Imam Syafi’i dan Nasihatnya tentang Nilai Waktu, Fondasi Tarbiyah Islam

4 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Imam Syafi’i (150-204 H/767-820 M) tidak hanya dikenal sebagai pendiri mazhab fikih yang berpengaruh global, tetapi juga sebagai seorang pendidik ulung yang menaruh perhatian besar terhadap manajemen waktu dalam proses tarbiyah atau pendidikan.

Pemikirannya tentang nilai waktu tetap relevan hingga era modern, sebagaimana tercermin dalam berbagai kajian kontemporer tentang pendidikan Islam (tarbiyah).

Imam Syafi’i hidup dalam periode transisi antara Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, sebuah era yang ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Masa kecilnya yang penuh dengan kesulitan menjadikannya begitu menghargai waktu.

Ajaran Imam Syafii tentang waktu tercermin dari ulasan Rahmat Hidayat, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Dharmawangsa, dalam karya ilmiah berjudul Pemikiran Pendidikan Islam Imam As-Syafi’i dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia(2018) bahwa Imam al-Syafi’i membagi malam pada tiga bagian, yaitu sepertiga untuk ilmu pengetahuan, sepertiga untuk sholat dan sepertiga untuk tidur.

Pembagian waktu yang terstruktur ini menunjukkan kesadaran tinggi akan pentingnya manajemen waktu.

Konsep Waktu dalam Pandangan Imam Syafi’i

Menurut pandangan Imam Syafi’i, waktu adalah anugerah dan tanggung Jawab. Imam Syafii memahami waktu sebagai modal berharga yang harus dikelola dengan optimal.

Endin Mujahidin dkk dalam Jurnal Konsep Manajemen Waktu Dalam Islam (2020) mengutip pernyataan Imam Syafi’i yang terkenal:

"Waktu laksana pedang, bisa engkau memotongnya, kalau tidak, maka ia akan memotongmu".

Metafora ini menggambarkan sikap proaktif yang diperlukan dalam memanfaatkan waktu. Hal ini juga tercermin dalam rutinitas sehari-hari Imam Syafii. Kedisiplinan ini menjadi fondasi kesuksesan intelektualnya.

"Setiap waktu Imam al-Syafi’i memanfaatkanya untuk membaca dan berceramah. Kehidupan sehari-harinya amat teratur, beliau selalu membagi waktunya secara sistematis dan jarang sekali menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan".

Pola hidup seperti ini menunjukkan ketertiban waktu yang sistematis dan jarang sekali menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Imam Syafi’i memandang setiap detik sebagai potensi amal; kelalaian berarti kehilangan modal hidup.

Prinsip-Prinsip Manajemen Waktu Menurut Imam Syafi’i

1. Disiplin Waktu sebagai Kunci Produktivitas

Rahmat Hidayat mencatat bahwa setiap waktu Imam al-Syafi’i memanfaatkanya untuk membaca dan berceramah. Kehidupan sehari-harinya amat teratur, beliau selalu membagi waktunya secara sistematis dan jarang sekali menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.

Kedisiplinan ini menjadi fondasi kesuksesan intelektualnya.

2. Pembagian Waktu yang Seimbang

Imam Syafi’i menerapkan konsep keseimbangan dalam penggunaan waktu. Dalam perspektif Islam, manajemen waktu dibangun di atas prinsip memvariasikan aktivitas dan kegiatan secara seimbang, sehingga semua kegiatan ditunaikan secara moderat dan seimbang.

3. Prioritas dalam Pemanfaatan Waktu

Imam Syafi’i menekankan pentingnya menetapkan prioritas. Beliau berfatwa bahwa semua ilmu melalaikan, kecuali Qur'an, Hadits, Fiqih serta ilmu Agama lainnya (Rahmat Hidayat, hlm. 5).

Pernyataan ini menunjukkan penentuan prioritas ilmu yang harus dipelajari.

4. Konsistensi dan Ketekunan Jangka Panjang

Salah satu nasihat Imam Syafi’i yang paling terkenal adalah syairnya tentang enam syarat menuntut ilmu:

"Saudaraku, ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan rinciannya: (1) kecerdasan, (2) semangat, (3) bersungguh-sungguh, (4) dirham (kesediaan keluarkan uang), (5) bersahabat dengan ustadz, (6) memerlukan waktu yang lama" (Rahmat Hidayat, hlm. 19).

Poin keenam, memerlukan waktu yang lama, menegaskan bahwa penguasaan ilmu membutuhkan komitmen waktu yang konsisten dan berkelanjutan.

Nasihat Imam Syafi’i

Nasihat Imam Syafi’i tentang waktu menggambarkan kedalaman spiritual dan ketajaman intelektual. “Waktu adalah kehidupan. Jika engkau tidak mengisinya dengan kebaikan, maka ia akan mengisinya dengan keburukan.”

Dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia, konsep waktu ala Syafi’i berimplikasi langsung pada pengembangan etos belajar dan profesionalisme pendidik. Setiap guru dan murid dituntut menjadikan waktu sebagai instrumen amal, bukan sekadar kronologi.

Sementara itu, dari sisi manajemen modern, bahwa nilai waktu yang ditegaskan oleh Imam Syafi’i bukan hanya soal produktivitas, tetapi tentang kesadaran eksistensial, bahwa hidup adalah hitungan kesempatan.”

Maka, waktu bukan milik manusia, melainkan titipan Ilahi yang harus dikembalikan dalam bentuk amal terbaik.

Warisan untuk Pendidikan Islam di Indonesia

Menurut Rahmat Hidayat, manajemen waktu ala Imam Syafii menjadi fondasi manajemen waktu dalam pendidikan Islam di Indonesia:

1. Membentuk Karakter Disiplin Waktu

Pemikiran Imam Syafi’i tentang nilai waktu telah membentuk budaya pendidikan di pesantren dan madrasah di Indonesia. Rahmat Hidayat menegaskan bahwa "Bangunan etika yang begitu kuat dalam menuntut ilmu, menjadi Imam Syafi’i sebagai tauladan para santri pesantren dan madrasah di Indonesia" (hlm. 24).

2. Relevan dengan Konsep Modern

Konsep manajemen waktu Imam Syafi’i sejalan dengan prinsip-prinsip modern. Endin Mujahidin dkk. menyimpulkan bahwa konsep manajemen waktu dalam Islam memiliki prinsip dasar "pemahaman yang benar mengenai urgensi waktu, merasa penting untuk memanfaatkannya dalam setiap fase dan detik-detiknya" (hlm. 15).

3. Penerapan dalam Konteks Modern

Dalam konteks modern, pemikiran Imam Syafi’i tentang waktu tetap relevan. Kebanyakan umat Islam hari ini mengalami krisis dalam menyikapi waktu. Mereka abai, bahkan membuang-buang waktu. Nasihat Imam Syafi’i tentang disiplin waktu menjadi solusi atas masalah ini.

4. Filosofi Manajemen Waktu

Imam Syafi’i tidak hanya mewariskan mazhab fikih yang berpengaruh, tetapi juga filosofi manajemen waktu yang holistik. Pandangannya tentang pembagian waktu yang seimbang, disiplin, dan konsistensi jangka panjang tetap relevan bagi pendidikan Islam kontemporer, khususnya di Indonesia.

Sebagaimana ditegaskan Endin Mujahidin dkk., konsep manajemen waktu dalam Islam menekankan fleksibilitas tanpa mengabaikan disiplin, sebuah pendekatan yang tercermin dalam praktik Imam Syafi’i sehari-hari.

5. Tradisi Pengelolaan Waktu

Pemikiran Imam Syafi’i tentang nilai waktu bukan hanya warisan historis, tetapi living tradition yang terus menginspirasi praktik pendidikan Islam modern, menekankan bahwa kesuksesan dalam menuntut ilmu memerlukan pengelolaan waktu yang efektif, konsisten, dan berorientasi pada tujuan.

People Also Ask:

1. Kata Imam Syafii tentang waktu?

Nasihat Imam Syafi'i tentang waktu yang paling terkenal adalah "waktu itu laksana pedang; jika tidak engkau pergunakan, ia akan menebasmu. Dirimu, jika tidak disibukkan dengan kebenaran, pasti akan tersibukkan dengan kebatilan".

2. Bagaimana Imam Syafi'i membagi waktunya?

Imam Syafi'i selama hidupnya membagi waktu malamnya menjadi tiga, yaitu sepertiga untuk menulis kitab, sepertiga untuk shalat malam, dan sepertiga untuk istirahat.

3. Nilai apa saja yang dapat kita teladani dari Imam Syafi'i?

Sebagai penuntut ilmu, mari kita mengambil teladan dari Imam Syafi'i: bersungguh-sungguh dalam belajar, tetap rendah hati, menjaga adab, dan menjadikan ilmu sebagai cahaya untuk menerangi kehidupan. Dengan begitu, kita pun bisa menjadi bagian dari penerus tradisi keilmuan Islam yang mulia.

4. Apa arti waktu ibarat pedang?

Peribahasa "waktu adalah pedang" artinya jika kamu tidak menggunakan waktu untuk hal yang positif, waktu itu akan menghabiskanmu atau membawa kerugian. Pedang diibaratkan karena sifatnya yang tajam, sangat cepat, dan dapat menebas; jika tidak diarahkan untuk kebaikan, maka akan berbalik mencelakai diri sendiri.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |