Liputan6.com, Jakarta - Pohon Zaqqum menjadi salah satu representasi penting dari deskripsi Al-Qur’an mengenai neraka dan siksaan di akhirat. Disebutkan, buah zaqqum merupakan makanan untuk penghuni neraka.
Merujuk buku Penghuni Neraka Paling Bawah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dengan tashiq Abu al-Hasan, makanan dan minuman penghuni neraka bukanlah sesuatu yang dapat mengenyangkan, menyehatkan, atau memberi kenikmatan, melainkan menjadi sumber tambahan penderitaan.
Gambaran betapa mengerikannya makanan dan minuman penghuni neraka terekam dalam Al-Qur'an. Di antaranya dalam Al-Qur'an surat Ad-Dukhan: 43-46 dan Surat Muhammad: 15. Dalam kedua surat tersebut penghuni neraka diriwayatkan akan diberi makanan dan minuman panas mendidih seperti cairan tembaga, yang memutus usus mereka.
Pohon Zaqqum dalam Al-Qur'an dan Hadis
Mengutip skripsi “Makanan dan Minuman Ahli Neraka dalam Al-Qur’an” oleh Muslimah Sri Kandi Utami, makanan dan minuman penghuni neraka merupakan bagian dari bentuk siksaan yang sangat menyakitkan dan menambah penderitaan bagi mereka. Salah satunya pohon zaqqum.
Pohon Zaqqum disebut dalam berbagai ayat Al-Qur'an dan Hadis:
إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّومِ (٤٣) طَعَامُ الْأَثِيمِ (٤٤) كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ (٤٥) كَغَلْيِ الْحَمِيمِ (٤٦)
Artinya: “Sesungguhnya pohon zaqqum itu adalah makanan bagi orang yang banyak berdosa. Seperti cairan logam yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.” (QS. Ad-Dukhān: 43–46)
2. QS. As-Shaffāt: 64–65
إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ (٦٤) طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ (٦٥)
Artinya: “Sesungguhnya pohon itu tumbuh di dasar neraka Jahim, buahnya seperti kepala setan.” (QS. As-Shaffāt: 64–65)
3. HR Tirmidzi
Kengerian pohon Zaqum juga diperingatkan dalam hadis. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ فِي الدُّنْيَا لأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الدُّنْيَا مَعَايِشَهُمْ فَكَيْفَ بِمَنْ يَكُونُ طَعَامُهُ؟
Artinya: “Seandainya setetes dari pohon Zaqum menetes di dunia, niscaya akan merusak kehidupan seluruh manusia. Maka bagaimana dengan orang yang makanannya adalah Zaqum?” (HR. At-Tirmidzi no. 2585)
Pohon Zaqqum, Simbol Keburukan Absolut
Merujuk PROGRESSA: Journal of Islamic Religious Instruction Pohon Zaqqum Menurut Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab oleh M. Fatih (Februari 2024), bahwa pohon Zaqqum diidentifikasi sebagai makanan penghuni neraka yang tumbuh di dasar neraka tanpa terbakar oleh api menyala-nyala.
Pandangan ini dikaji mendalam melalui pendekatan tafsir deskriptif-analitis terhadap karya monumental M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah.
Artikel ini juga menyoroti bagaimana Shihab menafsirkan simbol dan makna pohon tersebut sebagai bagian dari gambaran metaforis azab neraka serta mengaitkannya dengan pandangan mufassir klasik seperti Ar-Razi, Ibnu Katsir, dan Sayyid Thanthawi.
Pohon Zaqqum disebut dalam beberapa ayat, antara lain QS. Ash-Shaffat (37): 62–66 dan QS. Ad-Dukhan (44): 43–46.
Dalam berbagai riwayat pohon zaqqum digambarkan sebagai makanan bagi orang-orang berdosa dengan 'mayang seperti kepala-kepala setan'. Penyerupaan ini adalah bentuk metaforis untuk menggambarkan keburukan dan kengerian yang luar biasa.
