Bacaan Ta'awudz: Keutamaan dan Waktu Tepat Melafalkannya

14 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Dalam ajaran Islam, terdapat sebuah lafal doa yang dikenal sebagai bacaan ta'awudz, yang berfungsi sebagai permohonan perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk. Doa ini menjadi benteng spiritual bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Bacaan ta'awudz umumnya dilafalkan sebelum memulai ibadah penting seperti membaca Al-Qur'an, atau ketika seseorang merasa digoda untuk melakukan perbuatan dosa. Melafalkan bacaan ta'awudz membantu menyucikan diri dan meningkatkan keimanan serta tawakal kepada Allah.

Pentingnya bacaan ta'awudz ini telah dijelaskan dalam berbagai sumber keagamaan dan kajian ilmiah. M. Faslul Indrawan dalam skripsinya yang berjudul ISTI’ADZAH DALAM AL-QUR’AN, serta berbagai tafsir ulama, mengulas mendalam tentang makna dan peran isti'adzah dalam kehidupan Muslim.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Rabu (16/7/2025).

Bacaan Ta'awudz: Arab, Latin, dan Artinya

Bacaan ta'awudz yang paling umum dan sering dilafalkan adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Lafal ini merupakan inti dari isti'adzah yang dianjurkan dalam Islam.

Dalam bahasa Arab, bacaan ta'awudz adalah: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.

Transliterasi latinnya adalah: A'udzu billahi minasy syaithonir rojiim.

Artinya: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk."

Perintah Membaca Ta'awudz dalam Al-Qur'an

Perintah untuk melafalkan bacaan ta'awudz secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur'an, terutama sebelum membaca kitab suci tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga kekhusyukan dan menjauhkan diri dari gangguan setan selama berinteraksi dengan firman Allah.

Melansir dari izzuddin.sch.id, Surat An-Nahl ayat 98 secara harfiah menganjurkan kita untuk membaca ta'awudz atau isti'adzah sebelum membaca Al-Qur'an. Ayat tersebut berbunyi:

"فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ" yang artinya "Jika Anda membaca Al-Qur’an, berlindunglah kepada Allah dari setan yang terkutuk."

Selain itu, perintah ta'awudz juga ditemukan dalam Surat Al-Araf ayat 199-200, Surat Al-Mukminun ayat 96-98, dan Surat Fushshilat ayat 36. Menurut Abdul Aziz, (2023:20) dalam bukunya Menyingkap Samudera Al-Fatihah, ulama mengemukakan sejumlah dalil baik Al-Qur'an maupun hadis mengenai perintah untuk membaca ta'awudz atau isti'adzah sebagai perlindungan dari gangguan setan.

Keutamaan Pelafalan Ta'awudz

Membaca bacaan ta'awudz memiliki beragam keutamaan spiritual dan praktis bagi seorang Muslim. Salah satu manfaat utamanya adalah membersihkan diri dari pikiran dan perkataan yang tidak baik, serta menjauhkan diri dari bisikan-bisikan setan yang dapat menyesatkan.

Menurut Imam Ibnu Katsir, pelafalan ta'awudz berfaidah untuk membersihkan mulut dari ucapan sia-sia dan kotor, sekaligus sebagai persiapan mulut untuk membaca Kalam Ilahi. Ta'awudz juga merupakan bentuk pengakuan atas kuasa Allah dan kelemahan manusia dalam melawan gangguan musuh batin, yaitu setan yang dapat melihat manusia tanpa terlihat.

Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa pelafalan ta'awudz dapat meredakan kemarahan. Ia meriwayatkan hadis dari Sulaiman bin Shurad, "Sungguh, aku mengetahui kalimat yang bila diucapkan, niscaya kemarahan di hatinya akan reda. Rasulullah lalu membaca, 'A'udzu billahi minas syaythanir rajim.'" (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasai).

Waktu Bacaan Ta'awudz

Meskipun anjuran membaca ta'awudz sudah jelas, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai waktu yang paling tepat untuk melafalkannya. Mayoritas ulama berpendapat bahwa ta'awudz dibaca sebelum memulai bacaan Al-Qur'an, sebagaimana yang tersirat dalam Surah An-Nahl ayat 98.

Namun, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa ta'awudz dibaca setelah selesai membaca Al-Qur'an, atau bahkan setelah membaca Surat Al-Fatihah dalam salat, seperti yang diriwayatkan Al-Qurthubi dari Abu Bakr Ibnul Arabi, mengutip Imam Malik. Beberapa ulama lain menggabungkan kedua pendapat ini, menganjurkan ta'awudz baik sebelum maupun sesudah membaca Al-Qur'an.

Dalil atas pembacaan ta'awudz sebelum membaca Al-Qur'an juga didukung oleh riwayat Ahmad bin Hanbal, yang menyebutkan Nabi Muhammad SAW melafalkan ta'awudz sebelum memulai salat malam. Ini menunjukkan bahwa ta'awudz adalah bentuk persiapan spiritual sebelum berinteraksi dengan hal-hal suci atau penting.

Hukum Pelafalan Ta'awudz

Mengenai hukum melafalkan bacaan ta'awudz, mayoritas ulama berpendapat bahwa hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Ini berarti seseorang tidak berdosa jika tidak melafalkannya, namun akan mendapatkan pahala jika melakukannya.

Namun, Fakhruddin Ar-Razi menghikayatkan kewajiban membaca ta'awudz di dalam dan di luar salat ketika hendak salat dari Atha bin Abi Rabah, dengan argumentasi bahwa perintah "fasta'idz" dalam Al-Qur'an secara tekstual menunjukkan kewajiban. Meskipun demikian, pendapat jumhur ulama dari kalangan sahabat, tabi'in, dan para imam besar seperti Abu Hanifah, As-Syafi'i, dan Ahmad, cenderung pada hukum sunnah.

Imam Malik sendiri diriwayatkan tidak membaca ta'awudz pada salat wajib, tetapi membacanya pada salat malam pertama bulan Ramadan. Sementara itu, Imam As-Syafi'i dalam Al-Imla menyatakan bahwa lafal ta'awudz boleh dibaca lantang (jahar) atau perlahan (sirr), memberikan fleksibilitas dalam praktiknya.

Makna Isti’adzah dalam Perspektif Al-Qur'an

Isti'adzah, yang merupakan bentuk lain dari bacaan ta'awudz, memiliki makna yang mendalam dalam konteks Al-Qur'an. M. Faslul Indrawan dalam skripsinya ISTI’ADZAH DALAM AL-QUR’AN, menjelaskan bahwa isti'adzah secara bahasa berarti permohonan perlindungan, yang dapat diartikan juga sebagai 'jimat' atau 'guna-guna' dalam konteks perlindungan dari ketakutan, atau 'keamanan lingkungan' sebagai proses permintaan perlindungan agar tetap terjaga keamanannya.

Lebih lanjut, isti'adzah juga bermakna 'menutupi' dan 'melindungi' sesuatu dari hal yang tidak diinginkan, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziyyah dan Ibn Faris. Ini menunjukkan bahwa isti'adzah adalah tindakan mencari perlindungan yang menyebabkan sesuatu yang berbahaya menyatu dengan perlindungannya, kemudian diseret kepada hal yang bisa melindungi, sehingga akan tetap terjaga keamanannya.

Dalam Al-Qur'an, isti'adzah selalu ditujukan kepada Allah SWT, Dzat yang memiliki semua perlindungan. Meskipun ada ayat yang menjelaskan memohon perlindungan kepada makhluk lain, Allah tetap merupakan tempat terakhir yang dituju. Konsep ini menunjukkan ketergantungan penuh manusia kepada Sang Pencipta dalam menghadapi segala ancaman dan godaan.

Sumber:

  • M. Faslul Indrawan. (2016). ISTI’ADZAH DALAM AL-QUR’AN. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
  • izzuddin.sch.id. “Pentingnya Taawudz Sebelum Membaca Al-Quran - SEKOLAH ISLAM TERPADU IZZUDDIN PALEMBANG”. Diakses pada 16 Juli 2025.
  • Abdul Aziz. (2023). Menyingkap Samudera Al-Fatihah: Konteksualisasi Kandungan, Hukum, dan Hikmat Ayat dalam Kehidupan Sehari-hari.
  • Ibnu Katsir. Tafsirul Qur’anil Azhim.

FAQ

1. Apa itu bacaan ta’awudz?

Ta’awudz adalah doa permohonan perlindungan kepada Allah SWT dari setan yang terkutuk.

2. Kapan bacaan ta’awudz dibaca?

Umumnya sebelum membaca Al-Qur’an atau saat merasa tergoda melakukan dosa.

3. Apa bacaan ta’awudz dalam Arab dan artinya?

Arab: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Artinya: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk."

4. Apakah membaca ta’awudz wajib?

Mayoritas ulama menyatakan hukumnya sunnah, tidak wajib.

5. Apa keutamaan membaca ta’awudz?

Menyucikan diri, meredakan amarah, dan menghindarkan dari bisikan setan.

6. Apakah bacaan ta’awudz dianjurkan dalam Al-Qur’an?

Ya, seperti dalam Surat An-Nahl ayat 98 dan beberapa ayat lainnya.

7. Apa arti isti’adzah dalam konteks Al-Qur’an?

Permohonan perlindungan kepada Allah untuk menjaga diri dari hal buruk.

Read Entire Article
Fakta Dunia | Islamic |