan makna “ghanimah” (keuntungan besar):
“Disebut ghanimah karena orang yang berangkat untuk shalat dhuha memperoleh pahala besar tanpa menumpahkan darah dan tanpa mengeluarkan harta, sebagaimana orang yang mendapat harta rampasan perang tanpa perjuangan berat.”
Artinya, shalat dhuha adalah bentuk “perang spiritual” melawan hawa nafsu, dan kemenangan itu disebut ghanimah karena diperoleh dengan cara yang mulia — ibadah dan keikhlasan.
6. Dekat dan Dicintai Allah SWT
Istiqamah dalam ibadah sunnah seperti sholat Dhuha akan menumbuhkan kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya. Hal ini berdasar hadits qudsi dalam Shahih Bukhari no. 6502:
“Tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya, dan kakinya.”
Dengan demikian, shalat dhuha bukan sekadar ibadah tambahan, melainkan sarana penyempurna shalat wajib dan bentuk pendekatan diri yang melahirkan ketenangan, keberkahan rezeki, serta cinta Ilahi.
Ibadah sunnah yang dilakukan terus-menerus akan mendatangkan kasih sayang dari Allah SWT, hingga pelakunya menjadi hamba yang dicintai-Nya.
Waktu Sholat Dhuha
Dalam Kitab Bulughul Maram, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani menjelaskan waktu terbaik sholat dhuha.
- Dhuha adalah waktu setelah matahari meninggi hingga mendekati waktu zawal (mendekati Zhuhur). Shalat Dhuha disebut pula dengan subhah adh-dhuha. Shalat sunnah disebut dengan subhah.
- Waktu shalat Dhuha dalam pandangan madzhab Syafii, waktunya dari matahari meninggi hingga waktu zawal (matahari tergelincir).
- Waktu ikhtiyar (pilihan) adalah ketika telah lewat seperempat siang.
- Shalat Dhuha disebut dengan sholat awwabin karena orang yang melakukannya kembali melakukan ketaatan kepada Allah dan beribadah kepada-Nya di mana saat itu orang-orang begitu sibuk dengan pertanian, dagangan, dan urusan dunia lainnya.
- Adapun waktu utama untuk shalat Dhuha adalah saat matahari sangat panas. Waktu shalat Dhuha dimulai dari matahari meninggi setelah matahari terbit.
Berikut niat sholat dhuhS
Berikut ini adalah bacaan niat sholat Dhuha, sebagaimana tercantum dalam buku Keutamaan Sholat Dhuha Serta Ibadah Sunnah Lainnya karya Drs. Mujahidin:
اُصَلِّي سُنَّةَ الضُّحٰى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلّٰهِ تَعَالَى
Latin: Ushollii sunnatadh dhuha rak‘ataini mustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta‘ālā
Artinya: “Aku niat sholat sunnah dhuha dua rakaat menghadap kiblat saat ini karena Allah Ta‘ala.”
Niat ini cukup diucapkan dalam hati, namun jika dilafalkan untuk meneguhkan maksud juga dibolehkan. Sholat dhuha minimal dua rakaat dan maksimal dua belas rakaat, dilakukan setelah matahari naik hingga sebelum masuk waktu zuhur.
Tata Cara Sholat Dhuha
Merujuk Keutamaan Sholat Dhuha Serta Ibadah Sunnah Lainnya, Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi, dan HR. Muslim no. 720, HR. Ahmad no. 21919, berikut ini tata cara pelaksanaan sholat Dhuha:
1. Waktu Pelaksanaan
Dilakukan mulai 20 menit setelah matahari terbit hingga 10 menit sebelum waktu zuhur. Waktu paling utama: sekitar jam 08.00–10.00 pagi, saat matahari mulai meninggi.
2. Jumlah Rakaat
Minimal 2 rakaat, maksimal 12 rakaat.Dikerjakan setiap 2 rakaat satu salam.
3. Niat Sholat Dhuha
اُصَلِّي سُنَّةَ الضُّحٰى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلّٰهِ تَعَالَى
Latin: Ushollii sunnatadh dhuha rak‘ataini mustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta‘ālā
Artinya: “Aku niat sholat sunnah dhuha dua rakaat menghadap kiblat saat ini karena Allah Ta‘ala.”
4. Tata Cara Sholat
Setiap rakaat sama seperti shalat biasa:
- Takbiratul ihram
- Membaca Al-Fatihah
- Membaca surat (disunnahkan Asy-Syams, Adh-Dhuha, atau Al-Ikhlas)
- Rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, lalu berdiri untuk rakaat kedua
- Salam setelah dua rakaat.
Doa Setelah Sholat Dhuha
Sholat Dhuha dikerjakan dengan khusyuk dan ikhlas. Setelah shalat, perbanyak dzikir, istighfar, dan doa rezeki. Bisa dilakukan di rumah atau masjid, sesuai sunnah Rasulullah.
1. Doa Setelah Sholat Dhuha (pendek):
اللّٰهُمَّ إِنَّ الضُّحٰى ضُحَاؤُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاؤُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، اللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ
Latin: Allahumma innad dhuha-a dhuha-uka, wal baha-a baha-uka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka.Allahumma in kaana rizqii fis-samaa’i fa anzilhu, wa in kaana fil-ardhi fa akhrijhu.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu. Jika rezekiku di langit, turunkanlah; jika di bumi, keluarkanlah.”
2. Doa Utama Sholat Dhuha
Diriwayatkan dalam berbagai kitab doa seperti al-Adzkar an-Nawawiyyah karya Imam Nawawi dan disebut oleh Drs. Mujahidin.
اللّٰهُمَّ إِنَّ الضُّحٰى ضُحَاؤُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاؤُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ، اللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ، آتِنِي مَا آتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ
Latin: Allahumma innad dhuha-a dhuha-uka, wal baha-a baha-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ismatuka. Allahumma in kaana rizqii fis-samaa’i fa anzilhu, wa in kaana fil-ardhi fa akhrijhu, wa in kaana mu‘asaran fayassirhu, wa in kaana haraaman fathahhirhu, wa in kaana ba‘idan faqarribhu. Bihaqqi dhuha-ika wa baha-ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ‘ibaadakash shaalihiin.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, jika berada di bumi maka keluarkanlah, jika sukar maka mudahkanlah, jika haram maka sucikanlah, jika jauh maka dekatkanlah. Dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku sebagaimana Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.”
3. Doa-Doa Lain (kelapangan rezeki)
Dalam beberapa kitab doa klasik seperti Majmu’ Syarif dan Hisnul Muslim, terdapat doa yang sering dibaca setelah dhuha untuk memperluas rezeki:
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Latin: Allāhumma akfinī bihalālika ‘an harāmika, wa aghninī bifaḍlika ‘amman siwāka
Artinya: “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki yang halal agar aku tidak bergantung pada yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu agar aku tidak memerlukan selain-Mu.”
People also Ask:
1. Apa saja keutamaan sholat dhuha?
“Ditegaskan dari Anas ra, Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna.”
2. Apa janji Allah apabila kita melaksanakan sholat dhuha?
KEUTAMAAN SHALAT DHUHA DAN DO'A SHALAT DHUHA
Shalat dhuha merupakan shalat permohonan rezeki. Dan Allah swt juga berjanji bagi siapa saja yang sering melakukan shalat dhuha Allah akan mencukupi semua kebutuhan umatnya.
3. Sebutkan 3 Hikmah melaksanakan shalat dhuha?
Tiga keutamaan salat dhuha adalah diampuninya dosa-dosa, dibukanya pintu rezeki, dan pahalanya setara dengan sedekah untuk seluruh persendian tubuh.
4. Berapa rakaat sholat dhuha agar rezeki lancar?
Sholat Dhuha untuk rezeki minimal dua rakaat, namun dapat dilakukan hingga maksimal 12 rakaat, dengan setiap dua rakaat diakhiri salam. Jumlah rakaat yang paling umum adalah 2, 4, atau 8 rakaat.

4 hours ago
1
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5061590/original/072378300_1734874466-Imam_Syafi_i.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402666/original/070087200_1762259316-Muslim_membaca_sholawat_di_dekat_kaligrafi_bertuliskan_sholawat__Wikimedia_Commons_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5373270/original/044792100_1759817423-Gemini_Generated_Image_b1m0vhb1m0vhb1m0.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5151380/original/086607800_1741158200-pray-6268224_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400640/original/079783300_1762143236-ilustrasi_tangan_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3561767/original/030914300_1630818507-islamic-book-3738793_1920.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402341/original/024850600_1762244580-Masuk_Masjid.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382022/original/048339900_1760524874-Sholawat_dan_Berdzikir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3213149/original/081114900_1597814879-muslim-woman-pray-with-beads-read-quran_73740-667__2_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1099096/original/052428400_1451564466-is3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/4750461/original/031799500_1708609713-Niat_Puasa_Ayyamul_BIdh.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2397600/original/021060800_1541051347-embers-142515_960_720.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402262/original/070190600_1762241995-doa_puasa_arafah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4329118/original/093191800_1676784720-natural-wonders-paradise-illustration.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4572020/original/079789800_1694495488-haidan-IAwnp88Fz8Y-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401985/original/063466500_1762233670-ilustrasi_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3447311/original/080504600_1620103638-hajar-aswad.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4830372/original/038035000_1715592365-quran-being-held-hands-close-up.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4262146/original/085381500_1671090332-pexels-alena-darmel-8164382.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401581/original/012152300_1762216664-ular_oiton.jpg)


























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5064764/original/069011000_1735030219-bansos_akhir_tahun.jpg)