Dalam Tafsir Al-Qurthubi, ayat ini menggambarkan betapa menjijikkannya bentuk buah tersebut, menyerupai kepala setan yang mengerikan. Syaikh Thahir bin ‘Asyur dalam At-Tahrir wa At-Tanwir menjelaskan bahwa disebut “mal‘unah” (terlaknat) karena pohon itu tumbuh di tempat yang dijauhkan dari rahmat Allah, yakni neraka. Orang Arab menyebut sesuatu yang berbahaya dan merusak dengan sebutan mal‘un.
Dalam literatur klasik, Ibnu Katsir menyebutnya sebagai satu batang pohon yang tumbuh di dasar neraka, tetapi cabangnya menjulur ke seluruh tingkatan neraka.
M. Quraish Shihab memperkuat pandangan tersebut dengan menyatakan bahwa pohon Zaqqum merupakan simbol siksaan dan keburukan absolut yang hanya dapat dipahami dalam konteks kekuasaan mutlak Allah.
Tafsir Al-Mishbah terhadap Pohon Zaqqum
M Quraish Shihab menafsirkan kata Zaqqum dari akar “tazaqquma” yang berarti menelan sesuatu yang sangat tidak disukai. Menurutnya, ini melambangkan siksaan batin yang berat, bukan sekadar fisik.
Dia menulis bahwa pohon Zaqqum tidak dikenal oleh orang-orang musyrik, sehingga mereka mencemoohnya, sebagaimana dikisahkan tentang Abu Jahal yang menertawakan ayat tersebut dengan membawa kurma dan mentega sebagai bahan ejekan.
Dalam pandangan Shihab, peristiwa ini menunjukkan bahwa ayat tentang Zaqqum menjadi 'fitnah', yakni ujian bagi manusia antara keimanan dan kedurhakaan.
Lebih jauh, Shihab menggarisbawahi dua penafsiran terhadap frasa “Inna ja’alnaha fitnatan lilzhalimin” (Kami menjadikannya fitnah bagi orang-orang zalim).
Pertama, sebagai ujian berupa informasi, apakah mereka beriman atau menolak kebenaran ghaib. Kedua, sebagai bentuk siksaan nyata di neraka.
Shihab menegaskan bahwa keduanya dapat berlaku bersamaan, karena fitnah dalam konteks ini menyentuh aspek keimanan dan keadilan Ilahi sekaligus.
Pendekatan Shihab menunjukkan keseimbangan antara simbolisme dan realitas tekstual, ciri khas tafsir kontekstual yang membumikan pesan Al-Qur’an dalam nalar modern.
Perbandingan dengan Tafsir Klasik
Menurut Fatih, penafsiran Shihab menunjukkan konsistensi dengan mufassir klasik.
Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir menyebut bahwa Allah mampu menciptakan pohon yang tidak terbakar oleh api, sebagaimana Dia menciptakan malaikat Zabaniyah yang tidak hangus oleh panas neraka.
Thanthawi menambahkan dalam Tafsir Al-Wasith, bahwa pohon ini 'tidak ada wujudnya di dunia,' tetapi Allah akan menciptakannya di akhirat sebagai alat penyiksaan.
Sementara Ibnu Katsir menegaskan bahwa informasi tentang Zaqqum adalah ujian bagi manusia: Siapa yang mempercayai wahyu dan siapa yang menolaknya.
Dengan demikian, Shihab berada dalam garis hermeneutik yang mempertemukan dimensi tekstual dan spiritual Al-Qur’an dengan realitas nalar manusia.
Simbolisme Zaqqum dan Nilai Teologis
Menurut M. Quraish Shihab, penyerupaan mayang pohon Zaqqum dengan kepala setan bukanlah realitas fisik, melainkan ungkapan simbolik tentang keburukan mutlak. “Setan adalah lambang puncak keburukan dan kejahatan,” tulisnya.
Gambaran ini menanamkan rasa takut dan introspeksi bagi pembaca Al-Qur’an. Analogi ini menegaskan bahwa setiap perbuatan dosa akan berbuah penderitaan yang setimpal, sebagaimana pohon Zaqqum tumbuh dari akar kejahatan manusia.
Dalam konteks pendidikan iman, tafsir ini mengandung pesan moral agar manusia menjauhi dosa dan memperkuat keimanan kepada hal-hal ghaib yang dijanjikan Allah.
Penafsiran Shihab atas pohon Zaqqum memadukan rasionalitas dan spiritualitas secara harmonis. Ia tidak hanya melihatnya sebagai simbol azab, tetapi juga sebagai alat pendidikan moral dalam Al-Qur’an.
Fatih menyimpulkan bahwa “mayang pohon Zaqqum digambarkan seperti kepala-kepala setan, bukan kenyataan ataupun khayalan, melainkan penyerupaan semata untuk menunjukkan keburukan dan kehinaan mutlak.”
Dengan demikian, tafsir Al-Mishbah memberikan pemahaman yang lebih humanistik dan reflektif atas ayat-ayat azab, sekaligus memperkuat keimanan terhadap kekuasaan Allah yang mutlak atas segala sesuatu, bahkan atas pohon yang tumbuh di dasar neraka.
Hikmah
Hikmah mengetahui pohon Zaqqum tidak berhenti pada aspek deskriptif tentang neraka, tetapi meluas ke dimensi iman, moral, dan spiritual. Ia menjadi peringatan keras sekaligus pelajaran lembut agar manusia beriman pada yang ghaib, berhati-hati dalam berbuat dosa, dan yakin bahwa Allah Maha Kuasa memberi balasan setimpal.
Sebagaimana ditulis M. Fatih (2024): “Pohon Zaqqum bukan sekadar simbol siksa, tetapi cermin dari hasil perbuatan manusia di dunia yang berbuah di akhirat.”
Mengetahui tentang pohon Zaqqum menanamkan rasa takut yang mendalam terhadap siksa Allah di neraka. Pohon ini digambarkan “tumbuh di dasar neraka dengan buah seperti kepala setan dan baunya sangat busuk.” Gambaran ini bukan sekadar kiasan, tetapi pesan moral agar manusia menyadari betapa dahsyatnya akibat kemaksiatan.
M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa deskripsi pohon Zaqqum “berfungsi menggugah kesadaran moral dan spiritual agar manusia menjauhi dosa sebelum terlambat.”
2. Ujian keimanan terhadap perkara ghaib
Dalam QS. Ash-Shaffat (37): 63–64 disebut, “Sesungguhnya Kami menjadikannya fitnah (ujian) bagi orang-orang zalim.” Menurut Shihab, “fitnah” di sini berarti ujian keimanan, apakah manusia mau membenarkan hal ghaib yang diberitakan Al-Qur’an atau justru mendustakannya seperti Abu Jahal dan kaum kafir Quraisy yang mencemoohnya.
Dengan demikian, mengenal pohon Zaqqum menegaskan prinsip iman kepada perkara ghaib (al-iman bil-ghaib), salah satu fondasi aqidah Islam.
3. Pengingat akan keadilan Ilahi
Pohon Zaqqum menjadi simbol keadilan Allah dalam memberikan balasan setimpal atas amal perbuatan manusia. Dalam tafsir Al-Mishbah, Shihab menegaskan bahwa “Zaqqum adalah lambang dari buah dosa manusia itu sendiri.”
Artinya, siapa yang menanam kejahatan di dunia, akan menuai penderitaan di akhirat. Pengetahuan tentang pohon ini mengajarkan bahwa setiap amal buruk memiliki konsekuensi nyata.
4. Pendorong untuk memperbanyak amal saleh
Mengetahui mengerikannya pohon Zaqqum dan siksaan penghuni neraka mendorong manusia untuk memperbanyak amal kebaikan. Dalam konteks tarbiyah Islam, pengetahuan ini menyeimbangkan targhib (motivasi menuju surga) dan tarhib (peringatan dari neraka).
Dengan begitu, umat Islam terdorong untuk beramal saleh bukan hanya karena harapan pahala, tetapi juga karena takut pada murka Allah.
5. Mengokohkan keyakinan atas kemahakuasaan Allah
Pohon Zaqqum menjadi bukti kekuasaan Allah yang tak terbatas. Meskipun tumbuh di tengah kobaran api neraka, pohon itu tidak terbakar. Hal ini, menurut Ar-Razi dan dikutip Shihab, menunjukkan bahwa “Tuhan yang menciptakan api tentu berkuasa meniadakan sifat panasnya dari makhluk tertentu sesuai kehendak-Nya.”
Mengetahui hal ini memperteguh keyakinan bahwa tiada sesuatu pun yang mustahil bagi Allah.
People Also Ask:
Apa rasa buah zaqqum?
Jika dimakan rasanya akan seperti kuningan yang dicairkan bahkan lebih buruk. Buah tersebut akan membakar wajah beserta organ dalam tubuh mereka.
Pohon zaqqum ada di surat apa?
Bentuk pohon zaqqum secara spesifik dijelaskan dalam dua surat yaitu sebagai berikut. Pertama Q.S Al-Dukhan (44): 44 dan 45. Kedua Q.S Al-Shaffat (37): 64 dan 65.
Apa pohon terkutuk dalam Islam?
Dalam tradisi Islam, Zaqqum adalah pohon terkutuk yang berakar di pusat Neraka. Pohon ini pertama kali disebutkan dalam Al-Quran sebanyak lima kali (QS. 17:60; QS. 37:62-68; QS. 44:43; QS. 56:52), dan tiga kali terakhir menyebutkannya dengan namanya.
Ghislin apa?
Pengertian ghislin sendiri merupakan minuman nanah bercampur darah yang keluar dari tubuh penduduk neraka.

                        5 hours ago
                                3
                    :strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402666/original/070087200_1762259316-Muslim_membaca_sholawat_di_dekat_kaligrafi_bertuliskan_sholawat__Wikimedia_Commons_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5373270/original/044792100_1759817423-Gemini_Generated_Image_b1m0vhb1m0vhb1m0.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5151380/original/086607800_1741158200-pray-6268224_1280.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400640/original/079783300_1762143236-ilustrasi_tangan_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3561767/original/030914300_1630818507-islamic-book-3738793_1920.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402341/original/024850600_1762244580-Masuk_Masjid.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382022/original/048339900_1760524874-Sholawat_dan_Berdzikir.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3213149/original/081114900_1597814879-muslim-woman-pray-with-beads-read-quran_73740-667__2_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1099096/original/052428400_1451564466-is3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/4750461/original/031799500_1708609713-Niat_Puasa_Ayyamul_BIdh.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5402262/original/070190600_1762241995-doa_puasa_arafah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4329118/original/093191800_1676784720-natural-wonders-paradise-illustration.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4572020/original/079789800_1694495488-haidan-IAwnp88Fz8Y-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401985/original/063466500_1762233670-ilustrasi_berdoa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3447311/original/080504600_1620103638-hajar-aswad.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4830372/original/038035000_1715592365-quran-being-held-hands-close-up.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4262146/original/085381500_1671090332-pexels-alena-darmel-8164382.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401581/original/012152300_1762216664-ular_oiton.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5401601/original/001087400_1762219862-Mengeluarkan_uang_dari_dompet.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5313792/original/040263100_1755055409-images__58_.jpeg)





























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5064764/original/069011000_1735030219-bansos_akhir_tahun.jpg)